Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Satria Agus Nugroho
"Batas Atterberg diperkenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun 1911 dengan tujuan untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus dan menentukan sifat indeks property tanah. Batas Atterberg meliputi batas cair, batas plastis, dan batas susut. Dalam menentukan batas Atterberg ini, proses pengujian menggunakan metode yang diberikan dalam BS 1377 : Part 2 : 1990. Berdasarkan metode tersebut, sampel tanah yang diuji tidak diperbolehkan dipersiapkan dengan cara kering oven, hal ini disebabkan karena pemanasan tanah dengan derajat suhu yang berbeda akan menyebabkan perubahan propertinya secara signifikan. Beberapa sifat fisiknya akan berubah secara permanen. Oleh karena itu, sampel tanah harus diujikan dalam kondisi alami atau kering udara. Pada kenyataannya, karena kendala waktu dan faktor-faktor lainnya, banyak dilakukan pengujian dengan persiapan benda uji kering oven.
Sasaran dari penelitian ini adalah memahami pengaruh dari pemanasan tanah lempung marina terhadap nilai batas Atterberg melalui 2 metode pengeringan yaitu metode kering udara dan metode kering oven. Pengujian laboratorium meliputi uji batas cair dan batas plastis untuk 2 metode persiapan sampel yang berbeda (air dry dan oven dry) dan dengan berbagai kombinasi suhu oven dalam pencarian kadar air.
Efek pemanasan terhadap nilai parameter batas Atterberg tanah lempung ditunjukkan dari perbedaan hasil nilai batas cair dan batas plastis. Semakin bertambahnya suhu, diperoleh nilai batas cair yang semakin besar. Sedangkan untuk nilai batas plastisnya, diperoleh nilai yang semakin besar hingga pada suhu tertentu dimana nilai batas plastisnya berada pada titik optimum dan jika suhu dinaikkan, diperoleh nilai batas plastis yang semakin rendah. Dari hasil uji batas cair dan batas plastis untuk 2 metode persiapan sampel yang berbeda (air dry dan oven dry), nilai batas cair dan batas plastis yang diperoleh dengan metode kering oven lebih besar daripada nilai yang diperoleh dengan metode kering udara. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh ikut terbakarnya material organik akibat pemanasan.

Atterberg limit is firstly defined in 1911 by Albert Atterberg with their purposes are to classifying cohesive soils and determine engineering properties of soils. Atterberg limits include liquid limit, plastic limit, and shrinkage limit. The standard method of determination of Atterberg limits are stated in BS 1377 : Part 2 : 1990. According to BS, the soil tested by Atterberg limits should not be oven dried, it is because drying the soils in different degree will alter their properties significantly. Some of the physical properties of soils will undergo changes that appear to be permanent. Therefore, the soil samples should be in natural or air dried form. However, in reality, due to time constraint and other factors many will run the test by using soil samples that are prepared by oven dry.
The objective of this study is to comprehend the effect of drying on the Atterberg limit of marine clay through 2 drying methods that is air drying method and oven drying method. Laboratory testing included liquid limit test and plastic limit test for 2 different sample preparation methods (air dry and oven dry) and with various oven temperature combination in water content seeking.
Effect of drying on the Atterberg limit parameter value of marine clay shown from difference result of liquid limit and plastic limit value. Increasing of temperature obtained ever greater plastic limit value. While for the plastic limit value, obtained finite ever greater value at certain temperature where the plastic limit value resided in at optimum point and if the temperature increased, obtained lower value of plastic limit. According to liquid limit and plastic limit test results for 2 different sample preparation methods (air dry and oven dry), oven dried method gain liquid limit and plastic limit value result greater than air dried method. This matter possibility caused of be combustible of organic material as result of drying.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35225
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susilo Soepandji
"Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Dalam menunjang pembangunan salah satu infra stuktur pada pembangunan jangka panjang II, pembangunan jalan raya termasuk salah satu unsur panting dalam persiapan menuju tahap tinggal landas bagi bangsa Indonesia. Pembangunan jalan raya diatas tanah dasar masih termasuk pilihan yang paling murah bila dibandingkan dengan jalan layang yang memerlukan biaya mahal.
Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya. Pembangunan jalan raya tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah. Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Dengan kemajuan tehnologi saat ini sudah banyak dilakukan stabilisasi tanah dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan bahan kimia, seperti geosta, Sistem Consolid, Fascrete.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kimia yang digunakan terhadap sifat-sifat tanah."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Esti Herbawamurti
"Penelitian pengaruh tanah liat atau clay pada pembuatan briket batubara tanpa karbonisasi dengan komposisi tanah liat sebagai variabel yakni 0%, 5%, 10% dan 15%, telah dilakukan di Laboratorium UPT - LSDE, BPPT.
