Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arief Ruspandono
"ABSTRAK
Air bersih penting bagi suatu kota. Penyediannya bisa didapat dari pengolahan air permukaan (PAM) maupun air tanah. Di DKI Jakarta pengadaan air bersih melalui PAM hanya mampu melayani 30 % dari jumlah kebutuhan kota. Kawasan permukiman di DKI Jakarta sebagian besar bergantung pada air tanah yang dipompa Iangsung oleh masing-masing rumah. Dengan cara ini, pemanfaatan air tanah sulit dikoordinasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan. Sebagai alternatif pada pembukaan permukiman baru dapat diterapkan sistem pompa terpusat (SPTp) untuk suatu unit permukiman, mengganti sistem pompa tersebar (SPTS) tersebut diatas. Secara hidrolis, SPTs akau mengakibatkan penurunan air tanah yang tidak begitu dalam, tetapi tersebar secara luas. SPTp dilain pihak, secara teoritis dapat melokalisir pengaruh penurunan tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk meninjau lebih jauh karakteristik yang menguntungkan
Penurunan air tanah akibat penerapan SPTp maupun SPTs diperbandingkan untuk suatu situasi hipotetis yang mewakili keadaan DKI Jakarta secara umum. Untuk ini, dilembangkan program simulasi komputer yang berdasarkan pemecahan numerik persamaan dasar aliran air tanah. Data masukan mengacu pada hasil laporan dari BPPT, Studi perbandingan, Arief Ruspandono, FT UI, 1996 dan Dit PU Pengairan, tentang DKI Jakarta dan sekitarnya. Analisa dilakukan untuk kombinasi T (T raltsmisivitas) dau S (Koetislen Tampungan) yang mengakibatkan penurunan air tanah baik yang terluas maupun terdalam. Selain itu juga dilakukan analisa kepekaan dari basil-hasil analisa Studi perbandingan terhadap keragaman data T dan S.
Hasil analisa perbandingan menunjukkan bahwa perubahan muka air tanah oleh SPTp Iebih sempit dart pada SPTS, sehingga SPTp dapat dianggap Iebih baik dari pada SPTs. Hanya saja, pada titik sekitar lokasi pompa akan tenjadi penurunan yang cukup dalam. Oleh karena itu di sekitar areal sumur pompa tidak boleh ada bangunan atau rumah, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai taman, penghijauan, lapangan olah raga sebagai daerah resapan. Kepekaan dari hasil-hasil analisa perbandingan tersebut menunjukan bahwa pada keragaman data S tidak banyak berpengaruh terhadap hasil analisa, tetapi terhadap keragaman data T harus diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap hasil ahalisa, maka dari itu untuk data T dibutuhkan data yang lebih akurat.

"
1996
S34643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elfan Haris
"ACWH merupakan salah satu sistem pemanas air yang hemat energi karena hanya memanfaatkan panas buang dari Air Conditioner. Kendala yang dihadapi adalah proses perawatan terhadap pipa penukar kalor yang sulit dilakukan karena tangki air dan pipa penukar kalor dibuat tetap. Pada penelitian ini telah dilakukan perancangan tangki penyimpanan air untuk ACWH dengan alat penukar kalor dengan tipe serpentine. Alat penukar kalor tipe serpentine merupakan tipe yang paling baik digunakan pada sistem ACWH karena menggunakan prinsip natural convection dimana pipa serpentine diletakkan di dasar tangki air sehingga kalor dapat berpindah dari dasar tangki menuju ke bagian atas tangki. Hal itu membuat perpindahan kalor pada air lebih merata sehingga temperatur air lebih cepat naik.
Pada perancangan ini, tangki penyimpanan air dan pipa penukar kalor dapat dibongkar pasang sehingga proses perawatan dapat dilakukan dengan mudah. Dengan begitu ACWH lebih awet untuk digunakan. Selain itu perhitungan ekonomis satu unit produk ACWH dilakukan untuk mengetahui prospek dari penjualan produk ACWH ini. Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit produk ACWH sangat terjangkau dan dapat bersaing di pasaran karena memiliki banyak kelebihan seperti waktu yang singkat untuk memanaskan air yaitu sekitar 1,5 - 2 jam, dapat melakukan proses perawatan dengan mudah, dan dapat melakukan penghematan biaya operasional dibandingkan dengan menggunakan AC dan pemanas air secara terpisah.

