Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Agung Irawan
"
ABSTRAK
Pada masa mendatang, pengembangan wilayah/perkotaan di DKI Jakarta
bertendensi ke arah Utara Pengembangan kota Jakarta yang bergerak ke arah
Utara dengan cara melakukan reklamasi, diharapkan akan mampu membantu
mengatasi permasalahan kecenderungan perkembangan kota yang selama ini
bergerak ke arah Selatan.
Sesuai dengan konsep pengendalian banjir DKI Jakarta, sungai-sungai yang
berhulu di wilayah Jawa Barat dan alurnya melintasi wilayah DKI, berubah fungsi
menjadi bagian dari sistem drainase kota. Sistern drainase wilayah DKI tidak dapat
dipisahkan dari sistem drainase alamiahnya, yang terdiri dari sungai-sungai yang
mengalir melalui wilayah DKI dan bennuara di Teluk Jakarta
Wilayah DKI Jakarta termasuk dalam DAS Sistem Aliran Cengkareng
Drain yang meliputi sebagian wilayah DKI, sebagian Tangerang dan sebagian
wilayah Bogor. Pada saat sekarang ini, wllayah DKI sebagian besar sudah berubah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran sedangkan di wilayah Tangerang dan
Bogor sedang terjadi perubahan tata guna Iahan dari daerah yang hijau menjadi
pemukiman. Perubahan tata guna lahan dari daerah yang hijau menjadi daerah
pemukiman menyebabkan erosi yang tenjadi semakin besar akibat dari permukaan
tanah yang tidak terlindung.
Perkiraan erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat diketahui dengan
menggunakan Metode USLE ( Universal Soil Loss Equation ). Dalam
menggunakan Metode USLE ini dibutuhkan data - data mengenai curah hujan, jenis
tanah, panjang sungai, jenis tata guna Iahan dan kemiringan lereng.
Lahan pada DAS yang bermacam-macam fungsinya mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap besarnya erosi. Tata guna lahan yang berubah secara cepat
dari lahan yang semula berupa hutan menjadi sawah, kebun dan akhirnya menjadi
daerah pemukiman pada saat sekarang ini sebagai akibat dari pertambahan
penduduk, telah menyebabkan erosi yang terjadi Iebih besar dibandingkan dengan
erosi yang terjadi di waktu lampau.
Skripsi ini membahas mengenai perkiraan erosi yang terjadi akibat
perubahan tata guna lahan dengan menggunakan Metode USLE.
"
1997
S34657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rachmat S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S35589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Sulistiyanto
"
ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan jaman, pembangunan selalu mengarah pada
perubahan pola tata guna lahan, seperti yang terjadi di DKI Jakarta dimana
pengembangan kotanya bergerak ke arah utara dengan cara melakukan reklamasi,
yang diharapkan akan mampu mengatasi kecenderungan perkembangan kota yang
selama ini bergerak ke arah selatan.
Salah satu masalah yang ditimbulkan akibat pembangunan tersebut adalah
masalah sedimentasi yang penanganannya cenderung memerlukan curahan tenaga
dan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu alat
bantu yang mudah, dan cepat. Pengembangkan model USLE yang dikalibrasi
terhadap model Schaifemak yang dapat diandalkan untuk memecahkan masalah ini.
Model yang dibuat dalam bentuk program komputer dan khusus untuk
memperkirakan laju sedimen tersuspensi ini dapat mensimulasikan pola laju Sedimen
tersuspensi yang terjadi pada suatu DAS yang diamati. Melalui model ini juga
diharapkan dapat mempersingkat waktu dalam pemprosesan data, sehingga diperoleh
suatu gambaran mengenai pola sedimen tersuspensi pada DAS yang amati. Selain itu,
parameter kalibrasi yang diperoleh dapat digunakau untuk memperkirakan laju
sedimentasi untuk waktu seterusnya selama karakteristik DAS (topografi dan
suuktur tanah) tidak mengalami perubahan besar, yaitu dengan mengalikan
parameter kalibrasi tersebut dengan hasil perhitungan USLE yang datanya lebih
mudah diperoleh.
