Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137708 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Prakoso R.
"Pencemaran timbul karena kualitas effluen yang berasal dari tangki septik yang berfungsi mengolah limbah ekskreta manusia ternyata belum memenuhi standar untuk dapat dibuang langsung ke badan air atau ke dalam tanah. Kondisi ini dipersulit dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pemukiman, padahal lahan yang ada sangat terbatas, sehingga sering terjadi pencemaran air sumur oleh rembesan limbah yang berasal dari bidang resapan tangki septik.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka PT. Duta Sarana Perkasa bekerjasama dengan CENTER FEWER FTUI mencoba mengembangkan suatu teknologi alternatif tangki septik yang dianggap praktis, murah dan efisien dalam mengolah limbah manusia tanpa bidang resapan sehingga mampu mengaasi masalah keterbatasan lahan yang ada di kota-kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti Jakarta. Penelitian tugas akhir ini merupakan bagian dari pengembangan tangki septik alternatif tersebut.
Jenis proses biologis yang dikembangkan dalam tangki septik ini adalah attached-growth biological treatment, yaitu suatu dekomposisi air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh dan menempel pada suatu media lekat. Dalam penelitian ini akan dilihat kemampuan media sebagai tempat hidup mikroorganisme khususnya bakteri pengurai limbah. Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan dan pengukuran langsung terhadap kinerja reaktor pengolah air limbah dengan beberapa variasi posisi dan jenis media. Beberapa jenis media lekat yang akan dibandingkan antara lain bioball, PVC, dan keramik non glasur.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa jenis media lekat ternyata mempengaruhi kinerja dari reaktor pengolah limbah cair. Media lekat bioball menunjukkan hasil yang paling baik dalam hal penurunan COD yaitu mencapai 48,7% removal, sedangkan keramik cukup baik dalam menurunkan nilai MLSS pada limbah dengan removal 85,7%. Pemilihan letak dan posisi media dalam reaktor juga terbukti mempengaruhi kinerja reaktor terutama dalam menciptakan kondisi hidrolis yang ideal. Ditinjau dari pemilihan posisi, posisi vertikal menunjukkan hasil yang paling baik dari posisi horisontal dengan removal COD dan MLSS berturut-turut sebesar 50,24% dan 46,7%. Masih berfluktuasinya nilai COD dan MLSS menunjukkan bahwa kondisi mikroorganisme di dalam reaktor belum mencapai kestabilan.

Pollution emerge because quality of effluent originally from septic tank, which function is to treat human eskreta , does not meet the standard to be discharged directly into ground water. This condition is complicated by increasing needs of residence whereas there are limited land so that wells are often polluted by infiltration from the penetration space of septic tank.
To overcome that problem, PT Duta Sarana Perkasa cooperates with CENTER FEWER FTUI attempt to develop an alternative technology of septic tank which is regarded practical, cheap and efficient in treating human waste and small so that it can overcome the problem of limited land in big cities with high degree of density like Jakarta. This final task research is part of the alternative septic tank development.
The type of biological process developed in this septic tank is attached-growth biological treatment , that is a wastewater decomposition process using microorganism which grow and attach in media. The research observed the media's ability as a place to live for microorganism. The method applied is observation and measurement of wastewater treatment reactor performance with some variation of position and media type. The media that will be compared are bioball, PVC and ceramic.