ACWH is one of the water heating systems that has a minimum energy requirements because it only utilizing waste heat from the Air Conditioner. Maintenance process for the heat exchanger pipe is difficult because the water tank and heat exchanger pipe is made permanently. This study has been conducting the design of water storage tank for ACWH with serpentine type heat exchanger. Serpentine type heat exchanger are best used on the Air Conditioner Water Heater system because it uses the principle of natural convection where serpentine pipe placed at the bottom of the water tank, so the heat can move from the bottom to the top of the tank. It makes the heat transfer in water more effective and the temperature of the water rises faster.
On this design, water storage tanks and heat exchanger pipe can be assembling, so that the maintenance process can be done easily. Besides, the economic calculation of the S-ACWH product conducted to determine the prospects of sales of these S-ACWH products. The costs for a unit of S-ACWH product are very affordable and can compete in the market because it has many advantages such as short time to heat the water, it's around 1,5-2 hours, we can maintenance the water storage and the heat exchanger, and we can saving our money for the operational cost compared with the use of air conditioning and heating water separately.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Emanuel Kefi
"Sistem ACWH memiliki 2 kondensor yang berfungsi untuk memanaskan air dan membuang panas ke lingkungan yang masing-masing memiliki katup in/out pada pipa refrigerant. Dalam sistem ACWH seluruh refrigerant akan dialirkan ke DPHE untuk didinginkan, sehingga bukaan katup DPHE 100% terbuka, sementara aliran refrigerant ke air condenser tertutup. Media pendingin pada DPHE bersumber dari tangki penyimpanan yang di insulasi, jika air tidak digunakan untuk mandi berarti air akan bersirkulasi secara terus menerus dan terus mengalami peningkatan temperatur karena menyerap panas dari refrigerant sehingga panas tersimpan dalam tangki. Temperatur media pendingin terus meningkat menyebabkan pertukaran panas pada sistem tidak maksimal sehingga terjadi penurunan efisiensi kompresor serta peningkatan tekanan dan temperatur discharge. Untuk mengatasi peningkatan tekanan dan temperatur pada kompresor, panas pada sistem harus dilepaskan ke lingkungan sehingga refrigerant harus dialirkan ke air condenser untuk melepaskan panas ke lingkungan. Refrigerant tidak sepenuhnya dialirkan ke air condenser karena panas tetap dibutuhkan ke DPHE untuk memanaskan air, sehingga katup pada kedua kondensor tetap dibuka dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kondisi. Katup pada DPHE akan tertutup ketika air panas sudah mencapai temperatur yang diminta. Pada saat ini katup masih dikontrol secara manual sehingga akan tidak efektif ketika digunakan. Untuk mengatasi kendala tersebut katup ini akan dikontrol secara otomatis dengan input command berdasarkan analisis karakter perpindahan panas pada beberapa bukaan katup berbeda pada masing-masing kondensor. Hasil percobaan yang didapatkan hasil tercepat untuk pemanasan air adalah dengan membuka katup ke DPHE 100% dan menutup katup ke kondensor air cooled dengan waktu pemanasan air 31 menit, tetapi terjadi over pressure dan over heat pada discharge kompresor yang mencapai tekanan >25 bar. Sementara pada bukaan 50% DPHE dan 50% air condenser, waktu pemanasan air dari 28°C ke 55°C mencapai 56 menit. Pada mode 3 & 4 dilakukan pengaturan katup ketika temperatur discharge kompresor mencapai 60°C, terlihat penurunan tekanan secara signifikan dalam beberapa saat. Variasi terbaik dari 4 percobaan diatas adalah diawali dengan 100% DPHE dan 75% DPHE, 25% kondensor saat temperature discharge kompresor mencapai 60°C. Hal ini dikarenakan memiliki laju perpindahan panas yang baik dan tekanan discharge terkendali karena Sebagian tekanan dialirkan ke kondensor. Jika tekanan melebihi 16 bar maka bukaan katup DPHE dikurangi dan membuka katup air condenser.