"
1997
S34673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tua Rohot
"Prakiraan laju erosi permukaan dengan mengg-u-nakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah rrerupakan hasil perkalian dari variabelvariabel erosi yaitu indeks erosivitas hujan, indeks erodibilitas tanah, indeks panjang dan lemiringan lereng, indeks pengelolaan tanaman serta indeks pengelolaan dan konservasi lahan. Penentuan indeks-indeks USLE membutuhkan parameter sebaran spasial morphologi, topgrafi, jenis penutup tanah dan data pengelolaan tanaman serta konservasi tanah dirnana data-data tersebut diolah dari peta-pets tematik tercetak. Pembuatan peta tematik membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi untuk suatu cakupan daerah aliran sungai yang luas.
Karena sulitnya penentuan indeks-indeks metode USLE, maka dicari suatu alterneif yaitu dengan memanfaatkan indeks-indeks morphometry. Indeks morphometry adalah suatu besaran geometris yang menggambarkan karakteristik morphologi dan topografi suatu daerah aliran sungai sedangkan indeks-indeks USLE adalab merupakan besaran morphologi, topografi dan jenis penutup tanah dengan demikian indeks-indeks morphometri berpotensi untuk dapat me.-iggantikan indeks-indeks USLE.
Untuk menentukan indeks morphometry yang potensial untuk menggantikan indeks USLE adalah dengan membuat grafik hubungan dan dinilai sejauh mana hubungannya berdasarkan bentuk grafik yang ter adi, yaitu ; grafik berbentuk garis lures dengan suatu kemiringan dinilai "terlihat jelas sekali", grafik berbentuk garis ekponensial dinilai "terlihat jelas", grafik berbentuk garis hiperbola dinilai "terlihat cukup jelas" dan grafik berbentuk garis tegak lurus terhadap sumbu X atau sumbu Y dinilai "tidak ada hubungan". Dari hasil penilaian tersebut dicari indeks morphometry yang mempunyai hubungan dengan indeks USLE dimana dalam menentukan indeks morphometry tersebut tidak terlalu sulit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lengkong, Chriesty Elisabeth
"DAS Tondano Hulu mempunyai arti yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Minahasa dan Kota Manado. Hal ini dimungkinkan mengingat DAS ini memiliki fungsi perlindungan, terutama dari segi tata air, terhadap seluruh bagian DAS. Adanya aktivitas di bagian hulu akan berdampak, tidak hanya pada wilayah tersebut, tetapi juga pada bagian hilir.
Jumlah penduduk di DAS Tondano Hulu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas pemanfaatan sumberdaya lahan. Terlebih penduduk yang ada di wilayah ini telah beraktivitas sampai ke lereng-lereng gunung atau daerah marjinal. Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat pemanfaatan lahan yang berlebihan adalah laju erosi pada permukaan tanah yang semakin tinggi. Erosi adalah proses pengikisan kulit bumi yang senantiasa terjadi di permukaan bumi. Namun, dengan adanya aktivitas manusia, proses erosi-yang semula terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat-dapat dipercepat. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air, serta mengakibatkan timbulnya pendangkalan (sedimentasi), baik di sungai, danau atau waduk. Untuk mengantisipasi terjadinya laju erosi yang semakin meningkat diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan DAS secara terpadu, khususnya penerapan dari aspek teknis yang salah satu di antaranya dengan menggunakan teknologi Sistem Infonmasi Gcografis (SIG). SIG adalah suatu perangkat yang dapat digunakan untuk inventarisasi dan analisis data yang berhubungan dengan erosi. Penyajian inkrnnasi keruangan SIG adalah berupa pima erosi.
