Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165501 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heriati Gunawan
1983
S2109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quraisyin Adnan
"ABSTRAK
Perairan Teluk Jakarta sangat subur karena banyak sungai besar maupun kecil yang mengalir ke perairan ini dengan membawa nutrien atau zat-zat hara dari daratan kota Jakarta sehingga menjadi tempat yang sangat baik untuk para nelayan menangkap ikan. Dengan bertambahnya penduduk maka hasil buangan juga akan meningkat, sehingga akibatnya perairan akan cenderung mengalami kondisi eutrofik. Eutrofikasi merupakan suatu proses pengayaan perairan oleh zat-zat hara yang berlebihan dan berlangsung terus menerus dan ditandai oleh blooming satu jenis fitoplankton dan kekurangan zat oksigen di dekat dasar perairan. Akibat dari kondisi eutrofik ini maka sering kita jumpai kematian ikan atau biota dasar perairan secara masal.
Untuk mengantisipasi masalah ini kepada masyarakat perlu digalakkan kesadaran lingkungan seperti tidak membuang sampah langsung ke badan-badan air. Perlu pula dimasyarakatkan budidaya ikan dan biota seperti kerang-kerangan.
Lokasi penelitian: yaitu perairan-perairan estuarin Teluk Jakarta. Pengamatan dilakukan pada 6 titik wilayah dari barat ke timur yaitu Cengkareng, Muara Angke, Marina, Sampur, Blencong, dan Muara Gembong. Dilakukan pengambilan sampel fitoplankton dan pemeriksaan beberapa parameter hidrologi seperti suhu, salinitas, oksigen, pH, fosfat, dan nitrat. Analisis semua data dilakukan di Laboratorium Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Hipotesis yang diajukan adalah:
1. Keragaman kelimpahan fitoplankton secara spasial dan temporal adalah sangat besar.
2. Keragaman kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh faktor -faktor suhu, salinitas, pH, oksigen, nitrat, dan fosfat, atau oleh kombinasi dari faktor-faktor lingkungan tersebut, dan nutrien merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhinya.
3. Keragaman fitoplankton sangat ditentukan oleh dominasi dari marga-marga yang dominan.
Ringkasan hasil penelitian adalah sbb.:
Reragaman kelimpahan fitoplankton sangat bervariasi.
Pada keragaman secara temporal, kelimpahan pada bulan Juli, September, dan Februari tinggi, sedangkan pada bulan Mei dan Mopember relatif rendah.
Pada keragaman secara spasial, kelimpahan tinggi terjadi pada wilayah Muara Angke, Marina, dan Sampur, sedangkan kelimpahan rendah terjadi pada wilayah Cengkareng, Blencong, dan Muara Gembong.
Pada setiap pengamatan terjadi blooming fitoplankton yang didominasi oleh beberapa marga yang bergantian.
Pada bulan Mei 1993 kelimpahan mencapai 6,34 juta sel/m3 yang didominasi oleh Skeletonema (39 %) dan Thalassiosira (36%). Pada bulan Juli kelimpahan mencapai 22,4 juta sel/m3dimana saat itu sedang terjadi blooming Skeletonema (51%) dan blooming Thalassiosira (49%). Pada bulan September kelimpahan mencapai angka tertinggi selama penelitian yaitu 62,6 juta sel/m3. Pada saat itu terjadi blooming oleh Chaetaceros (99 %). Pada bulan Nopember kelimpahan paling rendah selama penelitian yaitu 1,5 juta sel/m3. Pada saat itu sebenarnya sedang terjadi ledakan populasi Noctiluca. Walaupun jumlahnya kecil tetapi karena ukuran setiap sel nya adalah besar yaitu dapat mencapai 2 mm maka kondisi demikian sesungguhnya sedang terjadi blooming oleh Noctiluca (58%) dan Chaetviceros sebesar 42%. Pada bulan Februari 1994 kelimpahan mencapai 14 juta sel/m3. Pada saat itu sedang terjadi blooming oleh Skeletonema {99,8 %) dan Noctiluca sebesar 0,2 %.
Pola kelimpahan tampak berlawanan dengan pole curah hujan maupun pola kelimpahan di perairan P. Pari dan Teluk Jakarta secara umum. Pola kelimpahan mempunyai 2 puncak yaitu puncak ke 1 terjadi pada periode Mei-September dimana titik puncak terlihat pada bulan September (tertinggi), dan puncak ke 2 terjadi pada bulan Februari.
Hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap parameter-parameter hidrologi menunjukkan hubungan yang sangat erat (p<0,01) pada pengamatan-pengamatan bulan-bulan Mei, Nopember, dan Februari; dan hubungan erat (p<0,05) pada bulan-bulan Juli dan September. Interaksi fosfat dengan nitrat berpengaruh kuat terhadap kelimpahan fitoplankton pada bulan Mei, Nopember, dan Februari. Interaksi suhu dengan oksigen mempunyai korelasi terhadap kelimpahan fitoplankton pada bulan Juli. Interaksi suhu dengan salinitas berkorelasi kuat terhadap kelimpahan pada bulan September.
Dengan tingginya limbah domestik yang masuk ke perairan Teluk Jakarta dan terbukti perairan ini selalu mengalami blooming dan bahkan kematian ikan sering terjadi menuniukkan bahwaperairan ini telah cenderung mengaiami kondisi eutrofik. Hal ini berarti di perairan sedang terjadi penurunan kualitas air karena sedang menghadapi tekanan-tekanan yang datang dari daratan.

ABSTRACT
Spatial and Temporal Variations of The Structures of Phytoplankton Communities at The Estuary of The Jakarta BayJakarta Bay is very rich of nutrient due to many rivers which bring the nutrients to the waters from the land of Jakarta. Therefore this area become a good place for fisheries. The increasing of the domestic wastes because of the population growth, will result the tendency of the eutrophication condition. Due to this condition, sometime we face the mass mortality of fish due to the oxygen depletion condition at the bottom of the water.
In anticipation of this problem, the public should be made aware of the environmental condition: not throwing away the wastes directly to the water, and fish and benhic fauna cultures i. e. mussels, etc. should be also introduced to them.
The location of the research: are at 6 locations along the coast from the west to the east of the Jakarta Bay, namely Cengkareng, Muara Angke, Marina, Sampur, Blencong, and Muara Gembong. The samples were studies for phytoplankton and temperature, salinity, oxygen, pH, phosphate, and nitrate. All samples were analyzed at the Laboratory of Puslitbang Oceanology - LIPI, Jakarta.
The Hypothesis are
Spatial and temporal variations of phytoplankton densities were high.
The variations were influenced by temperature, salinity, pH, oxygen, nitrate, and phosphate, and the inter-action of the factors. The nutrient is the main factor for phytoplankton growth.
The variations were also strongly influenced by the dominant genera.
The summary :
The variations of phytoplankton densities were high.
For the temporal variatons, the phytoplankton densities in July, September, and February were high, while in May and November were relatively low.
For the spatial variations, the densities at Muara Angke, Marina, and Sampur were high, while at the other areas: Cengkareng, Slencong, and Muara Gembong were low.
There were always blooming which were dominated by some genera. In May, the average phytoplankton density was 6,34 million cells/.m3 where the community was dominated by Skeletonema {39%) and Thalassiasira (36%). In July, the density reached 22,4 million cells/m3 where the phytoplankton communities were dominated by Skeletonema (51%) and Thalassiosira (49%). In September, the density reached the highest value i. e. 62,6 million cell/m3. At that time Chaetoceras outbreak was occurred (99%). In November, the phytoplankton density reached the lowest value, i. e. 1,5 million cells/m3. At that time Noctiluca outbreak was occurred. Although the density was low, the size of Nactiluca is quite big (2mm in diameter).
Therefore Noctiluca outbreak (58%) occurred and was reached 14 million cells/m0. At that time the blooming of Skeletonema occurred (99,8 %) and Noctiuca was only reached 0,2 %.
The pattern of the densities of phytoplankton were in opposite to the pattern of the densities in this bay in general and the pattern of the rain fall.
The relationship of densities and environmental condition were very significant (p<0,01) in May, November, and February; and were significant (p<0,05) in July and September. Nitrate was much influenced the phytoplankton densities, while phosphate was not so. The inter-action of nitrate-phosphate was significantly influenced and positive to the growth of phytoplankton in May and February, while in November was significant and negative. The interaction temperature-oxygen was significant and negative to the phytoplankton growth in July. In September, the inter-action temperature-salinity was significant and positive to the phytoplankton growth.
As the result of high influx of domestic wastes to the water of the Jakarta Bay, the fact that the water was always in bloom condition and fish and benthic animals mortalities frequently occurred. This condition reflects the tendency of the eutrophic process. This means that the
As the result of high influx of domestic wastes to the water of the Jakarta Bay, and the fact that the water was always in bloom condition, and fish and benthic animals mortalities frequently occurred, reflects the tendency of the eutrophic process. This means that the quality of the water is worsening due to the pressure coming from the land.