The ACWH system has 2 condensers which serves to heat water and dissipate heat to the environment, both has an in/out valve on the refrigerant pipe. In the ACWH system, all refrigerant will flow to the DPHE to be cooled, so that the DPHE valve opening is 100% open, and the refrigerant flow to the air condenser is closed. The cooling medium in DPHE comes from an insulated storage tank, if the water is not used for bathing it means the water will circulate continuously and the temperature will continue to increase because it absorbs heat from the refrigerant and heat will be stored in the tank. The temperature of the cooling medium continues to increase causing the heat exchange in the system to be not optimal, and causing decrease in compressor efficiency and an increase in discharge pressure and temperature. To overcome the increase in pressure and temperature in the compressor, the heat in the system must be released to the environment so that the refrigerant must be flowed into the air condenser to release heat to the environment. Refrigerant is not completely flowed into the air condenser because heat is still needed to the DPHE to heat the water, so the valves on both condensers are still opened with a certain ratio according to conditions. The valve on the DPHE will close when the hot water has reached the required temperature. At this time the valve is still controlled manually, so it will be ineffective when used. To overcome these obstacles, this valve will be controlled automatically with an input command based on the analysis of the heat transfer character at several different valve openings in each condenser. The experimental results obtained the fastest results for heating water are to open the valve to 100% DPHE and close the valve to the water cooled condenser with a water heating time of 31 minutes, but there is over pressure and over heat on the compressor discharge which reaches a pressure of >25 bar. Meanwhile, at 50% DPHE and 50% air condenser openings, the water heating time from 28°C to 55°C reaches 56 minutes. In mode 3 & 4, the valve is adjusted when the compressor discharge temperature reaches 60°C, a significant drop in pressure is seen in a few moments. The best variation from the 4 experiments above is starting with 100% DPHE and 75% DPHE, 25% condenser when the compressor discharge temperature reaches 60°C. This is because it has a good heat transfer rate and the discharge pressure is controlled because some of the pressure is supplied to the condenser. If the pressure exceeds 16 bar then the DPHE valve opening is reduced and the air condenser valve opens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Gading Rahmadana
"Global warming merupakan kejadian dimana suhu rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan akibat adanya gas rumah kaca. AC menjadi salah satu sistem yang menggunakan gas rumah kaca tersebut. Panas yang dimiliki refrijeran dipindahkan ke lingkungan oleh kondensor. Panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air menggunakan alat penukar kalor pipa ganda atau double pipe heat exchanger (DPHE).
Refrijeran yang keluar dari kompresor dengan tekanan dan temperatur yang tinggi akan dialirkan menuju DPHE dimana pada saat yang bersamaan air akan mengalir dengan bantuan pompa dari tangki penyimpanan air menuju DPHE. Pada DPHE, aliran yang terbentuk yaitu counter-current dimana perpindahan kalor terjadi secara konveksi dan konduksi, sehingga refrijeran yang keluar dari DPHE akan memiliki suhu lebih rendah dan air yang mengalir keluar dari DPHE akan memiliki suhu yang lebih tinggi. Kemudian, refrijeran akan melanjutkan siklus refrijerasi dan bergerak menuju katup ekspansi, sedangkan air akan masuk ke dalam tangki penyimpanan air yang diinsulasi sehingga temperatur air panas dapat dijaga dan siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga/domestik.
