Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Johanson
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia L. Radiman
"Dalam penelitian ini telah dibuat membran selulosa asetat dengan teknik inversi fasa yang menggunakan 10 % (b/b) selulosa asetat, 10 % (b/b) formamida dan 80 % (b/b) aseton. Larutan cetak dikoagulasi dalam air atau 2-propanol pada berbagai temperatur antara 5 dan 25 oC. Membran yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menentukan fluks air dan rejeksi terhadap larutan dekstran dengan berbagai massa molekul, sedangkan morfologi membran diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran yang dikoagulasi oleh 2-propanol lebih rapat dibandingkan dengan membran yang dikoagulasi dalam air, sehingga rejeksi terhadap dekstran meningkat dan fluks air menurun. Koagulasi pada temperatur yang lebih rendah menurunkan kecepatan difusi antara pelarut dan non-pelarut yang mengakibatkan terbentuknya struktur membran yang lebih rapat.

Effects of type and temperature of coagulant on the morphology and characteristics of cellulose acetate membranes. Cellulose acetate membranes have been made in this work by phase inversion method using 10 wt. % of cellulose acetate, 10 wt. % of formamide and 80 wt. % of acetone. The dope was coagulated in water or 2-propanol at varied temperature ranging between 5 and 25 oC. The characteristics of the obtained membranes were measured by their water flux and rejection towards dextrans with varied molecular mass, while membrane morphology was observed by Scanning Electron Microscope (SEM).
The results showed that membranes coagulated in 2-propanol was denser than the ones coagulated in water resulting in higher rejection of dextrans and lower water permeability. Coagulation in lower temperatures decreased the diffusion rate between solvent and non-solvent and the membrane structure was less porous."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahan koagulan yang diperlukan untuk mengendapkan partikel koloid dalam proses pra pengolahan kimiawi sebelum air disaring jumlahnya tertentu dan disebut dosis optimum. Dalam proses kontak-flokulasi filtrasi, penambahan bahan koagulan dilakukan melalui inlet saringan sehingga proses koagulasi, flokulasi dan filtrasi berlangsung dalam bak saringan yang bersangkutan. Percobaan penjernihan air dengan sistem kontak-flokulasi filtrasi dilakukan dengan penambahan dosis koagulan yang jumlahnya bervariasi. Kelakuan saringan dievaluasi terhadap perubahan kualitas air yang ditinjau berdasarkan parameter Ph, DHL, warn, bau, kekeruhan, dan kandungan besi. Penambahan koagulan dengan dosis yang bervariasi dengan kisaran antara ½ dengan 2 kali dosis optimum tidak menunjukkan perubahan hasil yang begitu besar dalam peningkatan kualitas airnya ditinjau dari parameter warna, bau, kekeruhan, dan kandungan besi. Pemberian dosis koagulan yang melebihi dosis optimum meningkatkan ph air dan memperpendek operasi saringan. Semakin besar dosis koagulan yang diberikan, peningkatan DHL semakin besar pula."
MTUGM 2:13 (1991)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tita Tri Yolandini
"

Industri batik menghasilkan limbah cair dalam volume besar yang saat ini proses pengolahannya masih sangat buruk. Pada penelitian ini dilakukan upaya pengolahan limbah cair batik dengan metode koagulasi-flokulasi, ozonasi tunggal, dan kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi (pra-ozonasi) dan ozonasi setelah koagulasi-flokulasi (post-ozonasi). Pada keempat metode dioptimasi pada beberapa parameter yaitu pH awal, dosis koagulan, dan waktu bubbling ozon untuk memperoleh degradasi maksimum limbah cair batik. Koagulan yang digunakan adalah koagulan PAC yang memiliki rentang pH kerja yang lebih luas dibanding koagulan lain. Pada proses koagulasi-flokulasi tunggal dengan pH 4 dan dosis koagulan 300 ppm diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 84,55%, 99,24%, dan 98,50%. Pada proses ozonasi tunggal dengan pH 4 dan waktu bubbling 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 9,52%, 6,78%, dan 0,15%. Pada kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 200 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,41%, 98,77%, dan 98,01%. Pada kombinasi ozonasi setelah koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 300 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,36%, 99,31%, dan 99,23%.