Hasil pengamatan diperoleh uji kuat tekan terhadap briket dengan tanah liat 0% = 5,5 kg/cm2 ; 5% = 9,25 kg/cm2 ; 10% = 12,95 kg/cm2 ; 15% = 16,65 kg/cm2. Dari segi ketahanan dan lama pembakaran menunjukkan briket dengan 0% tidak utuh, runtuh pada menit ke 90; briket dengan tanah liat 5% tidak utuh, runtuh pada menit ke 120; briket dengan tanah liat 10% utuh sampai ke menit 152; briket dengan tanah liat 15% utuh sampai ke menit 122. Analisa emisi gas pada pembakaran briket dengan tanah liat 0% menunjukkan CO rata-rata 434 ppm ; tahah liat 5% CO rata-rata 530 ppm ; tanah liat 10% dengan CO rata-rata 394 ppm dan tanah liat 15% CO rata-rata 386 ppm.
Dua variabel atau komposisi tanah liat pertama tidak utuh dan dalam pembakaran tidak bertahan lama serta emisi gas CO lebih tinggi. Sedangkan pada dua variabel terakhir dapat disimpulkan bahwa tanah liat dengan komposisi tanah liat 10% lebih baik.

Research on clay as raw material in producing coal briquette without carbonization has been conducted in laboratory of UPT-LSDE, BPPT. Clay to coal composition that was used as variable was 0%, 5%, 10% and 15%.
Result of pressure test of the mixture are as follow: for clay to coal 0% the strength is 5.5 kg/cm2; for clay to coal 5% the strength is 9.25 kg/cm2; for clay to coal 10%, the strength is 12.95 kg/cm2; for clay to coal 15%, the strength is 16.65 kg/cm2. From the view of lifetime and combustion time it was showed that briquette for clay to coal to coal 0% will be broken into pieces in 90 minutes, for clay to coal 5% will be broken into pieces in 120 minutes, or clay to coal 10% will be ruined into pieces in 152 minutes, for clay to coal 15% will be ruined into pieces in 122 minutes. The gas analysis showed that CO gas emission of the briquettes for the five are as follows: 0% of clay was 434 ppm, 5% of clay was 530 ppm, 10% of clay was 394 ppm, and 15% of clay was 386 ppm.
The first two compositions is considered as weak, shorter durability and emitted more CO gas emission. Finally, between the last two compositions can be concluded that, that one with 10% of clay is the best.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T2687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Marti Wigayati, author
"Characteristic of thermal property, electrical property and crystal structure of sic ceramic with additif clay addition. Ceramic sic has been made from raw materials Sic technics and clay as additive. Clay composition is 0,1,3,4 % weight, where function of clay is as a binder and it can not influence properties of Sic...."
[Place of publication not identified]: Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Hadi Pratama
"Tujuan penulisan naskah ini yaitu mencari opsi potensi penggunaan genteng tanah liat berkualitas rendah. Genteng Tanah Liat merupakan tipe genteng yang paling sering digunakan di Indonesia. Walaupun begitu, diestimasi sekitar 30% dari produksi industri keramik menjadi limbah. Studi kasus dilakukan di Desa Logede, Jawa Tengah yang terkenal dengan produksi genteng tanah liatnya. Penulisan naskah didasarkan pada kajian literatur untuk mengidentifikasi pilihan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan kembali genteng tanah liat yang berkualitas rendah. Pilihan-pilihan tersebut lalu diklasifikasikan apakah dapat dimanufaktur oleh warga desa sendiri atau butuhnya tenaga luar dan juga berdasarkan tiga aspek, yaitu sosial, studi, dan ekonomis. Pada akhirnya, didapatkan empat tipe pilihan yaitu manufaktur mudah dan memenuhi tiga aspek, manufaktur mudah dan  memenuhi dua aspek, manufaktur membutuhkan tenaga luar dan memenuhi  aspek, dan manufaktur membutuhkan tenaga luar dan memenuhi satu aspek.

The purpose of this script is to find potential options of the usage of lower-quality clay roof tiles. Clay roof tiles are the most commonly used type of roofing tile in Indonesia. However, it is estimated that around 30% of ceramic industry production becomes waste. A case study was conducted in Logede Village, located in Central Java, which is renowned for its production of clay roofing tiles. The thesis is based on a literature review to identify options for reusing low-quality clay tiles. These options are then classified based on whether they can be manufactured by the village residents themselves or require external labor, as well as three aspects: social, feasibility, and economic. In the end, four different possibilities are obtained: easy manufacturing meeting all three aspects, easy manufacturing meeting two aspects, manufacturing requiring external labor meeting one aspect, and manufacturing requiring external labor meeting only one aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Ilyas
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat centrifuge mengingat keandalannya dapat menghasilkan karakteristik tanah menjadi kondisi yang sesuai dengan karakteristik struktur tanah sebenarnya dilapangan. Penulis melakukan penelitian di ?Centre for soft ground Engineering National University of Singapore? yang memiliki alat centrifuge satu-satunya di Asia Tenggara.
