Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basuki Widodo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S34606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichyar Musa
"ABSTRAK
Transportasi laut merupakan sarana yang penting didalam
pengangkutan barang dan penumpang antar negara maupun dalam
satu negara, khususnya Indonesia yang secara geographis
merupakan negara kepulauan.
Biaya operasi dan biaya angkut tnenggunakan kapal peti kemas
yang lebih murah dibandingkan kapal konvensional dan manfaat
ekonomi peti kemas yang lain, mendorong peningkatan penggunaan
peti kemas untuk pengiriman barang. Meskipun demikian
keuntungan penggunaan peti kemas ini akan kurang bermanfaat
jika pelayanan Pelabuhan Peti Remas kurang efisien dan
efektif.
Untuk memberikan pelayanan yang baik, Pelabuhan Tanjung Priok,
khususnya Divisi Usaha Terminal Peti Kemas (DUTPK), telah
menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Adapun
salah satu diantaranya adalah Sistem Informasi Peti Kemas atau
Sistem Informasi Manajemen Divisi Usaha Terminal Peti Kemas
(SIM DUTPK).
SIM DUTPK yang seperti halnya struktur organisasi DUTPK,
merupakan bagian dari SIM Perum Pelabuhan II. 3ika dilaniut
kan ke tingkat yang lebih atas, SIM Perum Pelabuhan II tidak
dapat dilepaskan dari SIM subsektor perhubungan Laut dan SIM
Sektor Perhubungan. Oleh karena itu pengembangan SIM DUTPK
selain ditujukan untuk mendukung pengoperasian dan pengusahaan
pelabuhan Peti Kemas, juga untuk mendukung kebutuhan /
permintaan data dan SIM tingkat yang lebih atas.
SIM DUTPK pada dasarnya digunakan untuk menjejaki peti
kemas selama berada di pelabuhan, yang pada gilirannya kan
digunakan sebagai data untuk menghitung biaya jasa peti kemas
selama di Pelabuhan. Pembayaran jasa oleh pemilik Peti Kernas
merupakan pendapatan utama Pelabuhan disamping pernbayaran jasa
kapal selama di Pelabuhan.
Selain dari pada itu, SIM DUTPK juge diperlukan untuk membantu
perencanaan operasi seperti perencanaan lapangan penumpukan,
perencanaan kapal, perencanaan penggunaan alat, perencanaan
penggunaan tenaga manusia dan lain?lainnnya. Dengan adanya
perencanaan operasi yang baik, dapat diharapkan pelayanan jasa
pelabuhan akan lebih efisien dan efektif.
Meskipun SIM - DUTPK dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasi pelabuhan, bukan berarti bahwa SIM DUTPK
dapat memecahkan seluruh permasalahan operasional.
Hasil temuan menunjukkan beberapa masalah operasional yang
terjadi dan perlu diatasi dengan cara operasional. Demikian
juga ditemukannya masalah keuangan yang berkaitan dengan
masalah operasi perlu diatasi dengan alternatif prosedur
keuangan.
Adapun masalah yang berkaitan dengan SIM - DUTPK pada umumnya
berkaitan dengan perancangan sistem yang perlu ditingkatkan
dan perlu dibuatnya beberapa aplikasi sistem tambahan.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa masalah operasional yang
berkaitan dengan tingginya jumlah peti kernas yang ditumpuk dan
lamanya rata?rata waktu penurnpukan telah diatasi dengan adanya
Surat Keputusan Direksi Perum Pelabuhan II dan pemindahan ke
lokasi penumpukan di luar area Pelabuhan.
Masalah keuangan yang berkaitan dengan keharusan untuk
membayar secara tunai, sehingga diperkirakan merupakan salah
satu penghambat kelancaran pelayanan, telah diusulkan
alternatif kemungkinan penggunaan mekanisme piutang (account
receivable) terutama untuk perusahaan besar dan bonafid.