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang DPHE dan melakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik DPHE dalam memanaskan air. DPHE menggunakan pipa tembaga sebagai pipa dalam 3/8 inch dan pipa galvanis 1 inch sebagai pipa luar dengan panjang total area pertukaran panas sebesar 15,2 m. Dengan menggunakan DPHE dan tangki penyimpanan air panas 50 L dimana airnya terus bersikulasi dengan bantuan booster pump dengan debit 5 L/menit, didapatkan air panas yang keluar dari DPHE dengan temperatur maksimal sebesar 71,3 oC selama 49 menit. Sedangkan untuk mencapai temperatur sesuai standar SNI 03-7065-2005 yaitu 45oC, dari enam pengujian dibutuhkan waktu rata-rata selama 36 menit.

Global warming happens when the average temperature of the earth increases caused by greenhouse gases. AC is one of the systems that using greenhouses gas. The heat from the refrigerant is absorbed by the air in the condenser. We can use the heat to heating water with the help of DPHE.
The refrigerant that comes out of the compressor with high pressure and temperature will flow to the double pipe heat exchanger where at the same time the water will flow with the help of a booster pump from the water storage tank to the double pipe heat exchanger. In the double pipe heat exchanger, the flow that is formed is a counter-current where heat transfer occurs by convection and conduction so that the refrigerant that comes out of the double pipe heat exchanger will have a lower temperature and the water that flows out of the double pipe heat exchanger will have a higher temperature. Then, the refrigerant will continue the refrigeration cycle and move towards the expansion valve, while the water will enter the insulated water storage tank so that the hot water temperature can be maintained and is ready to be used for domestic needs.
The purposes of this research are to design DPHE and conduct a test to determine the characteristics of DPHE in heating water. DPHE uses the copper pipe 3/8 inch as an inner pipe and galvanized pipe 1 inch as an outer pipe with a total length of heat exchanger area of 15,2 m. Using DPHE and hot water storage tank 50 L which the water circulates inside the system with the help of a booster pump with a flow rate of 5 L/min, the hot water from DPHE can reach a maximum temperature of 71,3 oC within 49 minutes. Meanwhile, to reach the standard temperature based on SNI 03- 7065-2005 which is 45 oC, it takes an average time of 36 minutes from six tests.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Arya Wardana
"Kebutuhan energi dunia semakin meningkat, hal ini memicu berbagai isu dunia yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu krisis energi dan pemanasan global. Krisis energi terjadi karena kebutuhan dunia akan bahan bakar fossil sangat besar. Berdasarkan data dan estimasi, terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dunia dari 26 juta barel per hari pada tahun 2006, menjadi 46 juta barel pada tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 61 juta barel pada tahun 2030. Di Indonesia, dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, penggunaan bahan bakar fossil sebesar 36%. Penggunaan dan ketergantungan bahan bakar fossil secara terus-menerus ini mengakibatkan efek pemanasan global. Efisiensi serta konservasi energi diperlukan untuk mengatasi permasalahan global ini. Salah satu aplikasi nyata dalam ilmu perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari adalah ACWH. ACWH merupakan sebuah sistem yang memanfaatkan panas buang refrigeran untuk menghasilkan air panas secara instan dan cocok digunakan di hunian apartemen. ACWH dapat menghemat 70% energi untuk penggunaan pemanas air listrik setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik ACWH dengan alat penukar kalot tipe serpentine dengan penambahan aplikasi sistem kontrol temperatur by-pass sehingga pengguna dapat melakukan penyetelan temperatur air panas sesuai keinginan. Beban pendinginan dan temperatur air panas divariasikan dalam pengambilan data. Dengan adanya penambahan sistem kontrol, kerja kompresor meningkat 7% dan waktu pemanasan air sebesar 45°C dibutuhkan waktu 60 menit.