The results of this research proves that type of media influences the performance of wastewater treatment reactor. The Bioball gives the highest decreasing COD up to 48,7 % , while ceramic gives the highest decreasing SS in the waste up to 85,7 %. Location and position of media in in the reactor influences the performance particularly in creating ideal hydrolic condition. Vertical position gives the highest removal of COD and SS removal respectively 50,2% and 46,7%. Fluctuating COD and SS concentration show that microorganism condition in the reactor has not stable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizka Inneke Putri
"Pengolahan lindi yang efektif sangat penting untuk mencegah dampak negatifnya terhadap lingkungan dan manusia. Dalam penelitian ini, digunakan Teknik Advanced Oxidation Process (AOPs) berbasis ozonasi dengan Reaktor Plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD) Ozone Nanobubble untuk mendegradasi lindi. Udara diinjeksikan ke dalam reaktor, dan melalui reaksi dengan plasma, radikal hidroksil (•OH) dan ozon (O3) dihasilkan sebagai oksidator limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode dan menganalis pengaruh laju alir gas dan tegangan reaktor terhadap proses pengolahan lindi. Hasil setelah pengolahan selama 60 menit, terjadi pengurangan Total Suspended Solids (TSS) sebesar 100%, Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 95,5%, Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 71,95%, dan penurunan pH hingga 57,02%. Namun, terjadi peningkatan pada nilai Total Dissolved Solids (TDS) sebesar 436,13% dan Nitrat sebesar 75,27%. Laju alir ditemukan berpengaruh terhadap pH, TSS, COD, dan Nitrat. Sedangkan, tegangan berpengaruh terhadap pH, COD, dan Nitrat. Pada uji TDS ditemukan tidak dipengaruhi oleh laju alir dan tegangan.

Effective leachate treatment is essential to prevent its negative impact on the environment and humans. In this research, ozonation-based Advanced Oxidation Process (AOPs) Techniques were used with an Ozone Nanobubble Dielectric Barrier Discharge (DBD) Plasma Reactor to degrade leachate. Injected air will react with the plasma thus generating hydroxyl radicals (OH) and ozone (O3) as waste oxidizing agents. This study aims to test the effectiveness of the method and to analyse the influence of gas flow rate and reactor voltage on the leachate treatment process. The results after processing for 60 minutes, there was a reduction in Total Suspended Solids (TSS) by 100%, Chemical Oxygen Demand (COD) by 95.5%, Biological Oxygen Demand (BOD) by 71.95%, and a decrease in pH up to 57.02%. However, there was an increase in the Total Dissolved Solids (TDS) value of 436.13% and Nitrate of 75.27%. Flow rate was found to have an effect on pH, TSS, COD, and Nitrate. Meanwhile, the voltage affects the pH, COD, and Nitrate. In the TDS test it was found that it was not affected by flow rate and voltage. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikolas Setiadi
"Limbah air lindi merupakan masalah global yang saat ini menjadi perhatian hampir di semua negara dan mendesak untuk diselesaikan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai tempat akhir pembuangan limbah padat menghasilkan air lindi akibat air yang meresap melewati timbunan sampah dan melarutkan materi-materi organik hasil dekomposisi biologis. Air lindi yang tidak terolah dapat meresap ke dalam tanah yang berpotensi bercampur dengan air tanah sehingga menimbulkan pencemaran. Permasalahan pada pengolahan limbah air lindi menggunakan teknologi canggih belum banyak dikembangkan. Teknologi Advanced Oxidation Process (AOPs) berbasis ozon merupakan salah satu teknologi canggih yang menawarkan solusi degradasi zat beracun dan pengolahan limbah yang lebih sederhana. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah dengan menambahkan filter Zeolit Alam Lampung (ZAL) yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengolahan. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN) dengan filter Zeolit Alam Lampung (ZAL) dalam mendegradasi limbah air lindi. Sistem reaktor yang digunakan adalah Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN) yang dirancang untuk menghasilkan ozon didalamnya sebagai oksidator kuat dalam mendegradasi limbah air lindi. Proses pengolahan limbah air lindi ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu preparasi, pengolahan dan analisis. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini antara lain penurunan COD, TDS, TSS, Nitrat dan BOD sebesar 87,34%, 42,42%, 100%, 76,09% dan 95,23%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ROPN ini mampu mendegradasi limbah air lindi secara baik.