Masalah pertama adalah berkaitan dengan laju erosi dan persebarannya yang hingga saat ini belum terinventarisasi dengan baik. Masalah ini dapat diatasi melalui perhitungan laju erosi menggunakan metode Universal Sail Loss Equation (USLE.). Satuan unit analisis yang digunakan adalah bentuk lahan. Melalui perhitungan USLE, laju erosi dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan potensi bahaya erosi dan persebarannya. Potensi bahaya erosi sering disebut tingkat bahaya erosi (TBE). Masalah ini dapat diatasi melalui perhitungan lndeks Bahaya Erosi (IBE) menggunakan konsep Hammer dari data yang telah diketahui laju erosi dan laju erosi yang dapat ditoleransi/Tolerance Soil Loss (TSL). Melalui perhitungan tersebut, maka IBE dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya. Informasiinformasi ini penting diketahui untuk pelaksanaan konservasi tanah.
Masalah ketiga adalah berkaitan dengan tindakan awal dalam konservasi tanah, yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi. Dalam metode USLE, digunakan empat faktor yang mempengaruhi erosi. Dengan menggunakan analisis korelasi, maka dari keempat faktor tersebut dapat ditentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju erosi di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sistem informasi yang bersifat geografis atau infornasi spasial dan membangun basis data sumberdaya lahan, berupa pemetaan potensi laju erosi di DAS Tondano Hulu, bagi perencanaan wilayah dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disusun hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Jika bentuk lahan di DAS Tondano Hulu dianalisis dengan menggunakan nu ti de USLE, maka laju erosi tinggi akan tersebar pada bentuk lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 45%, jenis tanah peka erosi, curah hujan tinggi, dan indeks penggunaan lahan yang tinggi; (2) Jika laju erosi pada bentuk lahan dianalisis dengan menggunakan perhitungan IBE, maka laju erosi yang terjadi di wilayah penelitian berada pada TBE tinggi; dan (3) Jika faktor yang mempengaruhi laju erosi dianalisis menggunakan analisis korelasi, maka faktor penggunaan lahan akan diperoleh sebagai faktor yang paling berpengaruh. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dan dilakukan dengan metode ekposfakto menggunakan pendekatan korelasional. Alat yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah (1) SIG yang terdiri dari perangkat lunak AutoCad versi 12 untuk digitasi peta, Arclnfo versi 15.1 untuk pengolahan data spasial, dan ArcView versi 3.1 untuk layout dan pencetakan peta, (2) Perangkat lunak Excel 2000, dan (3) Perangkat lunak Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10.00. Di wilayah penelitian terdapat 15 bentuk lahan yang di dalamnya terdapat 74 lokasi dari ke-15 bentuk lahan. Salah satu fungsi analisis yang digunakan dalam SIG adalah overlay peta. Overlay peta dilakukan untuk mendapatkan laju erosi setiap bentuk lahan. Overlay peta dilakukan antara peta bentuk lahan, teknik poligon, jenis tanah, penggunaan lahan, dan lereng, yang di dalamnya telah berisi nilai indeks tiap informasi dari peta-peta tersebut. Untuk mengetahui persebaran laju erosi di DAS Tondano Hulu, laju erosi diklasifikasikan atas lima kelas, yaitu kelas 1 (kurang dari 15 ton/ha/tahun), kelas 2 (15-60 ton/ha/tahun), kelas 3 (60-180 ton/ha/tahun), kelas 4 (180-480 ton/ha/tahun), dan kelas 5 (lebih dari 480 ton/ha/tahun). Dari klasifikasi tersebut, teridentifikasi 32 lokasi bentuk lahan dari 74 lokasi bentuk lahan yang memiliki laju erosi tinggi dan sangat tinggi. Dan tersebar di sebagian besar wilayah penelitian, terutama di Kecamatan Tondano, Eris, dan Remboken, serta di sekitar Gunung Soputan di Kecamatan Langowan.