The world's energy needs is more and more increase, this triggers a variety of world issues that need a special attention, namely the energy crisis and global warming. Energy crisis occured because the world will need a very large fossil fuel. Based on data and estimation, there is the world's need increased for fuel oil and natural gas consumption from 26 million barrels per day in 2006, to 46 million barrels in 2030, and will continue to increase to 61 million barrels in 2030. In indonesia, within a period of 40 years, fossil fuel used by 36%. The used of fossil fuels and dependence on an ongoing basis had led to global warming. Efficiency and energy conservation is needed to solve these world issues. One obvious application in the science of heat transfer in everyday life is ACWH. ACWH is a system that utilizes waste heat of refrigeran to produce hot water instantly and suitable for use in residental apartemen. ACWH can save up to 70% energy used for water heater use electricity every year. The purpose of this study was to determineed the characteristics of ACWH with serpentine type heat exchanger with the addition of temperature control system application by-pass that allow users to perform a hot water temperature setting as desired. Cooling load and the hot temperature was varied in the retrieval of data. Within the addition of control system, the compressor work increased by 7% and the time for heating water at 45°C is 60 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42826
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Adinugroho
"Penggunaan listrik yang berlebih akan berdampak ke lingkungan, terutama Indonesia yang salah satu pemasok listrik terbesar berasarl dari batu bara. Perlu adanya upaya penghematan listrik untuk mengurangi potensi global warming. Salah satu penghematan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mengubah sistem AC konvensional ke ACWH. Dengan ACWH dapat dimanfaatkannya panas yang dibuang oleh kompresor AC untuk memanaskan air yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan yang menggunakan air panas. Dalam penelitian ini, akan membahas karakteristik dari suatu AC konvensional yang telah ditambahkan sistem pemanas air, maka dari itu menjadi ACWH. Performa pada sistem ini jelas tentu beda, karena membandingkan air cooled dan water cooled. Untuk menentukan performa AC menggunakan COP. Dari hasil penelitian didapatkan nilai COP pendinginan pada variasi tekanan 5,1 bar set point 18°C 4,09, tekanan 5,1 bar set point 20°C 4,32, tekanan 5,5 bar set point 20°C 4,64 dan 5,5 bar set point 20°C 4,38  Dari hasil tersebut, untuk menghasilkan air panas tercepat yaitu dengan kondisi tekanan 5,1 bar set point 18°C.

Excessive use of electricity will have an impact on the environment, especially Indonesia, which is one of the largest suppliers of electricity from coal. There needs to be an effort to save electricity to reduce the potential for global warming. One of the savings that can be made is by changing the conventional AC system to ACWH. With ACWH, the heat released by the AC compressor can be utilized to heat water which can later be used for purposes that use hot water. In this study, we will discuss the characteristics of a conventional air conditioner to which a water heating system has been added, so it becomes ACWH. The performance of this system is definitely different, because it compares water cooled and water cooled. To determine the performance of the AC using the COP. From the results of the study, it was found that the cooling COP value at a pressure variation of 5.1 bar set point 18°C 4.09, pressure 5.1 bar set point 20°C 4.32, pressure 5.5 bar set point 20°C 4.64 and 5.5 bar set point 20°C 4.38 From these results, to produce the fastest hot water with a pressure condition of 5.1 bar set point 18°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimasena Duanda Harimawan
"Mengurangi dan menghemat konsumsi energi di era modern merupakan hal penting untuk dilakukan. Tidak hanya di masa sekarang, penggunaan konsumsi energi dalam waktu dekat untuk hidup berkelanjutan dengan lingkungan yang ramah lingkungan juga sangat penting. Pemanas air membutuhkan energi listrik yang tinggi dibandingkan peralatan rumah tangga lainnya. Saat ini sudah banyak pemanas air yang menggunakan energi terbarukan sebagai sumber utama, namun masih banyak pemanas air pada sistem perumahan yang tidak ramah lingkungan karena tidak menghemat penggunaan energi. Begitu juga dengan penggunaan AC di perumahan dan juga di perkantoran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan panas buang dari udara kondenser AC split sebagai pemanas awal dalam heater air atau Air Conditioner Water Heater (ACWH) dengan menggunakan heat pipe. Sehingga diharapkan konsumsi energi untuk pengoperasian water heater menjadi lebih rendah. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menambahkan perangkat heat pipe heat exchanger di sisi keluar udara outdoor kondenser, dimana sisi evaporator heat pipe diletakkan di sisi udara panas buang kondenser, sedangkan sisi kondenser heat pipe diletakkan diletakkan di air dalam tangki. Perangkat heat pipe terdiri dari 17 heat pipe, satu baris, dimana sisi evaporator dilengkapi sirip-sirip, dan sisi kondenser tanpa menggunakan heat pipe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguaan heat pipe mampu menghasilkan suhu air meningkat 3 oC pada siang hari, sedangkan pada malam hari suhu air menurun pada kondisi ruangan tanpa beban kalor.