Landfill leachate is a global problem that is currently a concern in almost all countries and urgently needs to be resolved. Landfills as the final place for solid waste disposal produce leachate as water percolates through waste piles and dissolves organic matter from biological decomposition. Untreated leachate can seep into the soil and potentially mix with groundwater, causing pollution. The problem of leachate treatment using advanced technology has not been widely developed. Ozone-based Advanced Oxidation Process (AOPs) technology is one of the advanced technologies that offers solutions for the degradation of toxic substances and simpler waste treatment. One of the developments carried out is by adding Lampung Natural Zeolite (ZAL) filters which are expected to increase processing efficiency. The development carried out in this study aims to determine the effectiveness of the Plasma Nanobubble Ozone Reactor (ROPN) system with Lampung Natural Zeolite (ZAL) filters in degrading leachate wastewater. The reactor system used is a Plasma Nanobubble Ozone Reactor (ROPN) designed to produce ozone in it as a strong oxidizer in degrading leachate wastewater. The leachate waste water treatment process is carried out in three stages, namely preparation, processing and analysis. The results obtained in this study include a decrease in COD, TDS, TSS, Nitrate, BOD by 87.34%, 42.42%, 100%, 76,09% and 95.23%. Based on the research results obtained, this ROPN is able to degrade leachate waste water well."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Trisnawati
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mendapatkan sumber energi baru terbarukan. Namun teknologi ini tergolong mahal, sehingga penelitian pun banyak diarahkan untuk menjadikan teknologi ini lebih efisien, ekonomis dan berkelanjutan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji coba MFC dual chamber dengan substrat air limbah tempe. Namun, disain ini kurang efektif dan efisien disebabkan penggunaan membran yang kurang kompatibel dengan air limbah. Oleh karena itu dikembangkan disain reaktor tunggal yang disebut Single Chamber Microbial Fuel Cell.
Penelitian ini difokuskan untuk evaluasi kinerja sistem Single Chamber MFC menggunakan model limbah tempe sebagai inokulum dan substrat pada tahap start-up, serta sebagai sumber inokulum pada studi dengan susbtrat tunggal glukosa. Aspek kajian meliputi kinetika dan efisiensi MFC yang terdiri dari efisiensi Coulomb dan efisiensi energi pada variasi hambatan eksternal.
Data eksperimen berhasil dimodelkan menurut persamaan kinetika Monod, dengan konstanta kinetika PMax 0,033 mW/ m2 dan 0,021 mW/m2 serta nilai Ks 124 mg/L dan 64 mg/L untuk hambatan eksternal berturut-turut 100 dan 1000 Ohm. Efisiensi Coulomb tertinggi diperoleh pada hambatan 100 Ohm, sebesar 9,50% untuk proses start-up dan 0,39% dengan substrat tunggal glukosa. Sementara efisiensi energi maksimum sebesar 0,001% pada hambatan 100 Ohm.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a technology developed to obtain new sources of renewable energy. But the technology is quite expensive; so many researches were directed to make this technology more efficient, economical and sustainable. Previous studies have been conducted with dual chamber MFC using tempeh wastewater as substrate. However, this design was less effective and efficient due to the use of membrane that was less compatible with the waste water. Therefore, in this study we developed a single reactor design called Single Chamber Microbial Fuel Cell.
This study focused on evaluating the performance of a single chamber MFC using model tempeh waste as inoculum and the substrate for startup stage, as well as the source of inoculum in study with single susbtrat, that was glucose. Aspects of the study include the kinetics and efficiency of MFC, which consists of Coulombic efficiency and energy efficiency on the external resistance variations.
Experimental data successfully modeled by Monod kinetics equation, with the kinetic constant PMax 0.033 mW/m2 and 0.021 mW/m2 and Ks value of 124 mg / L and 64 mg / L for external resistances 100 and 1000 Ohm, respectively. The highest value of Coulombic efficiency obtained at 100 Ohm resistance, amounting to 9.50% for the start-up and 0.39% with single substrate glucose. While the maximum energy efficiency of 0.001% at 100 Ohm resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki
"Pada penelitian terdahulu Candida hawaiiana CR015, yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract Broth (YMB), telah dimanfaatkan sebagai komponen penyusun pollen substitute lokal untuk lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon berupa sukrosa (gula pasir) dan sumber nitrogen berupa urea pada medium air kelapa terhadap jumlah biomassa khamir C. hawaiiana CR015. Hasil produksi biomassa terbaik yang diperoleh dibandingkan dengan hasil produksi biomassa pada medium YMB. Variasi konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 2,5% (b/v) dan 5% (b/v) dan variasi konsentrasi urea yang digunakan adalah 0,1% (v/v); 0,2% (v/v); dan 0,3% (v/v). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa dan urea diinokulasikan dengan inokulum sebanyak 108 cfu/ml berumur 20 jam dan fermentasi dilakukan dengan pengocokan 80 rpm selama 28 jam pada suhu 30oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber karbon berupa sukrosa dan sumber nitrogen berupa urea memengaruhi jumlah biomassa Khamir C. hawaiiana CR015 yang dihasilkan (p<0,05). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa 5% (b/v) dan urea 0,3% (v/v) menghasilkan biomassa terbesar rata-rata, yaitu 0,646 g/100 ml, dan lebih tinggi dibandingkan biomassa rata-rata yang dihasilkan medium YMB, yaitu 0,52 g/100 ml (p<0,05).