Untuk mengetahui persebaran potensi bahava erosi di DAS Tondano hulu. hail IBE diklasifikasikan atas 4 kelas, yaitu kelas 1 (kurang dari 1,00), kolas 2 (1,00-4,00), kelas 3 (4,00-10,00), dan kelas 4 (lebih dari 10,00). Dari basil klasifikasi tersebut, teridentifikasi 36 lokasi bentuk lahan dari 74 lokasi bentuk lahan yang memiliki TBE tinggi dan sangat tinggi. Dan tersebar di Kecamatan Tondano, Eris, dan Remboken. serta di sekitar Gunung Soputan di Kecamatan Langowan. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi Karl Pearson dan analisis regresi berganda (koefisien korelasi dan koefisien regresi). Hasil analisis korelasi Karl Pearson menunjukkan bahwa korelasi antara laju erosi dengan penggunaan lahan adalah yang paling kuat, yaitu 0,68. Sedangkan koefisien korelasi dan koefisien regresi dari analisis regresi berganda secara berturut-turut adalah 0,911 dan 0,829. Koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara laju erosi dan keempat komponen USLE . Sedangkan basil koefisien regresi menunjukkan bahwa 83% dijelaskan oleh keempat komponen LISLE, sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain, yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Laju erosi tinggi dan sangat tinggi tersebar pada bentuk lahan dengan curate hujan yang tinggi (indeks erosivitas rata-rata diatas 1000), jenis tanah yang peka erosi (didominasi oleh Alfic hapludands), kemiringan iereng lebih dari 45%, dan indeks penggunaan lahan yang tinggi (didominasi oleh kebun campuran, cengkeh, dan belukar).
2. Laju erosi yang terjadi di DAS Tondano Hulu telah berada di atas batas laju erosi yang dapat ditoleransi dan berada pada tingkat bahaya erosi tinggi dan sangat tinggi.
3. Faktor penggunaan lahan adalah faktor yang paling mempengaruhi laju erosi di DAS Tondano Hulu.

Tondano Upper Watershed plays an important role in developing implementation at Minahasa District and Manado City. Because this watershed has a protection function, especially for water supply to a whole watershed from upper to lower. Activities that happen at the upper will impact not only at that area, but also to the lower area.
Population of Tondano Upper Watershed has been increasing for years. So, people demands on land for a living will be increasing. Because land area is limited, so people are going to inhabit on slopes of hills or mountains or even at marginal area to land utility. One of the negative impacts of overwhelming land utility is soil erosion.
Soil erosion is physical removal of topsoil process that happens at all the time. But, it becomes serious, when the process is accelerated by human activity. Soil erosion caused loss of fertile soil, lack of soil capability to absorb and restrain water, and sedimentation in rivers, lakes, or reservoirs. Watershed management and planning have been needed to anticipate erosion rates that have been increasing, especially in focus to technical aspects. One of them is by using Geographical Information Systems (GIS) technology. GIS is a tool that is used for inventory and spatial analysis of soil erosion. Output from GIS for this research is spatial potentially of erosion.
The first problem is distribution of erosion rates that have not been recorded yet. This problem can be identified by predicting soil erosion, using Universal Soil Loss Equation (USLE) method. The unit of analysis is landform. By using USLE, erosion rates can be classified in its classes.
The second problem is distribution of erosion hazard assessment. This problem can be estimated by calculating erosion hazard index, using Hammer's concept. The erosion hazard index is derived from tolerance soil loss identification and erosion rate. Erosion hazard index can be classified in its classes. This information is important to know for implementing land conservation.
The third problem focuses on factors of erosion which are the most influence on erosion rates within this watershed. This problem can be analyzed by using statistic of analyses, such as Karl Pearson correlations and multiple regression analysis. The purpose of this research is providing geographic information systems or spatial information and setting up land resources data base, such as erosion rates potential maps at Tondano Upper Watershed for regional planning and input for decision makers.
According to the research problems stated above, the hypotheses are as follows:
1. If landforms at Tondano Upper Watershed were analyzed by using USLE method, then high erosion rates would distribute to region with slope more than 45%, lack of resistance of soil, high rainfall, and high of land use index.
2. If erosion rates on land form were analyzed by using I13E, then the erosion rates would achieve at high erosion hazard level.
3. If factors of erosion were analyzed by using correlations analyses, then land use factor would be the most factors influencing erosion.