Penelitian grup tiang dilapisan pasir akibat pembebanan lateral dengan menggunakan alat centrifuge telah banyak dilakukan, namun studi untuk memahami kinerja dari grup tiang yang dibebani beban lateral pada lapisan lempung masih sangat terbatas.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini sebuah seri percobaan yang komprehensif dilakukan untuk menguji perilaku tiang yang dibebani beban lateral statis dilapisan lempung normally consolidated (NC) dan over consolidated (OC). Konfigurasi grup tiang terdiri dari tiang tunggal, 2- grup tiang, 3x3 dan 4x4 grup tiang. Model tiang adalah ?square hollow alliununium? yang diberi instrumentasi strain gauges untuk memonitor respon momen lentur sepanjang tiang ketika ini beban lateral dilakukan. Untuk mengikat tiang menjadi grup digunakan ?pile cap? dari alumunium yang masif. Pile cap berada diatas permukaan tanah dan dapat berotasi ketika menerima beban lateral. Panjang tiang dalam tanah adalah 210 mm (14.7 m pada skala prototip ketika dites pada 70-g). Seri tes dilakukan pada grup tiang dengan jarak antar tiang 3 kali lebar tiang (3D). Tes dengan jarak antar tiang SD dilakukan pada grup tiang 2x3 dan 3x3 untuk melihat pengaruh efisiensi dan kapasitas grup tiang terhadap pembesaran jarak antar tiang.
Hasil pengujian dalam bentuk profil momen lentur, reaksi tanah (subgrade reaction) dan defleksi lateral dilapisan lempung NC dan OC dipresentasikan dengan rinci dalam disertasi ini. Pengaruh ?shadowing? (pengaruh tiang yang dimuka terhadap tiang yang dibelakangnya) mengakibatkan momen lentur maksimum yang terjadi pada individual tiang makin kecil jika jumlah tiang dalam grup membesar. Tiang lead (front) merupakan tiang yang menahan momen lentur terbesar dalam grup tiang. Perpindahan (displacement) pada individual tiang dalam grup akan makin besar jika ukuran grup tiang membesar. Efisiensi grup tiang mengecil jika jumlah tiang dalam grup, dengan jarak antar tiang 3D, membesar. Bila jarak antar tiang membesar meniadi SD maka efisiensi grup tiang mendekati l00%. P-multiplier untuk grup tiang dilapisan lempung OC lebih besar dari p-multiplier grup tiang dilapisan lemplmg NC. Perbandingan hasil observasi dengan teori elastis yang dikembangkan oleh Poulos sangat berbeda terhadap kapasitas lateral maupun momen lentur dari individual tiang dalam grup. Kesesuaian yang baik diperoleh antara hasil observasi dan prediksi yang menggunakan program finite element tiga dimensi FLPIER serta metoda iterative pada grup tiang dilapisan NC dan OC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
D1208
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sofyan Arifin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam menunjang pembangunan salah satu infra struktur pada pembangunan jangka panjang II, pembangunan jalan raya termasuk salah satu unsur penting dalam persiapan menuju tahap tinggal landas bagi bangsa Indonesia. Pembangunan jalan raya diatas tanah dasar masih termasuk pilihan yang paling murah bila dibandingkan dengan jalan layang yang memerlukan biaya mahal. Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya, Pembangunan jalan raya tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah. Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Dengan kemajuan teknologi saat ini sudah banyak dilakukan stabilisasi tanah dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan bahan kimia GEOSTA-A, Clean Set Cement Type CS-10, Consolide C444, Supercement dan Borresperse CA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kimia yang digunakan terhadap sifat-sifat tanah. Selain itu untuk mengetahui pengaruh bahan tersebut terhadap kekuatan tanah dasar. Tanah yang akan di teliti adalah tanah sensitif pada lapisan yang tidak dalam dan tanah gambut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soviany
"
ABSTRAK
Penyelidikan tanah merupakan suatu pekerjaan pendahuluan yang penting dalam perencanaan suatu pondasi. Penyelidikan ini ditujukan untuk menentukan parameter-parameter tanah yang relevan untuk mendisain pondasi yang aman dan ekonomis.
Untuk mengetahui karakteristik tanah dilakukan serangkaian pengujian yang meliputi pengujian di lapangan dan pengujian di laboratorium. Penyelidikan di lapangan di batasi pada 4 titik uji primer dan 4 titik uji sekunder. Contoh tanah yang diperoleh dari pengujian Iapangan diteliti di laboratorium yang meliputi uji sifat fisik (index properties) dan uji sifat teknik (engineering properties). Dari hasil pengujian dibuat korelasi antar parameter terhadap elevasi dan korelasi yang ada dibandingkan dengan penyelidikan-penyelidikan sebelumnya.
Dari profil tanah dan parameter-parameter yang diperoleh dibuat suatu penyederhanaan profil dan parameter yang akan digunakan untuk mendisain pondasi dangkal yang aman dan ekonomis.
Dengan memperhatikan batasan-batasan yang diizinkan dalam suatu perhitungan pondasi dapat direkomendasikan jenis. ukuran telapak dan kedalaman pondasi dangkal yang dapat dibangun di daerah Depok sesuai dengan kontur tanah yang ada.
"
1997
S34651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>