In the previous study, Candida hawaiiana CR015, from Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium, has been used as a component of local pollen substitute for honey bee Apis cerana. The aims of this study were to know the effect of the addition of sucrose as carbon source and urea as nitrogen source in coconut water medium to biomass production of C. hawaiiana CR015. Best biomass yield obtained was compared to the result of biomass production of C. hawaiiana CR015 in YMB medium. Variation in the concentrations of sucrose used were 2.5% (w/v) and 5% (w/v) and concentrations of urea were 0.1% (v/v), 0.2% (v/v), and 0.3% (v/v). Coconut water medium in addition of sucrose and urea were inoculated with 20th-hour inoculum of 108 cfu/ml and incubated at 30oC with shaking of 80 rpm for 28 hours. The results showed that addition of sucrose and urea influenced biomass production of C. hawaiiana CR015 (p<0.05). Coconut water medium with addition of sucrose 5% (w/v) and urea 0.3% (v/v) showed higest biomass production (0.646 g/100 ml), and it was higher than biomass production in YMB medium (0.52 g/100 ml) (p<0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Kristin
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat telah memicu dilakukannya berbagai riset ke arah teknologi inovatif yang lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk memproduksi energi listrik. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dikembangkan adalah Microbial Fuel Cell (MFC) yang berbasis prinsip bioelektrokimia dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah substrat sehingga menghasilkan energi listrik.
Pada penelitian kali ini dikaji pengaruh variasi volume limbah yang digunakan dan variasi luas permukaan. Reaktor MFC yang memiliki volume limbah 2000 mL menghasilkan listrik yang lebih tinggi dibandingkan MFC dengan volume limbah 500 mL yaitu sebesar 3,03 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang lebih rendah, yaitu 0,14%. Reaktor MFC dengan nilai luas permukaan elektroda tertinggi, yaitu sebesar 92 cm2 menghasilkan densitas daya yang paling tinggi yaitu 0,02 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang paling rendah, yaitu 0,07 %, dan pada perhitungan efisiensi Coulombic, konfigurasi paralel pada reaktor MFC mendapatkan nilai yang paling tinggi, yaitu 0,06%.
Penggunaan limbah cair industri tempe dapat menghasilkan listrik dalam sistem MFC sekaligus dapat mengurangi kadar COD dalam limbah. Riset lebih lanjut dalam sistem MFC dan pemanfaatan limbah cair industri tempe sebagai substrat dalam sistem MFC dapat mereduksi biaya operasi sistem MFC, sekaligus menjadikan MFC sebagai teknologi penghasil listrik yang ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Electrical energy demand in Indonesia has sparked a growing range of research done in the direction of innovative technologies that are more effective, efficient and environmentally friendly to produce electrical energy. One of the alternative technologies that could be developed is a Microbial Fuel Cell (MFC) based on the principle of bioelectrochemical by utilizing microorganisms to break down the substrate to produce electrical energy.