Reducing and saving energy consumption in the modern era is an important thing to do. Not only in the present, the use of energy consumption in the future for sustainable living in an environmentally friendly environment is also critical. Water heaters require higher electrical energy than other household appliances. Currently, many water heaters use renewable energy as the primary source. However, there are still many water heaters in residential systems that are not environmentally friendly because they do not save energy use, likewise with the usage of air conditioning in housing and offices. The purpose of this study was to utilize the exhaust heat from split AC condenser air as a preheater in a water heater or Air Conditioner Water Heater (ACWH) using a heat pipe. So, it is expected that energy consumption for water heater operation will be lower. The method used in this study is to add a heat pipe heat exchanger device to the outside of the condenser outdoor air, where the evaporator side of the heat pipe is placed on the hot air exhaust side of the condenser. In contrast, the condenser side of the heat pipe is placed in the water in the tank. The heat pipe device consists of 17 heat pipes, one row, where the evaporator side is equipped with fins, and the condenser side without using a heat pipe. The results showed that the use of heat pipes was able to produce an increase in water temperature of 3 ° C during the day, while at night the water temperature decreased in room conditions without the cooling load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Penggunaan Pemanas Air Tenaga Surya (Solar Water Hater - SWH) akan terus tumbuh dan berkembang karena merupakan produk terbarukan yang ramah lingkungan. Perusahaan distribusi pemanas air dituntut mampu mengembangkan strategi mencapai keunggulan bersaing, menjaga pertumbuhan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi Pasar dan Adaptabilitas terhadap Lingkungan dengan mediasi Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan Distribusi Pemanas Air Tenaga Surya di Indonesia. Metode penelitian menggunakan diskriptif kuantitatif. Teknik mengumpulkan data dengan penyebaran kuesioner kepada perusahaan distribusi (distributor/dealer). Teknik analisa data memakai software statistik Structural Equation Model (SEM) dan dioperasikan melalui program Analysis Moment of Structure (AMOS). Hasil penelitian menunjukkan: Orientasi Pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keunggulan Bersaing, Inovasi Pasar berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Keunggulan Bersaing, kemampuan Adaptabilitas Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keunggulan Bersaing, dan Keunggulan Bersaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan.

The use of Solar Water Hater (SWH) will continue to grow and develop because it is an environmentally friendly renewable product. Water heater distribution companies are required to be able to develop strategies to achieve competitive advantage, maintain growth and improve company performance. This study aims to determine the effect of market orientation, market innovation and adaptability to the environment by mediating competitive advantage on the performance of solar water heater distribution companies in Indonesia. The research method uses descriptive quantitative. The technique of collecting data is by distributing questionnaires to distribution companies (distributors / dealers). The data analysis technique uses statistical software Structural Equation Model (SEM) and is operated through the Moment of Structure Analysis (AMOS) program. The results showed: Market Orientation has a positive and significant effect on Competitive Advantage, Market Innovation has a positive but not significant effect on Competitive Advantage, the ability of Environmental Adaptability has a positive and significant effect on Competitive Advantage, and Competitive Advantage has a positive and significant effect on Company Performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyon Mulyana
"ABSTRAK
Solar Water Heater inerupakan suatu produk yang relatif masih
baru di Indonesia, seakan pula dengan anjuran pemerintah tentang
penggunaan energi alternatif, maka Solar Water Heater merupakan
pilihan yang cukup menarik untuk dikembangkan oleh perusahaan di
Indonesia. Disamping makin terbatasnya energi fosil yang semakin
lama semakin sulit karena tidak terbarukan, matahari merupakan
sumber energi yang cukup melimpah di Indonesia. Satu hal yang
sangat menguntungkan Indonesia karena secara geografis terletak
di negara Equator, dimana hampir sepanjang tahun matahari bersi
nar dan memancarkan energinya.