References : 64 books and papers (1925-1994).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliana Dewi
"Paduan alumunium-magnesium-besi memiliki respon yang kurang baik terhadap perlakuan panas diantara paduan tuang alumunium lainnya. Karena termasuk paduan alumunium non-heat treatable rasio Mg:Fe dalam paduan, mempengaruhi respon paduan terhadap perlakuan panas. Komposisi tuang paduan dihasilkan dari peleburan dengan menggunakan dapur krusibel jenis ciduk. Sedangkan cetakan logam, menggunakan standar JIS 3-2201 (sesuai ISO 2378) yang hasilnya sudah merupakan sampel tarik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Razak
Jakarta: Gramedia, 1985
499.25 ABD k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Habiburrachman Alfian H. F.
"ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan kota-kota besar di Indonesia, permasalahan sampah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia menjadi isu besar yang harus diperhatikan. Sampah tersebut dibebankan kepada Tempat Pembuangan Akhir TPA dan lokasi sejenisnya. Suhu sebagai indikasi penting dalam memberikan gambaran karakteristik lokasi pembuangan menjadikannya salah satu variabel yang harus dipantau pada setiap Landfill. Penelitian ini menggunakan 23 citra landsat untuk mengetahui karakteristik variasi spasial dan temporal suhu permukaan pada landfill pada periode 2013 ndash; 2016. Kerapatan vegetasi, analisis multi citra dengan klasifikasi musim dan volume sampah digunakan sebagai variabel untuk mengetahui variasi tersebut. Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan antara suhu permukaan dengan kerapatan vegetasi, sedangkan ditemukan nilai suhu yang signifikan tinggi pada bulan Agustus dengan klasifikasi musim kering. Pola spasial suhu ditemukan pada lokasi timbunan tertentu dengan trend nilai tinggi dibandingkan lokasi timbunan sampah lainnya dan suhu disekitar landfill relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

ABSTRACT
Along with the development of big cities in Indonesia, waste problems caused by human activities become a big issue that must be considered. The waste is charged to Final Disposal TPA and similar locations. Temperature as an important quality indicator makes it one of the variables that must be monitored in each Landfill. This research used 23 landsat images to understand the spatial and temporal variation of surface temperature in landfill within 2013 ndash 2016 as 4 year period. Variables such as Vegetation density using NDVI, multi image analysis with seasonal classification, and waste volume is used to understand the variation. Results of this study showed there is a relationship between surface temperature with vegetation indice, whereas found a significant high temperature value in August with the classification of dry season. Spatial patterns of temperature are found at certain waste dump sites within the disposal area with high trends value compared to other heap location of landfill 39 s site. It is also found that the overall landfill temperature is relatively higher than the surrounding area."
2017
S69630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Sharon Utama
"Banjir merupakan bahaya hidrometeorologis dengan risiko paling tinggi dan luas secara global termasuk di Indonesia. DAS Citarum Hulu yang berada di Provinsi Jawa Barat, memiliki kondisi fisik dan iklim yang berpengaruh terhadap kejadian banjir. Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan semi-distributed dan continuous-time model mampu memperhitungkan bahaya banjir secara spasial dan temporal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis variasi spasial dan temporal debit aliran hasil simulasi model SWAT dan tingkat bahaya banjir di DAS Citarum Hulu periode 2000-2020. Pengolahan data berlangsung pada model SWAT dengan menggunakan variabel iklim, penggunaan lahan, jenis tanah, dan topografi. Model SWAT menghasilkan debit aliran untuk pengolahan tingkat bahaya banjir menggunakan Flood Exceedance Probability Index. Analisis spasial dan temporal adalah variasi debit dan tingkat bahaya banjir antara sub-sub DAS, serta antara periode simulasi (2000-2010 dan 2010-2020). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa debit hasil simulasi tertinggi berada di Sungai Citarum dengan variabilitas tertinggi berada di elevasi tertinggi dari DAS Citarum Hulu. Periode simulasi 2000-2010 memiliki variabilitas lebih tinggi. Variasi spasial tingkat bahaya banjir menunjukkan bahwa tingkat bahaya banjir tertinggi berada pada sepanjang Sungai Citarum, sub-sub DAS Cikapundung, serta hulu sub-sub DAS Ciwidey. Secara temporal, terjadi kenaikan dan penurunan tingkat bahaya banjir dari periode 2000-2010 hingga 2010-2020.