Ada 3 alternatif usulan yang diberikan dalam rangka mengatasi
permasalahan SIM-DUTPK, dimana setelah dilakukan pembahasan
dipilih satu alternatif usulan.
Alternatif usulan yang dipilih ialah Perancangan kembali
sietem yang ada dengan menggunakan teknologi yang baru, dan
tetap memanfaatkan peralatan yang ada.
Sebagai tindak lanjut dan usulan tersebut telah
diberikan beberapa saran yang diharapkan dapet mempercepat dan
mengamankan pengembangan SIM-DUTPK.
Saran-saran tersebut antara lain meliputi aspek legalitas yang
mendorong keberhasilan operasi DUTPK, penataan struktur
pengelola SIM, penyetaraan keperangkatan pelaksana SIM dengan
pejabat fungsional Pranata Komputer, dan pembuatan rencana
investasi jangka pendek dan jangka panjang yang berkaitan
dengan pembangunan SIM-DUTPK.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S34349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaeman
"Kalangan pelayaran intemasional sudah lama merasakan hambatan yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan bongkar muat untuk muatan umum (general cargo). Hal tersebut mengakibatkan kapal akan berlabuh semakin lama, frelcuensi pelayaran dan produktivitas angkutan menjadi rendah. Sistem Container (petikemas) digunakan sebagai altematif untuk memecahkan masalah bongkar muat. Perubahan sistem bongkar muat ini telah rnenyebabkan texjadinya pembahan pada sistem angkutan, sistem bongkar muat serta fasilitas-fasilitas di darat yang menunjang transportasi muatan Ekspor dan Impor. Fasilitas yang memudahkan unluk kegiatan bongkar muat petilcemas adalah adanya Terminal Petikemas. Terminal Petikemas ini merupal-can pertemuan pelayanan penanganan petikemas ke kapal atau ke darat (ro fhe ship and Io the Iaf:dsia'e)_ Terminal Petikemas hams memiliki berbagai fasilitas untuk penanganan bongkar muat petikemas dengan pengaturan yang tepat dan ruang yang cukup untuk pengoperasian fasilitas tersebut. Fasilitas-fasilitas Terminal Petikemas yang menunjang lancarnya kegiatan bongl-car muat petikemas diantaranya : tempat bongkar muat petikemas (Apron), Container Crane, Lapangan Penumpukan Petikernas (Container Yard), Gudang Penyimpanan Muatan Petikemas (Container Freight Station) da.n Pintu Gerbang (Gate). Dalam operasional tenninal petikemas, setiap petikemas yang masuk dan keluar terminal petikemas hams dilakukan pengecekan kelengkapan dan keabsahan dokumen-dokumen barang dan penimbangan berat petikemas. J ika ada doku men yang belum lengkap atau hal lain yang menyebabkan petikemas tersebut harus tertahan, maka truk petikemas tersebut hams menunggu di tempat parkir yang telah disediakan sampai masalahnya terselesaikan. Pelabuhan Panjang di provinsi Lampung mempalcan pelabuhan yang tingkat peltumbuhan bongkar muat petilcemasnya cukup tinggi, alcan membuat pintu gerbang (gate) petikemas baru, dimana pintu gerbang (gate) ini merupakan pemindahan dari pintu gerbang (gate) petikemas lama yang kapasitasnya sudah tidak memadai lagi. Di dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa menggunakan metode Teori Antrian (Queueing Theory) terhadap sejumlah parameter-parameter yang dimungkinkan berhubungan dengan tingkat kebutuhan jumlah pintu gerbang (gate) petikemas. Parameter-parameter tersebut diantaranya jurnlah lcedatangan truk petikemas (container) dan waktu pelayanan (service time) pada pintu gerbang. Dari parameter-parameter tersebut diharapkan akan menghasilkan suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan jumlah pintu gerbang (gate) yang optimal. Sehingga diharapkan operasional Terminal Petikemas di Pelabuhan Panjang dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan antrian truk petikemas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S38704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cahyo Wibowo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilyk Happy Priyamsari