Bisnis Solar Water Heater di Indonesia dimulai pada tahun
1984 yang dipelopori oleh salah satu perusahaan yang mengageni
salah satu produk dan Australia dimana sampai pada tahun 1992
perusahaan yang bergerak dalam bidang ini sudah mencapai ± 6
perusahaan. Kebanyakan dan perusahaan yang ada merupakan agen
dan produk terkenal dan luar negeri. Namun akhir-akhir ini
telah ada pula yang mulai melaksanakan pembuatan produknya di
dalam negeri.
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang memasuki bisnis
Solar Water Heater ini menyebabkan iklim usaha semakin kompeti
tif. Kondisi persaingan semakin ketat menempatkan posisi pemasa
ran sebagai hal yang mendapat perhatian dan perusahaan Solar
Water Heater.
Karya akhir ini merupakan suatu studi mengenai strategi
pemasaran bisnis Solar Water Heater di Indonesia yang dilaksana
kan melalui studi kasus pada PT Sinar Surya, Tujuan studi ini
antara lain adalah untuk memperoleh gambaran umum usaha Solar
Water Heater di Indonesia, mempelajari strategi pemasaran yang
diterapkan oleh PT Sinar Surya, mengetahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan serta mengetahui peluang dan ancaman dan tingkat
persaingan yang dihadapi. Pada akhirnya diharapkan dapat diformu
lasikan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh PT Sinar
Surya.
Guna mencapai tujuan diatas, pembahasan yang dilakukan
meliputi Analisis Internal, untuk mengetahui kekuatan dan kelema
han perusahaan, Analisis Eksternal untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang mungkin timbul serta Analisis Bisnis Fortofolio
dengan pendekatan Analisis BCG. Adapun metodologi penelitian yang
digunakan merupakan analisa data primer dan data sekunder yang
kami peroleh dan perusahaan PT Sinar Surya ditambah pula dengan
data statistik serta data pendukung lainnya.
PT Sinar Surya meinulai bisnis Solar Water Heater pada tahun
1988. Dasar PT Sinar Surya memilih bisnis ini adalah karena
penggunaan energi alternatif diluar minyak dan gas bumi merupakan
suatu upaya yang menjanjikan untuk jangka panjang. Karena energi
yang berasal dan fosil suatu saat akan ada habisnya dan akan
semakin langka. Disamping Indonesia merupakan negara tropis yang
memiliki energi matahari yang melimpah.
Adapun misi perusahaan PT sinar surya, adalah sebagai berikut :
?Terkemuka dalam bidang usahanya, tumbuh dan berkembang
berkesinambungan sebagai perusahaan yang sehat dengan meme
nuhi harapan dan kepuasan pelanggan serta berperan aktif
sebagai pelaku pembangunan melalui produk konversi energi
dengan pelayan mutu yang ditingkatkan terus menerus dengan
teknologi dan inovasi secara profesional?
Meskipun cakupan misinya yang cukup luas, yang menyangkut
masalah konversi energi namun pida tahap sekarang konsentrasi
bisnis lebih diarahkan pada produk Solar Water heater.
Sejalan dengan misi tersebut PT Sinar Surya telah berupaya
untuk membangun citra yang baik dihadapan konsumennya. Dari hasil
analisis internal perusahaan menunjukan bahwa PT Sinar Surya
mempunyai kekuatan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan produk
si, kemampuan rekayasa dan keuangan yang telah dibuktikan oleh
hasil yang cukup baik pada masing-masing fungsi tersebut. Namun
dalam hal strategi pemasaran masih banyak kelemahan diantaranya
saluran distribusi yang masih terbatas, disamping citra produk
yang masih belum terbentuk karena konsumen lebih mengenal Sola-
hart sebagai produk pemanas air tenaga matahari.