Flood is a hydrometeorological hazard with the highest and most widespread risk globally, including in Indonesia. The Citarum Upper Watershed in West Java Province, has physical and climatic conditions that influence flood events. The Soil and Water Assessment Tool (SWAT) model is a semi-distributed and continuous-time model capable of calculating flood hazard spatially and temporally. The purpose of this study was to analyze the spatial and temporal variations in flow discharge from the SWAT model simulation and the level of flood hazard in the Upper Citarum watershed for the 2000-2020 period. Data processing takes place in the SWAT model using climate, land use, soil type, and topography variables. The SWAT model generates flow rates for processing flood hazard levels using the Flood Exceedance Probability Index. Spatial and temporal analysis is the variation of discharge and flood hazard level between sub-watersheds, as well as between simulation periods (2000-2010 and 2010-2020). The results of data processing show that the highest discharge from the simulation results is in the Citarum River with the highest variability in the highest elevation of the Upper Citarum watershed. The 2000-2010 simulation period has higher variability. Spatial variations in the level of flood hazard indicate that the highest level of flood hazard is along the Citarum River, the Cikapundung sub-watershed, and the upstream of the Ciwidey sub-watershed. Temporarily, there has been an increase and decrease in the level of flood hazard from the 2000-2010 to 2010-2020 period."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Hardyanti
"Jakarta merupakan Kota Metropolitan yang dinamis dan memiliki wilayah yang luas serta kepadatan penduduk tinggi. Hal tersebut terindikasi dari tingginya perubahan dan intensitas penggunaan lahan yang merupakan dampak dari degradasi lingkungan fisik perkotaan salah satunya adalah terjadi peningkatan suhu permukaan daratan SPD. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kaitan antara kehijauan vegetasi dan kerapatan bangunan dengan suhu permukaan daratan Kota Jakarta. Hubungan tersebut dikaji secara spasial dan temporal berdasarkan pengolahan citra Lansat 8 OLI/TIRS tahun 2015 dan 2016 dengan parameter SPD, NDVI, NDBI yang divalidasi dengan data survei lapang pada 60 lokasi yang dipilih secara random sampling. Variasi curah hujan dikaitkan dengan kehijauan vegetasi pada setiap musim. Analisis spasial dilakukan dengan metode overlay yang diperkuat dengan analisa statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPD tinggi terdapat pada wilayah pusat kota yang umumnya merupakan wilayah terbangun, sementara SPD rendah terdapat di wilayah pinggiran kota dengan tutupan lahan vegetasi. SPD pada musim hujan tahun 2016 memiliki nilai suhu maksimum sebesar 29,460C, sedangkan musim kemarau tahun 2015 memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 dengan suhu maksimum lebih dari 360C. Nilai SPD memiliki korelasi negatif dengan NDVI yang menunjukkan semakin tingginya nilai kehijauan vegetasi, maka nilai suhu permukaan daratan semakin rendah. Sedangkan SPD memiliki korelasi positif dengan NDBI yang menunjukkan semakin tinggi kerapatan bangunan maka suhu permukaan daratan akan semakin tinggi.

Jakarta as a Metropolitan city, has a very dynamic growth with large area and high population density. This is indicated by the high change and intensity of land use which is the impact of urban physical environment degradation, such as the increase of land surface temperature. The aim of the study is to examine the correlation between the greenness of vegetation as well as the buildings density with the land surface temperatures LST of Jakarta. These relationships were assessed spatially and temporally based on Landsat 8 OLI TIRS on 2015 and 2016 with LST, NDVI, NDBI parameters validated by field survey data at 60 randomly selected sampling sites. Rainfall variation is associated with the greenness of vegetation in each season. Spatial analysis is done by overlay method which is reinforced by statistical analysis.
