Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111227 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryatmaning Hany W.
"Perencanaan bangunan-bangmman air yang besar dan bermanfaat bagi umum harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Bangunan air yang efisien dad segi biaya tetapi berfungsi optimum dan tinggi keamanannya membutuhkan pilihan kapasitas yang tepat yang akan ditampung oleh bangunan tersebut, yang diukur dari banyaknya air yang ditampung atau dialirkan melalui bangunan tersebut dalam satuan waktu tertentu.
Intensitas hujan adalah salah satu komponen pengolah data yang diperlukan untuk menentukan kapasitas suatu bangunan air. Intensitas hujan merupakan ukuran banyaknya curah hujan yang jatuh dalam satuan walclu tertenm Penelitian yang sudah umum dilakukan terhadap intensitas hujan adalah padajumlah curah hujan setiap jam dan jumlah curah hujan setiap hari, sementara hubungan antara jumlah curah hujan tahunan dengan jumlah hari hujan tahunan belum banyak diteliti.
Tulisan ini meneliti ada tidaknya hubungan antara jumlah curah hujan tahunan dengan jumlah had hujan tahunan. Penelitian dilakukan dengan metode statistlka terhadap data-data jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Data-data yang digunakan diambil dan stasiun-stasiun pengukur curah hujan yang ada di Pulau Jawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Tua
"Dalam perencanaan bangunan teknik sipil, terdapat bangunan-bangunan air, seperti bangunan pengendali banjir, bangunan sadap, bangunan terjun dan lain-lain. Pada perencanaan itu sangat diperlukan data-data hidrologis yang efisien dan ekonomis untuk menunjang terlaksananya bangunan.
Jumlah curah hujan adalah merupakan data yang utama dalam menyusun data hidrologis, disamping untuk menganalisa dan menghitung atau mensimulasi aliran sungai. Pada penyusunan data curah hujan biasanya data yang dikumpulkan adalah data curah hujan harian, bulanan dan tahunan, kemudian curah hujan maksimum harian dicatat. Kalau dilihat dari segi ekonomisnya berarti kalau kita mencari curah hujan tahunan kita harus terlebih dahulu menjumlahkan seluruh curah hujan hariannya atau bulanannya.
Tulisan ini adalah mencoba untuk mencari hubungan jumlah curah hujan tahunan dengan jumlah curah hujan harian maksimum dengan memakai metoda statistik, sehingga nantinya kalau kita ingin mengetahui curah hujan tahunan pada suatu daerah tertentu kita cukup hanya melihat curah hujan harian maksimumnya atau sebaliknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Kusumaningrum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S33350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fipia Jurusan Geografi, 1979
R 912.159 8 UNI a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dedet Hadjarati
"Jumlah curah hujan yang tinggi sering dikaitkan dengan terjadinya bencana banjir dan atau longsor. Dalam hal ini hujan dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan bencana tersebut selain faktor kondisi daerah terjadinya bencana itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, dalam penulisan ini ingin diketahui mengenai distribusi hujan dengan jumlah curah tinggi di daerah aliran Ci Manuk. Adapun yang menjadi permasalahan dalam lisan ini ialah: Pertama, bagaimanakah distribusi frekuensi hujan dengan jumlah curah tinggi yang terjadi di daerah aliran Ci Manuk. Kedua, bagaimanakah fluktuasinya dari bulan Januari sampai Desember. Ketiga, apakah ada perbedaan frekuensi hujan dengan jumlah curah tinggi pada tempat-tempat yang mempunai perbedaan ketinggian dan bentuk medan (arah lereng). Untuk menjawab permasalahan tersebut diajukan hipotesa; Pertama frekuensi turunnya hujan dengan jumlah curah tinggi yang tinggi pula terjadi pada tempat-tempat yang mendapatkan curah rata-rata tahunan yang tinggi. Kedua, hujan dengan jumlah curah tinggi terjadi pada bulan-bulan musim penghujan. Ketiga, perbedaan besarnya frekuensi turunnya hujan dengan jumlah curah tinggi dengan ketinggian, dimana semakin tinggi suatu tempat frekuensinya semakin tinggi. Yang dimaksud dengan hujan dengan jumlah curah tinggi adalah, jumlah curah hujan dalam satu hari yang lebih dari 30, 50, 80, 100, 150 dan 200 milimeter. Penetapan ini berdasarkan batasan yang dibuat oleh Byung Kon Lee terhadap keadaan di Korea dimana jika hujan dalam satu hari lebih dari 30 mm kemungkinan menyebabkan banjir, dan lebih dari 50 mm menimbulkan kerusakan akibat banjir. Adapun data hujan yang digunakan adalah periode data tahun 1912 sampai 1941 dan 1971 sampai 1985 dengan catatan hujannya yang ada sama atau lebih dari 5 tahun. Setelah data hujan per hari diklasifikasikan ke dalam kategori lebih dari 30 mm sampai lebih dari 200 mm dan dipetakan, kemudian dikorelasikan (baik dengan metode superiraposed peta maupun dengan korelasi statistik) dengan variabel curah hujan tahunan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triarko Nurlambang
"Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan analisa grafis dari variabilita jumlah dan waktu hujan pada daerah pantai utara Jawa Barat. Sebagai alternatif dari analisa statistik yang sudah umum digunakan walaupun masih diragukan hasilnya, melalui analisa grafis dengan pendekatan pengamatan jangka panjang dan pendek ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang paling tidak sama baiknya dengan menggunakan analisa statistik.