In the present study examined the influence of variations in the volume of waste that is used and variation of the surface area of the electrode. MFC reactor with a volume of 2000 mL has generated higher electricity than the MFC with 500 mL volume, which is 3.03 mW/m2, but with a lower efficiency Columbic, 0.14%. MFC reactors with the highest value of the electrode surface area, which is equal to 92 cm2 produces the highest power density is 0.020 mW/m2, but with the lowest efficiency Coulumbic, namely 0.07%, and in the Coulombic efficiency calculations, a parallel configuration in MFC reactors get the highest value, which is 0.06%.
The use of tempe industrial wastewater can produce electricity in the MFC system can simultaneously reduce COD levels in the effluent. Further research in the MFC system and utilization of tempe industrial wastewater as a substrate in MFC system can reduce operating costs of MFC system, as well as making electricity-producing technology that is economical, environmentally friendly and sustainable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusli Munzir
"Pada penelitian terdahulu, Candida hawaiiana CR015 yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract broth (YMB) digunakan sebagai komponen penyusun pollen substitute bagi lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi limbah nanas dan diamonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Biomassa diproduksi menggunakan medium dengan variasi konsentrasi limbah nanas 1:1 dan 2:1 (limbah nanas:air) (b:v) serta sumber nitrogen berupa (NH4)2HPO4 dengan variasi konsentrasi 0,1% (b/v), 0,2% (b/v), dan 0,3% (b/v). Produksi biomassa pada medium limbah nanas terbaik dibandingkan dengan produksi pada medium YMB. Produksi biomassa dilakukan dengan inkubasi selama 28 jam pada kecepatan pengocokan 80 rpm dan menggunakan inokulum berumur 20 jam sebanyak 10%. Hasil uji ANOVA memperlihatkan bahwa konsentrasi limbah nanas dan (NH4)2HPO4 memengaruhi produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa kering C. hawaiiana CR015 paling banyak dihasilkan pada medium limbah nanas dengan konsentrasi limbah:air sebesar (2:1) yang ditambahkan (NH4)2HPO4 sebesar 0,2% (b/v). Medium perlakuan terbaik menghasilkan biomassa dengan berat rata-rata 0,990 g/100 ml, lebih besar dibandingkan dengan medium YMB, yaitu 0,755 g/100 ml.

Candida hawaiiana CR015 that had been grown on Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium has been used as a component of the pollen substitute for honey bee Apis cerana. The study aims to determine the effect of carbon source (pineapple waste) and nitrogen source (diammonium hydrogen phosphate [(NH4)2HPO4]) in pineapple waste medium on the production of C. hawaiiana CR015 biomass. Medium with various concentrations of pineapple waste 1:1 and 2:1 (pineapple waste:water) (w:v), (NH4)2HPO4 0.1% (w/v), 0.2% (w/v), and 0.3% (w/v) were used in this study. Biomass production in the best pineapple waste medium compared to YMB medium. Candida hawaiiana CR015 was incubated for 28 hours with shaking speed of 80 rpm and using 10% (v/v) inoculum (age 20 hours). ANOVA test showed that the concentration of pineapple waste and (NH4)2HPO4 influence the C. hawaiiana CR015 biomass production. The results showed that the highest yield of dry biomass was produced from 2:1 pineapple waste medium + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v). Pineapple waste medium (2:1) + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v) produce 0.990 g/100 ml dry biomass. The results are higher than the results obtained in YMB medium, 0.755 g/100 ml medium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahayu
"Pencampuran biomassa dengan batubara dewasa ini dianggap menjadi solusi bagi lamanya waktu penyalaan batubara dan besarnya emisi CO yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari pencampuran batubara dan biomassa tandan kosong kelapa sawit pada pembakaran di dalam kompor dilihat dari waktu penyalaan briket pemasakan, emisi CO yang dihasilkan, dan efisiensi termal pembakaran. Komposisi biomassa divariasikan pada 50%, 75%, dan 100% biomassa serta kecepatan superfisial 0,29 m/s, 0,42 m/s, dan 0,54 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan baik waktu penyalaan maupun emisi CO dipengaruhi oleh komposisi biobriket dan kecepatan forced. Waktu penyalaan tersingkat dialami oleh pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa pada kecepatan 0,42 m/s (0,5 menit). Sedangkan, emisi CO terendah didapat dari pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa dengan kecepatan 0,54 m/s (rata-rata 312,81 ppm). Serta efisiensi termal tertinggi dicapai oleh pembakaran biobriket pada komposisi 50% biomassa, (1,27%). Perhitungan entalpi pembakaran membuktikan bahwa pembakaran biobriket di semua komposisi pada kecepatan superfisial 0,54 m/s terjadi pembakaran yang lebih sempurna sehingga menghasilkan emisi CO terendah dan entalpi pembakaran tertinggi.