"Dalam perjanjian penitipan barang tidak dibenarkan menuntut si penitip barang untuk menjunjukkan bukti bahwa memang dialah pemilik barang yang sah. Tetapi dalam praktek penimhunan peti kemas pada Divisi Usaha Terminal Peti Kemas dituntut bukti-bukti berupa D/0 (Delivery Order) asli, identitas diri/surat kuasa dan perhitungan-sewa penumpukan dan gerakan. Di dalam perjanjian penitipan barang itu juga ditetapkan bahwa barang yang dititipkan harus dikembalikan kepada orang yang menitipkan seketika apabila dimintanya sekalipun dalam perjanjian telah ditetapkan suatu waktu lain untuk pengembaliannya. Dalam prakteknya, Divisi Usaha Terminal Peti Kemas memberikan jadwal bagi peti kemas-peti kemas yang hendak diserahkan kepada pemiliknya. Dalam CI (Container Yard) sistem, dapat terjadi perubahan status peti kemas, yaitu dari CY menjadi CPS (Centainer Freight Station). Akibatnya ada barang milik orang/perusahaan lain yang terbawa oleh peti kemas yang semula berstatus CY. Demikian pula dengan peti kemas yang semula berstatus CPS (Container Freight Station) berubah status menjadi CY (Container Yard). Kemungkinan ini bisa terjadi karena ternyata pemilik barang itu hanya seorang, sehingga barang tersebut akan langsung dibawa beserta peti kemasnya. Ini menimbulkan masalah mengenai siapa yang bertanggung jawab memikul biaya pengembalian barang ke tempat semula. Penimbunan peti kemas berunsur perjanjian penitipan barang yang dianalogikan dengan pasal 1709 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Tetapi Divisi Usaha Terminal Peti Kemas tidak pengadakan perjanjian dengan pemitip/pemilik barang. Hal ini akan merugikan pihak penitip/pemilik barang dimana ia berada dalam keudukan yang lemah, sehingga bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan penitipan barang dengan penitipan barang tidak ada kepastian hukum bagi pemilik/penitip barang terebut."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basril Nofaris
"Kawasan Asia Psifik merupakan tujuan utama pemasaran komoditi ekspor negaranegara di dunia dan mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat oleh karena itu diprediksi abad 21 mendatang merupakan Abad Asia Pasifik. Indonesia merupakan negara yang teletak diantara dua benua dan dua samudera yang merupakan salah sate pusat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan di Asia Pasifik. Posisi tersebut memungkinkan Indonesia memiliki potensi besar dalam percaturan perdagangan di dunia internasional, sehingga kontribusi indonesia bagi perkembangan perdagangan dan ekonomi di kawasan ini akan semakin meningkat.
Arus perdagangan yang makin pesat ini sangat berpengaruh pada sistim angkutan muatan dari segala sisi, balk darat, laut, maupun udara. Terutama pada arus angkutan laut sebagai modes terbesar dalam transportasi barang akan memegang peranan penting pada proses perkembangan mendatang. Untuk menunjang dan memperlancar distribusi barang pada transportasi laut maka diperlukan suatu sarana angkutan dan sistim angkutan yang memenuhi segi-segi keamanan, kecepatan, kemudahan, kelancaran, keteraturan, murah dan nyaman. Penggunaan ped kemas dalam pengangkutan barang merupakan salah sate alternatif yang tepat untuk tujuan tersebut dan diperkirakan penggunaan ped kemas akan berkembang pesat pada waktu mendatang.