The type of this research is descriptive-analytic, using expos-facto method focusing on correlation approaches. Tools used in data processing and analysis are (1) GIS, such as AutoCad version I2 for diggit.asing, Arclnfo version 3.5.1 for data spatial processing, ArcView version 3.1 for output. (2) Excel 2000, and (3) SPSS version 10.00. There arc 15 landforms in this research area, covering 74 locations of 15 landforms. Analysis function that is used in GIS is overlaying techniques. Overlay is done to get erosion rates on landforms. A logical overlay involves finding those areas, in these case landforms, where a specified set of conditions occur (or not at the same time) together (Aronoff, 1993:208). The overlaying techniques are between land form map and polygon technique map, soil map, slope map, and land use map. Erosion rates on landforms are classed into five classes, there are first class (less than 15 ton/ha/yr), second class (15-60 ton/ha/yr), third class (60-180 ton/ha/yr), fourth class (180-480 ton/ha/yr), and fifth class (more than 480 ton/ha/yr). Identified 32 locations of landforms from 74 locations of landforms have high and very high erosion rates. Those are distributed in a large part of research area, especially at Kecamatan Tondano, Ens, and Remboken, also at the slope of Soputan Mount in Kecamatan Langowan. Erosion hazards index on landforms are classified into four classes, consisting of first class (less than 1,00), second class (1,00-4,00), third class (4,00-10,00), and fourth class (more than 10,00). Identified 55 locations of landforms from 74 locations of landforms which are above TSL and identified 36 locations from 74 locations of landforms have high and very high erosion hazard levels. Those are distributed in Kecamatan Tondano, Eris, and Remboken, also in the slope of Soputan Mount in Kecamatan Langowan. Statistical analyzes that are used in this research are Karl Pearson correlations and multiple regression analysis (coefficient correlations and coefficient regression). Karl Pearson correlations indicate that land use factors is the most factor influencing erosion rates, that is 0,68. The coefficient correlation and coefficient regression is 0,911 and 0,829 respectively. Coefficient correlations indicate there are strong relationships between erosion rates and factors of erosion. While coefficient regression indicates that 83% can be explained with factors of erosion and the rest can be explained with other factors which are not examined in this research.
The conclusions of this research are as follows:
1. Distributions of high and very high erosion rates are around the area of high rainfall (erositivity index means above 1000), erodible soil type (dominated by Alfic hapludands), slope above 45%, and high land use index (dominated by mixed garden, clove, and shrub.
2. Erosion rates in this area has achieved above TSL as well as in high and very high erosion hazard level.
3. Land use factor is the most factor influencing erosion at Tondano Upper Watershed.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T4009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikri Arzi
"Erosi yang melebihi batas ambang merupakan ancaman bagi keseimbangan ekosistem di permukaan bumi. Kemunduran sifat fisik tanah dan sedimentasi merupakan salah satu akibat dari erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana erosi di bentuk muka bumi berupa unit-unit geomorfologi di komplekngunung intrusive Sanggabuana. Prediksi erosi dalam penelitian ini menggunakan metode USLE. Parameter yang digunakan yaitu erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), vegetasi (C), dan konservasi (P). Hasil penelitian ini yaitu vegetasi (C) berupa hutan: bambu, mahoni, puspa, jeng-jeng; dan sawah tadah hujan/irigasi: padi; dengan konservasi (P) tanah umumnya teras bangku memiliki prediksi erosi yang normal dan ringan. Sementara vegetasi (C) kebun/perkebunan: pisang, singkong, kelapa, jati; tegalan/ladang: tanaman campuran; dan semak/belukar; dengan konservasi tanah (P) umumnya berupa pengelolaan tanah di lereng dan tanah tanpa tindakan konservasi memiliki prediksi erosi berat dan sangat berat. Lereng (LS), curah hujan (R), dan jenis tanah (K) terlindungi nilai indeks C dan P yang rendah sehingga menyebabkannerosi ringan di wilayah penelitian. Prediksi erosi sangat berat terluas di wilayah penelitian terdapat di dataran intrusive vulkanik sebesar 929,24 ha atau 15,61% dari luas unit-unit geomorfologi tersebut dan prediksi erosi sangat berat dengan persentase terbesar di masing-masing unit-unit geomorfologi terdapat di dataran teras alluvial muda yaitu 23,52% atau 60,94 ha dari luas wilayah unit geomorfologi tersebut.