Nowadays, mixture of biomass and coal has been considered to solve the problem of long ignition delay and high CO emissions in coal combustion. This research aims to study combustion performance in mixture of empty palm bunches and coal concerning of its ignition delay, CO emissions, and thermal efficiency. The content of biomass in biobriquettes was varied at 50%; 75%; and 100% biomass content; and superficial air velocity at 0.29 m/s; 0.42 m/s; and 0.54 m/s.
The result showed that both ignition delay and CO emissions were influenced by biomass composition and superficial air velocity. The shortest ignition delay occured at combustion involving biobriquettes 100% biomass content with superficial air velocity at 0.42 m/s (0.5 minutes). The lowest CO emissions was obtained by burning biobriquettes 100% biomass content with 0.54 m/s superfisial air velocity (average 312.81 ppm). The highest thermal efficiency was reached by burning of biobriquettes with 50% biomass content (1.27%). Combustion enthalpy calculation showed that compared to those at low air velocity 0.54 m/s had higher enthalpy and produced lowest CO emission at all combustion runs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Santoso
"Indonesia di masa yang akan datang diprediksi akan mengalami krisis energi nasional sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber energi fosil adalah dengan mencari sumber energi terbarukan. Mikroalga mempunyai potensi besar sebagai sumber energi terbarukan karena mikroalga mempunyai keuntungan akibat produktivitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Walaupun demikian biaya produksi biomassa mikroalga masih tinggi dan nilai NER (net energy ratio) relatif rendah apabila dibandingkan biaya produksi dan NER biomassa yang lain seperti minyak kelapa sawit, biji jarak dan jenis umbi-umbian.
Berdasarkan hasil studi literatur terungkap bahwa metode perhitungan LCA (life cycle assessment) pada proses produksi biodiesel belum memperhitungkan variabel komoditas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi metode perhitungan LCA dengan menambahkan variabel komoditas lingkungan yaitu biaya sosial, nilai lahan dan biaya lingkungan. Penentuan biaya sosial dihitung berdasarkan nilai potensi konflik sosial yang mungkin terjadi. Nilai potensi konflik sosial diperkirakan dari prosentase nilai investasi total berdasarkan studi dari beberapa sumber. Nilai lahan dihitung dari nilai hasil produksi lahan dan nilai fungsi ekologis lahan. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan biaya (nilai kerugian) akibat pencemaran udara. Nilai pencemaran udara ini dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Environmental Priority Strategy (EPS) versi 2000 yang sudah disetarakan dengan elastisitas lingkungan Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel komoditas lingkungan yang ditambahkan pada perhitungan LCA metode modifikasi menyebabkan harga produksi biodiesel untuk mikroalga dan kelapa sawit masing-masing naik 3% dan 18% sehingga harganya menjadi Rp. 9.292/liter dan Rp. 9.546,-/liter. Hasil perhitungan NER pada metode LCA existing, dan LCA modifikasi pada produksi biodiesel mikroalga adalah 0,62 ± 0,078 dan 0,60 ± 0,075, sedangkan pada produksi biodiesel kelapa sawit adalah 4,17 ± 0,79 dan 3,22 ± 0,61. Dengan demikian selisih nilai NER antara metode existing dan metode modifikasi pada biodiesel mikroalga adalah 0,021 ± 0,002 dan pada kelapa sawit adalah 0,952 ± 0,181. Rendahnya nilai selisih NER pada biomassa mikroalga menunjukkan bahwa proses produksi biodiesel dari biomassa ini cenderung lebih ramah lingkungan. Hasil perhitungan t-test untuk masing-masing nilai NER mikroalga dan kelapa sawit pada metode LCA existing dan metode modifikasi menunjukkan nilai yang berbeda nyata (signifikan). Demikian juga berdasarkan perhitungan t-test untuk selisih nilai NER LCA existing lebih kecil pada biomassa mikroalga daripada kelapa sawit. Hasil ini membuktikan bahwa perhitungan LCA modifikasi yang memasukkan variabel lingkungan menunjukkan bahwa metode modifikasi memberikan hasil yang signifikan pada proses produksi yang ramah lingkungan (non-eksploitatif) dibandingkan yang tidak ramah lingkungan (eksploitatif).