Pelabuhan sebagai salah sate mata rantai dalam tranportasi laut memiliki peranan penting dalam menunjang kelancaran arcs distribusi peti kemas, maka hams selalu diperhatikan masalah kualitas dan efisiensi pelayanan pada sisi ini. Peralatan yang baik dengan kapasitas besar bukan berard memberikan hasil yang maksimal dalam penanganan muatan di pelabuhan. Salah satu masalah yang sering timbul adalah seringnya terjadi stagnasi di lapangan penumpukan bukan akibat kekurangan jumlah atau kapasitas slat bongkar muat, melainkan karena sistim yang digunakan belum optimal.
Tugas akhir ini akan menganalisa pengg un an sistim dan kapasitas alat yang tepat pada suatu lapangan penumpukan ped kemas dengan menggunakan program linear dengan tujuan mendapatkan sistim yang optimal dan efisien bagi sebuah lapangan penumpukkan pada umumnya, JICT pada khususnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Abren
"Unit Terminal Peti Kemas merupakan sarana penunjang transportasi memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena merupakan Salah satu sumber pemasukan untuk negara melalui bea cukai. Semarang sebagai pusat pemerintahan dan perekenomian memiliki peiabuhan peti kemas di Tanjung Emas.
Saat ini UTPK Tanjung Emas memiliki 4 (empat) unit container crane dengan panjang dermaga 345 meter. Pada proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas setiap tahun semakin meningkat, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kebutuhan dari produktivitas container crane dan panjang dermaga yang ada saat ini apakah masih dapat menampung peningkatan jumlah bongkar muat peti kemas sampai dengan tahun 2010.
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap pertumbuhan arus peti kemas sampai dengan tahun 2010 dengan menentukan waktu baku bongkar muat container crane dan utilitas dermaga. Sehingga diperoleh produktivitas dari container crane dan persentase kebutuhan panjang dermaga.
Untuk memecahkan masalah tersebut maka dilakukan suatu penelitian tentang produktivitas container crane dan dermaga dengan peramalan. Adapun data yang digunakan meliputi data waktu pelayanan bongkar muat peti kemas oleh container crane dan data utilitas demwaga di Pelabuhan Tanjung Emas serta pertumbuhannya. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS dan program komputer LSF untuk mendapatkan jenis distribusinya, waktu rata-ratanya, standar deviasi yang dimilikinya serta jumlah bongkar dan muat peti kemas. Selain data tersebut, data lain yang dikumpulkan adalah data arus peti kemas serta kebutuhan utilitas kebutuhan dermaga. Akhimya dihasilkan kebutuhan peralatan container crane yang dibutuhkan serta kebutuhan panjang dermaga di terminal peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sampai dengan tahun 2010."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50399
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eza Novia Putri
"Aktivitas bongkar muat peti kemas menjadi salah satu lini yang menyumbang emisi CO2 terbesar pada area pelabuhan. Tiap pelabuhan mulai menerapkan konsep Green Port sebagai upaya mitigasi emisi CO2. Malaysia merupakan salah satu negara yang memiliki pelabuhan dengan pelayanan peti kemas terbesar di dunia dan sudah beberapa kali mendapatkan  penghargaan dari The APSN (APEC Port Services Network) Green Port Award System. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan emisi CO2 pada terminal peti kemas yang ada di Indonesia dan Malaysia, kemudian dilakukan analisis dari hasil perhitungan untuk mendapatkan strategi penurunan emisi CO2. Model perhitungan pada penelitian kali ini menggunakan metode Bottom-Up yang menjadikan nilai konsumsi bahan bakar sebagai hasil perhitungan dengan rumus dari Teori Pergerakan Peti Kemas. Objek penelitian berupa 10 terminal peti kemas yang tersebar di wilayah Indonesia dan Malaysia, dimana masing-masing negara diwakili oleh 5 terminal peti kemas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Westport Container Terminal (Port Klang) merupakan penyumbang emisi CO2 tertinggi sebesar 171 ribu ton CO2 dan terminal dengan efisiensi pelayanan peti kemas terbaik  berdasarkan emisi CO2 per Teu’s adalah NPCT 1 sebesar 9,8 kg emisi CO2 per Teu’s. Alat bongkar muat yang menyumbang emisi CO2 terbanyak pada masing-masing terminal adalah Quay Crane kecuali TPK Tanjung Perak yang mendapati hasil Terminal Truck yang merupakan penyumbang emisi CO2 terbanyak. Efisiensi layout terminal dan Elektrifikasi alat bongkar muat merupakan strategi yang paling baik berdasarkan analisis hasil dari penelitian ini.