Batik industry produces large volumes of liquid waste, which is still has very poor treatment nowadays. In this research efforts were made to treat batik wastewater using the coagulation-flocculation, single ozonation, and combination of ozonation before coagulation-flocculation (pre-ozonation) and ozonation after coagulation-flocculation methods (post-ozonation). The methods were optimized for some parameters: initial pH, coagulant dose, and ozone bubbling time to obtain maximum degradation of batik waste water. The coagulant used in this research is PAC coagulant which has wider pH range than other coagulants. In a single coagulation-flocculation process with a pH 4 and 300 ppm PAC, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 84.55%, 99.24%, and 98.50%, respectively. In a single ozonation process with pH 4 and 4 minutes of bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 9.52%, 6.78%, and 0.15%, respectively. In the combination of ozonation before coagulation-flocculation with pH 4, 200 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.41%, 98.77%, and 98.01%. In the combination of ozonation after coagulation-flocculation with pH 4, 300 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.36%, 99.31%, and 99.23%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Riza Hidayatur Rohman
"Mikrofiltrasi adalah merupakan salah salu proses alternatif dalam pengolahan air. Proses ini sangat efektif untuk memisahkan partikel padat berukuran mikro yang terkandung dalam air. Akan tetapi, penerapan proses ini dalam pengolahan air sering menghadapi kendala teknis berupa terjadinya fouling yang disebabkan oleh material beukuran koloid. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini maka proses mikrofiltrasi dalam pengolahan air minum harus dipadukan dengan proses pralakuan yang salah satunya adalah koagulasi.
Dosis koagulan adalah salah satu faktor dalam pralakuan koagulasi yang mempengaruhi kinerja membran mikrofiltrasi. Untuk mendapatkan dosis optimal, dalam penelitian ini dilakukan variasi dosis yaitu 10, 30, 50, dan 70 ppm. Semakin besar dosis yang digunakan maka fluks permeal dan persen rejeksi yang diperoleh akan lebih besar. Dosis koagulan yang menghasilkan kinerja membran yang optimal adalah 50 ppm. Hal ini terlihat dari persen koagulasi, rentang persen rejeksi untuk empat jam operasi yang lebih besar dibandingkan dengan dosis 10 dan 30 ppm yailu masing-masing sebesar 44,9% dan 16% sampai 30 %, selain itu penurunan fluks permeat dan pHlnya relalif kecil dibanding dosis 70 ppm.
Umpan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah air danau UI yang terletak di belakang Fakultas Teknik Universilas Indonesia. Air danau ini memiliki kandungan TDS sekitar 420 sampai dengan 550 ppm sedangkan nilai pHnya adalah sebesar 7,3. Parameter yang diukur untuk menentukan kualitas umpan dan air hasil olahan adalah TDS (Total Dissolve Solid) dan COD (Chemical Oxygen Demand)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Surya Fikri Utomo
"Kegiatan pengobatan dan penelitian biomedis membutuhkan cold storage untuk menyimpan spesimen biomedis seperti sel induk (stem cells), sperma, darah dan organ-organ lainnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Organ-organ tersebut membutuhkan ruang pendingin yang mampu mencapai temperatur -130°C atau lebih rendah yang disebut ultra low cold storage (Aprea, 2009).
Sejatinya, refrigeran jenis CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) memegang peranan penting dalam perkembangan sistem refrigerasi. Refrigeran CFC memiliki banyak keutamaan-keutamaan yang pada waktu itu sangat menguntungkan untuk dipergunakan sebagai komoditas refrigerant dunia. Penelitian pendahuluan simulasi dan eksperimental mesin pendingin cascade dua tingkat dengan refrigeran ramah lingkungan telah terbukti mampu mencapai -80oC (Nasruddin, 2008 & 2009), sehingga bila dilakukan penelitian lebih lanjut akan mencapai temperatur lebih rendah dari -100°C dengan mesin pendingin autocascade.
Pada percobaan ini hasil yang didapat adalah temperatur optimum yang mampu dicapai adalah -42°C, dengan pressure diatas 2 bar dengan komposisi propane 1100 gr dan ethane 200 gr. Meski high-system sudah dapat dikatakan baik, dengan mencapai -31°C, namun low-system masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai komposisi refrijeran yang baik.

Medicine and biomedical research activities require cold storage to store the biomedical specimens such as stem cells, sperm, blood and other organs within a period of time. These organs require cooling chamber which is able to reach temperatures 130°C or lower, called ultra low cold storage (Aprea, 2009).
Indeed, refrigerant type CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) plays an important role in the development of the refrigeration system. CFC refrigerants has many virtues which at that time was very advantageous to be used as the world refrigerant commodity. Preliminary simulation studies and experimental cascade refrigeration machine with two levels of environmentally friendly refrigerants have proven capable of achieving, -80°C (Nasruddin, 2008 & 2009), so if further investigation to reach temperatures lower than 100 oC with the engine-cooling autocascade.
In this experiment the results obtained are able to achieve the optimum temperature is -42°C, a pressure above 2 bar with a composition of 1100 gr propane and 200 gr ethane. Although high-system are well enough, reaching -31°C, but the low-system still needs further research on the best refrigerant composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Linda
"Pentanahan merupakan salah satu faktor kunci dalam usaha pengamanan (perlindungan) sistem tenaga listrik. Pentanahan sistem merupakan usaha untuk menghubungkan bagian kondusif terbuka perlengkapan dengan tanah. Adanya perbedaan beberapa jenis tanah yang ada di wilayah Indonesia sangat berpengaruh pada kelayakan keamanan dari sistem pentanahan yang akan dibangun.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis setiap parameter parameter yang mempengaruhi tahanan tanah. Elektroda pentanahan tersebut di stel dengan kedalaman 2,5meter dan 5 meter. Besarnya tahanan tanah akan diukur sesuai dengan tahanan tanah yang sebenarnya dengan pengaruh pengaruh parameter tanah.