Hasil analisis lingkungan eksternal menunjukan bahwa kondisi
ekonomi akan lebih membaik di tahun 1993 yang membawa dampak pada
meningkatnya pembangunan perumahan, baik rumah sederhana, menen
gah maupun rumah mewah. Kondisi ini memberikan peluang pasar
Solar Water Heater yang meningkat. Disamping itu dari analisis
data statistik dapat pula disimpulkan bahwa potensi pasar Solar
Water Heater dan rumah lama yang belum mempunyai pemanas air
masih sangat tinggi. Secara total potensi pasar Solar Water
Heater tahun 1993 baik dan pembangunan rumah baru maupun dan
rumah lama menunjukkan angka 42.778 unit, suatu angka yang sangat
potensial untuk digarap. Sementara itu dan data demografi menun
jukkan pula bahwa meningkatnya jumlah para eksekutif muda akan
menambah pasar potensial Solar Water Heater dimasa yang akan
datang.
Dari hasil analisis industri menunjukan bahwa hambatan
pendatang baru tidak terlalu besar karena kebutuhan investasi
yang relatif kecil dan skala ekonomi yang rendah sehingga memung
kinkan perusahaan dengan skala yang kecilpun sudah dapat mengem
bangkan bisnis Solar Water Heater. Namun hambatannya terletak
pada pengelolaan jaringan distribusinya.
Dalam Lingkungan Operasional PT. Sinar Surya menghadapi
persaingan yang sangat tajam dan Solahart yang merupakan pesaing
utama yang telah ada. Solahart telah melakukan pula strategi
multi branding dengan membawa merk lain dengan jaringan distri
busi yang berbeda. Didalam persaingan ini kelompok Solahart tetap
menguasai pangsa pasar terbesar dengan perolehan sebesar 44,5 %
sedangkan PT Sinar Surya menempati posisi kedua sebesar 28,8 %
dan Posisi ketiga dipegang oleh Solar Edward dengan perolehan
sebesar 13,3 %, sisanya terbagi atas merk-merk lainnya.
Dari Analisis Fortofolio dengan menggunakan pendekatan
Analisis BCG menghasilkan posisi PT Sinar Surya berada pada sel
question mark, tetapi dalam perjalanannya posisi tersebut sejak
tahun 1990 mulai bergeser dan question mark menuju kearah Star.
Posisi ini telah menempatkan PT ?inar Surya sebagai market cha
langer dan yang berhadapan langsung dengan pesaing utamanya yaitu
Solahart. Dan evaluasi pilihan strategi dengan pendekatan grand
strategy selection matrix Pierce & Robinson, diperoleh kesimpulan
bahwa PT Sinar Surya dapat menerapkafl strategi market develop
ment.
Sebagai kesimpulan terakhir yang diperoleh dan studi ini.
adalah bahwa untuk mendukung tujuan utama pemasarannya yaitu
meningkatkan pangsa pasar pada pasar yang sedang tumbuh, maka
strategi utama yang dilaksanakan adalah market development, yaitu
memasarkan produk yang ada kepada pelanggan baru dengan menambah
saluran distribusinya dengan implikasi bauran pemasaran sebagai
berikut :
1. Produk yang dipasarkan adalah sama seperti yang telah dipa
sarkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu ; type T 150 LX
dan T 300 LX dengan diberikan sedikit sentuhan perbedaan
pada kualitas dan atributnya sehingga terdiferensiasi.
2. Harga jual tetap dipertahankan pada harga lama, hal ini
dapat dilakukan karena skala ekonomi yang semakin membaik
sehingga harga pokok tidak akan naik. Dengan demikian seli
sih harga jual dengan Solahart akan semakin jauh.
3. Prornosi ditingkatkan pada media cetak dan elektronik yang
mempunyai scope Nasional.
4. Adanya penambahan saluran distribusi untuk kota-kota besar
dipropinsi lainnya dengan prioritas diutarnakan pada kota
dengan potensi pasar yang besar, diantaranya ; Ujung Pan
dang, Manado, Pontianak, dan Banjarmasin.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>