Loading and unloading activities of containers are among the largest contributors to CO2 emissions in port areas. Ports worldwide have begun to implement the Green Port concept as an effort to mitigate CO2 emissions. Malaysia is one of the countries with the largest container port services globally and has received several awards from The APSN (APEC Port Services Network) Green Port Award System. This study aims to compare CO2 emissions at container terminals in Indonesia and Malaysia, followed by an analysis of the calculation results to develop strategies for reducing CO2 emissions. The calculation model in this study employs the Bottom-Up method, which uses fuel consumption values as inputs based on the Container Movement Theory. The research includes 10 container terminals distributed across Indonesia and Malaysia, with each country represented by 5 container terminals. The results indicate that the Westport Container Terminal (Port Klang) is the largest contributor to CO2 emissions, amounting to 171 thousand tons CO2. The terminal with the highest container service efficiency based on CO2 emissions per TEU is NPCT 1, with 9.8 kg of CO2 emissions per TEU. The equipment contributing the most CO2 emissions at each terminal is the Quay Crane, except for TPK Tanjung Perak, where the Terminal Truck is the largest contributor to CO2 emissions. The most effective strategies based on the analysis results of this study are terminal layout efficiency and the electrification of loading and unloading equipment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Rudy Marthin A.
"Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beribu pulaunya dan lautnya yang luas. Potensi laut Indonesia merupakan salah satu yang terbesar untuk dikembangkan guna peningkatan pendapatan negara. Akan tetapi potensi ini belum tergali dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas pemakaian terminal bongkar muat yang belum maksimal pada PBM di Indonesia. Untuk peningkatan pelayanan pelabuhan, dibutuhkan suatu PBM yang mampu menangani bongakar muat, khususnya pada muatan petikemas yang berkembang pesat pada saat ini. Untuk melihat kesiapan PBM dalam pelayanan bongkar muat petikemas, maka dilakukan analisis produktivitas bongkar muat petikemas pada pelabuhan domestik (terminal konvensional). Tingkat produktivitas PBM di lihat dari segi waktu pelayanan bongkar muat, jumlah tenaga kerja yang di gunakan, jumlah muatan yang dapat di tampung dan jumlah kapal yang bertambat pada terminal. PBM yang di katakan efesien apabila PBM tersebut dapat melakukan operasional bongkar muat hingga batas maksimal yang disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang digunakan. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan produktivitas bongkar muat petikemas pada PBM. Namun keberhasilannya belum dapat di pastikan, karena keterbatasan waktu untuk melakukan percobaan.

Indonesia is an archipelago country with thousands of islands and vast ocean. Potential of Indonesia's ocean is one of the biggest opportunities for the development of its state income. But the potency is not exploied well. One of the causes is the un productive using of the Indonesian container terminal. To improve the seaport services, we need a PBM which is able to handle containers properly, especially in anticipating the recent rapid development of container cargoes. To observe the readiness of PBM in handling the containers, we analyze the productivity of container handling at domestic terminal (Conventional Terminal) in Tanjung Priok. The analisys is conducted in order to see the productivity rate of the PBM in term of its time limit, the total usege of labors, the total capacity that can be accommodated and the total of ships that anchor at the terminal. The PBM can be considered as efficient if it can handle the containers up to its optimum limit based on the available facilities and equipment. The results of this analyses can be used as the basis in developing the productivity of containers handling at PBM, but the success is still uncertain due to the limited time for conducting the experiment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>