The results showed that high LST was found in central urban areas that were generally build up areas, while low LST were found in suburban areas which covered by a lot of vegetation. LST in the rainy season of 2016 has a maximum temperature value of 29.460C, while the dry season of 2015 has a higher temperature than in 2016 with a maximum temperature of more than 360C. LST value has a negative correlation with NDVI which indicates the higher value of greenness of vegetation, the value of land surface temperature is lower. On the other hand, LST has a positive correlation with NDBI which shows the higher the density of the building, the land surface temperature will be higher.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Subekti Widianto
"Paduan tuang Al-Mg sering digunakan untuk aplikasi kelauicn, omcmen orsifeldurol. dan lugo untuk kemcscn mokonon. Penlngkatun sifcn dur! puducn A|»3%Mg dllakukon dengan penambohon Fe serto dengcn perlakucn panda. Penambchon Fe aebaclr 0.5% hingga l,5%. Peleburan dilukukan dengun dapur krueibel dan pembucrran scmpel dilckukon dengon menggunokon oetukon logam standar .l\S Z 2201 (sesucl ISO 2378) yang sudoh berupa eampel ull Torlk. Proses perlakuan panas yang dilakukan berupa perlakucn pelarufan pads tempefmur 4ao°c selama 12 lam dilaniutkan dengon penuaan buotan pads 1empero1ur 15D°C dengon wakiu penuacn 2, 4, dan 6 lam. Dari hash yang dldopcrlkcn dlkefluhul bohwa penambahon Fe menlngkaikan slfut mekanls paduan Al-3%Mg sebelum dan seleloh perlckuan panes. Proses perlakuan puma yang dllukukan pcda paduan meningalkan sifat mekonis paduon woloupun iidok beeur penlngkatunnyc. Hasil yang optimum dldapct podu waldu penuoon 4 lam pcdc komposlsl dengcn penambchcn Fe l,5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thanti Octavianti
"Banjir yang membawa nutrisi dari sungai utama ke dataran banjir (floodplain) adalah kejadian penting bagi organisme yang hidup di floodplain. Eskalasi nutrisi merupakan fungsi dari konektivitas hidrologi yang terjadi antara sistem dinamis sungai-floodplain. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk menginvestigasi persebaran nutrisi berdasarkan variasi spasial dan temporal selama banjir di floodplain dan mengidentifikasi sumber nutrisi yang mungkin berkontribusi pada kejadian banjir.
Empat lokasi sampling dan lima titik sampling pada tiap lokasi ditetapkan di dataran banjir Azame-no-Se. Selain itu, sampling juga dilakukan untuk air permukaan satu hari sebelum dan dua hari setelah banjir untuk menginvestigasi variasi temporal.
Variasi spasial menunjukan bahwa lokasi sampling yang berada dekat dengan saluran penghubung floodplain dan sungai utama (Sungai Matsuura) mengandung nutrisi tertinggi, dengan dominasi materi partikulat. Selain itu, materi partikulat ini cendrung berada di elevasi rendah pada semua lokasi. Sedangkan, variasi temporal mengindikasikan bahwa konsentrasi nutrisi tertinggi terjadi selama banjir, dimana banjir membawa materi terlarut dalam jumlah yang signifikan. Tingginya kandungan nutrisi merupakan sinyal eutrofikasi yang terjadi di floodplain. Sumber nutrisi yang mungkin berkontribusi pada banjir di floodplain adalah limpasan dari areal pertanian dan sumber lokal berupa agitasi sedimen floodplain.

Flood event carrying nutrients from main stream to floodplain is indispensable for organisms living in the floodplain. The escalation of nutrient concentrations is a function of hydrological connectivity of river-floodplain dynamic system. Thus, the aims of this study are to investigate the distribution of nutrients based on spatial and temporal variation during flood event and to identify the possible sources of nutrients contributing to the flood event.
Four sampling sites and five sampling points in various elevations for each site were established around Azame-no-Se floodplain. Moreover, surface water was sampled one day before and two days after inundation to investigate the temporal variation.
The spatial variation demonstrates that site in close proximity to input channel connecting floodplain and main stream (Matsuura River) contains the highest nutrients, with particulate matter in considerable part. In addition, particulate matter tends to accumulate in the lower elevation. Temporal variation indicates that the highest nutrient concentrations occur during inundation time, in which flood event carried in significant portion of dissolved matter. The excees of nutrient content showed by these variations is a signal of eutrophication in the floodplain. Possible sources of nutrient during flood event are the agricultural runoff from adjacent land use and local source of the agitation of bottom sediments of floodplain.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1254
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Nugroho
"Pegas adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menerima beban dinamis dan memberikan kenyamanan dalam berkendara. Permasalahan yang sering dialamai leh pegas daun adalah patah akibat beban lebih atau kondisi jalan yang kurang baik. Penanganan pada hal seperti ini adalah penyambungan menggunakan shielded metal arc welding (SMAW). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan impak, kekerasan dan struktur mikro. Jenis las yang digunakan adalah las SMAW. Variasi arus pengelasan yan digunakan adalah 100 Ampere, 120 Ampere dan 140 Ampere. Jenis kampuh yang digunakan adalah jenis kampuh V. Hasil uji kekuatan impak tertinggi diperoleh pada variasi arus 100 Ampere yaitu sebesar 1,698 J.mm2. Hasil uji kekerasan tertingg diperoleh pada variasi arus 140 Ampere yaitu sebesar 355,338 HVN. Struktur mikro pada daerah las memiliki ukuran buturan yang semakin besar dan struktur perlit yang semakin banyak untuk variasi arus 140 Ampere."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2017
620 JIA 9;2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>