Erosion that has exceed the threshold is a threat to the ecosystem balance in the earths surface. Deterioration of physical properties of soil and sediment is one result of erosion. This research aims to determine how the erosion in the earth form of geomorphologic units in the complex of the Sanggabuana intrusive mountain. Prediction in this research using USLE method. The parameters used are erosivity (R), erodibility (K), length and slope (LS), vegetation (C), and soil conservation (P). The result of this research is in the form vegetation (C) of forest: bamboo, mahogany, puspa, jeng-jeng; and rain/irrigated field: rice; with soil conservation (P) bench terraces generally have predicted normal and low erosion. While vegetation (C) gardens/estates: bananas, cassava, coconut, teak; moor/farm: a mixture of land management; and soil conservation (P) land on the slopes and without conservation measures have predicted heavy and very heavy erosion. Slope (LS), rainfall (R), and soil type (K) are influenced by C and P which have low index makes low erosion in the research area. Very severe erosion predictions contained in the widest in research area found in the intrusive volcanic plains are 929,24 hectares or 15,61% of geomorphologic units of the region and very severe erosion predictions with the largest percentage in geomorphologic units found in the younger alluvial terrace plains are 23,52% or 60,94 hectares of geomorphologic units of the region."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Prihatini
"Daerah Aliran Sungai Serayu dengan luas 418.168 hektar ineinpunyai curah hujan rata-rata tahunan > 2000 mm, kemiringan lereng rata-rata > 15% dan sebagian besar jenis tanahnya latosol yang agak peka terbadap erosi. Dengan keadaan demikian maka DAS tersebut merupakan daerah yang memungkinkan untuk terjadinya erosi. DAS Serayu terbagi menjadi 9 Sub DAS, dua diantaranya adalah Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajuin. Kedua Sub DAS tersebut merupakan daerah tangkapan waduk Tajum (Sub DAS Tajum) dan waduk Gajah Ming (Sub DAS Sapi).
Dengan adanya erosi di kedua Sub DAS tersebut akan mengakibatkan dangkalnya waduk Tajuin dan waduk Gajah Ming. Sehubungan dengan dasar pemikiran di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui erosi yang terjadi di Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajuin dan kemungkinan meluasnya erosi di kedua Sub DAS tersebut. Adapun masalah yang dibahas adalah: dimana saja terjadi erosi di Sub DAS Sapi dan Sub DAS Tajum dan kemana kemungkinan meluasnya erosi di kedua Sub DAS tersebut'?
Yang dimaksud dengan meluasnya erosi dalam penelitian ini adalah bertarnbahnya luas daeràh yang tererosi dan juga munculnya daerah baru yang tererosi.
Dalam menentakan kemungkinan meluasnya erosi selain kondisi lereng, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan tanah yang sama dengan daerah yang tererosi digunakan juga variabel kerapatan tanaman.
Hipotésa dari permasalah di atas adalah pada daerah dengan kondisi lereng, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan tanah yang sama dengan kondisi daerah yang tererosi tetapi mempunyai kerapatan tanaman berbeda (lebih rapat) maka pada daerah tersebut mempunyai kemungkinan untuk meluasnya erosi."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rusdayani Amin
"Erosi menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan hidup, antara lain: menurunnya produktivitas tanah, memburuknya kualitas air, pelumpuran dan pendangkalan waduk yang menyebabkan memendeknya umur waduk, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru yang menunjang bertambahnya lahan kritis.
Erosi di DAS Ciliwung hulu dikategorikan sudah sangat berat, yaitu 192,23 ton per hektar per tahun (Lembaga Penelitian IPH 1990). Ini jauh lebih besar dari laju erosi yang masih dapat dibiarkan, yaitu 16,75 ton per hektar per tahun.