Hasil analisis keberlanjutan proses produksi biodiesel mikroalga yang dinyatakan dalam nilai total indeks keberlanjutan biomassa adalah sekitar 51,56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses produksi biodiesel mikroalga mempunyai prospek besar sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan di Indonesia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Hendrawan
"Penggunaan bahan bakar fosil pada saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi segala jenis kendaraan bermotor dan sudah menjadi ketergantungan bagi kendaraan bermotor tersebut. Sampai saat ini, sudah ditemukan berbagai jenis bahan bakar alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak BBM , dan salah satu bahan bakar alternatif tersebut adalah bioetanol. Bioetanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan BBM. Namun untuk penggunaannya secara komersial pada saat ini, bioetanol masih digunakan sebagai bahan bakar campuran bensin, dengan menggunakan perbandingan tertentu. Bioetanol yang biasa digunakan dalam pencampuran dengan bensin adalah bioetanol anhidrat dengan kadar air 0,1.
Pencampuran antara bietanol dengan bensin dimaksudkan agar nilai oktan dari BBM dapat meningkat dan juga menghasilkan pembakaran yang lebih bersih dikarenakan bietanol lebih kaya kandungan oksigen dibanding BBM. Selain permasalahan pada perbandingan campuran kedua bahan bakar tersebut, sifat dari masing-masing zat yang berbeda ini mengakibatkan sulitnya pencampuran kedua jenis bahan bakar ini sehingga menghasilkan nilai COV Coefficient of Variation yang lebih tinggi daripada bensin murni dan berakibat pada performa motor bakar itu sendiri. Penambahan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol dimaksudkan agar pada kedua campuran bahan bakar tersebut akan dihasilkan nilai COV yang kecil sehingga dapat meningkatkan performa dari motor bakar.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bioetanol dengan kadar 96 bioetanol hidrat. Pencampuran bahan bakar dengan perbandingan E5h, E10h, dan E15h dengan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol yang nantinya hasil performa akan dibandingkan dengan bahan bahan bakar bensin murni E0 dan pada campuran E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol. Untuk menguji performa motor, dilakukan uji statis menggunakan dynamometer test. Dari penelitian menunjukkan performa bahan bakar mengalami peningkatan dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol.

Currently, the use of fossil fuel has become essential and dependency of all vehicles. Now it has been found various types of alternative fuel as the substitute for gasoline ndash one of them is bioethanol. Bioethanol has higher octane number than gasoline. However, bioethanol, as for commercial use right now, is still used as fuel blended gasoline with a specific comparison. The bioethanol that is commonly used is anhydrous bioethanol with 0.1 water content.
The bioethanol gasoline blend is intended to increase octane number in gasoline and produce cleaner combustion due to the high oxygen content of bioethanol. Besides the comparison problem of the blended fuel, the characteristics of each different substance result in the blending difficulty. Therefore, it produces higher COV Coefficient of Variation values than pure gasoline and effects the motor performance itself. Adding Oxygenate Cycloheptanol fuel additive is intended to could produce smaller COV values, so it could increase the motor performance.
In this study, the writer used hydrous bioethanol 96. The performance result of the mixture between ratio E5h, E10h, and E15h with Oxygenate Cycloheptanol fuel additive will be compared with pure gasoline E0 added with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive. The motor performance tests were measured using dynamometer test. The experimental results proved that the fuel performance has increased and the fuel consumption is less if it is compared with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>