Penelitian ini mencakup wilayah pantai utara Jawa Barat yang telah berkembang secara cepat sehingga perubahan penggunaan juga meningkat tajam dan akhirnya diasumsikan bahwa perubahan penggunaan tanah tersebut dapat pula merubah ekosistem di wilayah tersebut termasuk pola curah hujannya, seperti yang dijelaskan dalam konsep siklus hidrologi. Data yang digunakan adalah dari data curah hujan bulanan dari tahun 1960 sampai dengan tahun 1988 di empat belas stasiun pencatat cuaca yang menyebar dari bagian barat sampai timur wilayah pantai utara dengan ketinggian 50 meter atau kurang di atas permukaan laut.
Dari hasil analisa grafis tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Adanya variabilta curah hujan akan lebih jelas terlihat secara grafis dengan menggunakan pendekatan pengamatan jangka waktu yang lebih pendek
b. Ada kecenderungan jumlah curah hujan rata-rata tahunan dan juga bulanan menurun
c. Tidak nampak adanya kecenderungan pergeseran awal mulainya musim kemarau maupun hujan, tetapi ada indikasi perubahan lamanya curah hujan maksimum dan minimum yaitu menjadi semakin lama."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Wahyu Trinugroho
"ABSTRAK
Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam aliran limpasan. Jumlah dan sebaran stasiun curah berperan dalam analisis transformasi aliran limpasan dalam suatu model hidrologi, maka analisis data hujan perlu dilakukan secara teliti. Namun, dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki jumlah dan sebaran stasiun yang bervariasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah dan sebaran stasiun terhadap hujan transfromasi dalam bentuk aliran limpasan menggunakan model hidrologi, HEC‐HMS. Lokasi kajian di DAS Mae Chaem Thailand Utara seluas 3.826 km2. Model HEC HMS digunakan untuk kalibrasi parameter model curah hujan limpasan dengan menggunakan keseluruhan stasiun hujan yang ada sejumlah 13 stasiun (kondisi 1), dengan menggunakan curah hujan wilayah metode polygon thiessen. Untuk penyederhanaan, parameter terkalibrasi sebagai input untuk simulasi 6 stasiun hujan dengan nomor stasiun 1, 2, 5, 8, 11, dan 13 (kondisi 2), dan 3 stasiun hujan dengan 3 posisi stasiun yang berbeda (kondisi 3, 4, dan 5). Hasil penelitian menunjukkan kalibrasi dari 13 stasiun mempunyai kriteria sangat baik dengan nilai Nash koefisien 0,826. Setelah dilakukan simulasi, kondisi 2 memberikan hasil yang paling baik mendekati nilai pengamatan, dengan R2 = 0,927, sedang nilai korelasi paling rendah kondisi 5 (nomor stasiun 1, 6, dan 11), R2 = 0,795. Sedangkan dari hasil debit hidrograf, kondisi 1 lebih tinggi daripada kondisi 2, baik pola maupun debit puncaknya. Hasil lain menunjukkan simulasi debit puncak kondisi 3 (nomor stasiun 2, 5, dan 13) memiliki overestimate terhadap debit observasi sedang kondisi 5 menunjukkan hasil underestimate terhadap debit observasi. Secara kesuluruhan hasil simulasi telah memenuhi persyaratan Nash, sedang hasil yang paling baik pada simulasi dengan 6 stasiun (kondisi 2). Dengan demikian jumlah dan posisi stasiun curah hujan memberikan pengaruh dalam pemodelan curah hujan limpasan di Sungai Ping, DAS Mae Caem."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lusi Endrianingrum
"Dasar Pemikiran; Di Indonesia, pengamatan curah hujan sebagai dasar penggolongan iklim yang teiah dilakukan oleh heberapa pakar, diantaranya Schmidt - Ferguson, seperti pada Propinsi Lampung.
Tujuan Penelitian; Ingin mengetahui pola umum curah hujan tahunan dalam pembagian iklim menurut Schmidt - Ferguson di Lampung.
Masalah;
1. Bagaimana pola umum curah hujan tahunan di Lampung? Dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
2. Bagaimana pola iklim di Lampung menurut Schmidt - Ferguson?
3. Bagaimana hubungan pola iklim menurut Schmidt - Ferguson dengan tanaman kopi di Lampung ?
Hipotea; Bentuk Propinsi Lampung yang menyerupai trapesium dan topografinya dapat diperkirakan wilayah yang mendapat hujan sedikit lebih luas dibandingkan dengan wilayah yang mendapat hujan banyak. Dengan melihat perjalanan DKAT terutama pada bulan Deseinber-Januari, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Yang mendapat hujan banyak ada di lereng sebelah Barat Bukit Barisan ( wilayahnya relatif sempit)
2. Lereng tersebut diperkirakan menghadap arah angin.
3. Semakin ke Timur, wilayah yang mendapat hujan sedikit semakin luas.
Metode Penelitian; Dengan menggunakan korelasi peta, sebagai variabel adalah Lereng dan Ketinggian, Arah Angin, DKAT, dan menggunakan rumus Schmidt - Ferguson."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>