Sebagian besar penggunaan lahan di sub-DAS Ciliwung tanaman semusim, 28% tanaman perkebunan dan 21% hutan (Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1991).
Tanaman semusim yang banyak diusahakan adalah sayuran dengan berbagai pola tanam, yaitu 1)pola tanam tunggal wortel; 2)pola tanam tumpangsari wortel + bawang daun; 3)pola tanam tunggal kol; 4)pola tanam tumpangsari kol+bawang daun. Penggunaan lahan seperti ini akan memperbesar erosi karena lahan lebih sering terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola tanam terhadap erosi di sub-DAS Ciliwung hulu dengan tujuan khusus 1) mengukur besarnya erosi masing-masing pola tanam; 2) menentukan beda nyata erosi diantara pola tanam; 3) menentukan bentuk hubungan antara umur pola tanam dengan besarnya erosi; 4) memilih pola tanam yang sesuai untuk konservasi tanah di sub-DAS Ciliwung hulu.
Penelitian dilaksanakan di sub-DAS Ciliwung hulu, Desa Tugu Utara, Cisarua Bogor, selama lima bulan dari bulan Oktober 1991 hingga Maret 1992. Jenis tanah Asosiasi Andosol coklat dan Regosol coklat, curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir 3083,33 mm per tahun, dan kelerengan 2% hingga lebih dari 70% (Bakosurtanal 1991; BPP Cisarua 1991).
Penelitian bersifat eksperimen dengan menggunakan Rancangan Faktorial jenis "Dua faktor dalam rancangan kelompok lengkap teracak". Pola tanam sebagai perlakuan adalah: 1) pola tanam tunggal wortel; 2) pola tanam tumpangsari wortel+bawang daun; 3) pola tanam tunggal kol; 4) pola tanam tumpangsari kol + bawang daun dan 5) pola tanpa tanaman sebagai kontrol. Sebagai kelompok adalah kelerengan 20% dan 35%, karena tanaman sayuran banyak diusahakan pada kelerengan ini.
Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Keragaman (ANOVA), uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% dan 5% untuk menentukan beda nyata diantara perlakuan, analisis regresi dan korelasi sederhana untuk menentukan hubungan antara pola tanam dengan erosi.
Hasil analisis statistik menunjukkan, bahwa terdapat beda nyata diantara pola tanam. Erosi dari pola tanam tunggal wortel, tumpangsari wortel+bawang daun, tumpangsari kol+bawang daun lebih rendah dan berbeda sangat nyata dari erosi gala tanpa tanaman (tanah terbuka). Erosi dari pola tanam tunggal kol lebih tinggi, tetapi tidak berbeda nyata dari pola tanpa tanaman.
Hubungan antara umur pola tanam dengan besarnya erosi berbentuk linear dengan persamaan regresi, sebagai berikut:
Pola tanam tunggal wortel: Y= 8,6544-0,6064X.
Pola tanam tunggal kol Y=16,7129-1,0761X.
Pola tanam tumpangsari wortel+bawang daun: Y= 6,7077-0,4744X
Pola tanam tumpangsari kol+bawang daun: Y=13,9400-0,9699X
Pola tanpa tanaman: Y= 9,7374-0,3484X
Y= besarnya erosi (ton/ha)
X= umur pola (minggu)
Bentuk hubungan itu berarti besarnya erosi turun dengan bertambahnya umur pola tanam. Ini disebabkan karena luas penutupan tajuk bertambah dengan bertambahnya umur, sehingga erosi turun.
Laju erosi dari pola tanam tunggal wortel, tumpangsari wortel+bawang daun, pola tanam tunggall kol, tumpangsari kol+bawang daun sudah melampaui laju erosi yang masih dapat dibiarkan, bahkan tingkat bahaya erosi pola tanam kol dan tumpangsari kol+bawang daun tergolong tinggi yang sama dengan tingkat bahaya erosi tanah terbuka.