Grounding is one factor in business protection power system. Grounding system is an attempt to link the open conducive equipment by land. The difference of several types of land in the territory of Indonesia is very influential on the security worthiness of the grounding system to be built.
The study was conducted by analyzing each yag parameters affecting soil resistance. Earth electrode in the stel degan depth measuring 0.5 meters by 2.5 meters and a distance of 5 meters. The amount of land surface tension will drop from a point above the earth electrode until it is equal to the actual ground voltage so away from the earth electrode. Based on research that transactions are carried out on several parameters that affect the resistance of the soil surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengaruh temperatur dan radiasi terhadap interdifusi partikel bahan bakar jenis U-7Mo/Al. Paduan U−7Mo/Al memiliki potensi besar sebagai bahan bakar reaktor riset, tetapi bahan bakar ini memiliki beberapa kekurangan antara lain dapat membentuk interaction layer pada antarmuka pada saat proses fabrikasi maupun iradiasi di reaktor melalui mekaniame difusi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya interaction layer yang disebabkan oleh interdifusi atau diffusion couple paduan U−7Mo dengan pelat AlMg2 yang dipanaskan pada temperatur 500 °C dan 550 °C selama 24 jam dalam tungku arc furnace dan tungku DTA pada temperatur 30 °C hingga 1400 °C. Hasil pengamatan mikrostruktur menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) pada sampel diffusion couple hasil pemanasan pada temperatur 500 °C belum terlihat adanya interaction layeratau pembentukan fasa baru antara partikel U−Mo dan matriks Al. Sementara itu, pemanasan pada temperatur 550 °C telah terjadi interdifusi paduan U−7Mo dengan pelat AlMg2 menghasilkan senyawa (U,Mo)Alx pada antarmuka atau interface. Hal ini didukung oleh hasil analisis DTA menunjukkan bahwa paduan U−7Mo/Al pada 500 °C mempunyai kompatibilitas panas yang baik, tetapi diatas temperatur 550 °C telah terjadi perubahan fasa a + d menjadi a + g. Pemanasan hingga 679,14 °C terjadi fasa metastabil U(Al,Mo)x dan selanjutnya mengalami proses interdifusi dengan leburan uranium membentuk interaction layer berupa aglomerat senyawa UAlx (UAl4, UAl3 danUAl2). Aglomerat yang terbentuk dari proses pemanasan secara diffusion couple maupun dalam tungku DTA dibandingkan dengan aglomerat yang terbentuk akibat proses iradiasi. Bahan bakar paduan U−7Mo/Al yang diradiasi dengan burn up 58% mengalami interdifusi antara U−7Mo dengan matriks Al menghasilkan fasa metastabil U(Al,Mo)x yang berubah menjadi layer (U,Mo)Al7, presipitat UMo2Al20, (UMo)Al3−Al dan membentuk boundary atau aglomerat UAlx (UAl4, UAl3 danUAl2). Data ini didukung oleh analisis kekerasan mikro menggunakan Hardness Vickers dilakukan terhadap kelongsong AlMg dan paduan U−7Mo (sebelum dan sesudah pemanasan) serta sampel diffusion couple U−7Mo/Al dengan pelat AlMg2 hasil pemanasan pada temperatur 550 °C. Hasil analisis kerasan mikro yang diperoleh berturut−turut adalah 64,62 dan 340,45 HV (sebelum pemanasan) dan 52,34;303,16 dan 497,34 HV (setelah pemanasan). Dari ketiga sampel uji diperoleh kekerasan paling besar pada zona antarmuka sampel diffusion couple U−7Mo/Al dengan pelat AlMg2, bila dibandingkan dengan kelongsong AlMg2 dan juga paduan U−7Mo. Perbedaan kekerasan ini menunjukkan bahwa pada pengujian interdifusi menggunakan metode diffusion couple menghasilkan senyawa baru (U,Mo)Alx pada zona antarmuka yang memiliki karakter berbeda. Terbentuknya interaction layer tidak diharapkan dalam bahan bakar dispersi U−Mo/Al karena layer senyawa (U,Mo)Alx memiliki kekerasan mikro dan densitas lebih rendah dari pada densitas rata−rata paduan bahan bakar U−7Mo/Al."
URANIA 22:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>