Pola tanam sayuran yang banyak diusahakan oleh petani di sub-OAS Ciliwung hulu khususnya pada kelerengan 20% hingga 35% tidak sesuai untuk konservasi tanah karena menyebabkan erosi yang besarnya melampaui laju erosi yang masih dapat dibiarkan.

Erosion creates negative impact on the environment such as decrease of soil productivity, decrease of water quality, shorten the lifetimes of dam and support the extending of critical lands.
Erosion in the upper Ciliwung catchments area is categorized very heavy, that is 192,23 ton per hectare per year (Lembaga Penelitian IPB 1990). The erosion rate is beyond the erosion tolerance, that is 16,75 ton per hectare per year.
Land use of the upper Ciliwung sub catchments area mainly area annual plant land 51%, perennial plant land 28% and forest land 21% (Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1991). The main annual plant grown in this area vegetable crop with mono and multiple cropping systems, that is 1) mono cropping of carrot; 2) multiple cropping of carrot plus onion; 3) multiple cropping of cabbage plus onion; 4) mono cropping of cabbage. . Land use like this will be to increase erosion.
The objective of this study is to investigate how far the effect of cropping system on erosion in the upper Ciliwung sub catchments area, with specific objectives: 1) to measure erosion rates of fields with different cropping system; 2) to determine significant difference of the erosion rates among the cropping system; 3) to determine relationship between the cropping system age and the erosion rate; and 4) to select the cropping system that is more favorable for soil conservation in the upper Ciliwung sub catchments area.
The area of study is located in Tugu Utara village area, Cisarua, Bogor, West Jawa. The field activities of study are provided from October 1991 to March 1992. The soil type is brown Regosol and brown Andosol Association, rainfall average during the last ten year is 3083,33 mm per year, and 2% to over 70% inclination (Bakosurtanal 1991); BPP Cisarua 1991).
The design of the study is: "A two-factor experiment in randomized complete block design". The treatments are: 1) mono cropping of carrot; 2) mono cropping of cabbage; 3) multiple cropping of carrot plus onion; 4) multiple cropping of cabbage plus onion; and 5) bare soil (control). Block is 20% and 35% inclination, because of a lot of vegetable crop is cultivated in this area.
Analysis of variance is implemented in data processing. Least Significant Difference Test (LSD Test) 1% and5% is used to determine the erosion significance of difference among treatments while simple regression and correlation analysis are used to determine relationship between the cropping system age and erosion rates.
Statistical analysis shows that there is significant difference on erosion rate between cropping system. Erosion of field mono cropping of carrot, multiple cropping of carrot plus onion, multiple cropping of cabbage plus onion were significant different and lower than the erosion of bare soil. Erosion rate of mono cropping of cabbage is higher and isn't significantly different to erosion of bare soil. Erosion of mono cropping of carrot, multiple cropping of carrot plus onion were significantly different and lower than erosion of mono cropping of cabbage and multiple cropping of cabbage plus onion. This difference is because of difference of plant canopy, crop density and crop management.
Relationship between the cropping system age and erosion follow linear regression equation as follows:
Mono cropping of carrot: Y= 8,6544-0,6064X
Mono cropping of cabbage: -Y=16,7129-1,0761X
Multiple cropping of carrot plus onion: Y= 6,7077-0,4744X
Multiple cropping of cabbage plus onion: Y=13,9400-0,9699X
Bare soil: Y= 9,7374-0,3484X
Y is erosion (ton/ha), X is system age {week)
The relationship shows a decreasing tendency of erosion due to the increase of cropping system age. This is because of canopying cover increase that reduce the erosion rate.
Erosion rate of soil of mono cropping of carrot, multiple cropping of carrot plus onion, mono cropping of cabbage, multiple cropping of cabbage plus onion each is higher than the erosion tolerance. In addition, erosion hazard index of mono cropping of cabbage and multiple cropping of cabbage plus onion are categorized high that same with bare soil.
Cropping system of vegetable that largely practiced by the local farmer in the upper Ciliwung sub catchments area particular of field with inclination of 20% and 35% is favorable to soil conservation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>