Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkie Arthasari
"Adanya kenyataan orangtua menderita penyakit serius merupakan salah satu jenis krisis kehidupan yang dialami anak, terlebih bila penyakit tersebut beresiko terhadap kematian. Penyakit kanker payudara adalah salah satu penyakit kronis yang masih sulit disembuhkan, yang merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita usia 35 sampai 54 tahun. Pandangan umum masih menganggap penyakit ini dapat mengancam kehidupan seseorang. Oleh karenanya disamping memiliki dampak psikologis bagi penderita kanker payudara juga berdampak pada keluarga.
Penyakit serius yang berakibat kematian membawa dampak emosional bagi keluarga, terutama pasangan dan anak. Sejumlah penelitian menemukan adanya dampak emosional dari penyakit kanker payudara terhadap anak. Reaksi emosi yang timbul pada anak disebabkan oleh adanya ketakutan mengenai kematian, adanya perubahan situasi dan gangguan peran serta rutinitas keluarga. Dampak ini tidak terlepas dari tahapan usia anak dan juga jenis kelamin anak. Pada keluarga dengan anak remaja yang masih tinggal di rumah, penyakit serius yang diderita orangtua dapat menyebabkan terhambatnya pencapaian tugas perkembangan dan kebutuhan anak karena anak menjadi terikat dengan keiuarga dan menjadi pengganti peran orangtua yang sakit. Hal ini disebabkan oleh adanya disfungsi peran dari ibu dalam keluarga akibat menderita penyakit serius. Pada keluarga yang memiliki anak perempuan, penyakit kanker payudara yang masih dipandang menurut secara genetik dapat mengakibatkan adanya kecemasan pada anak perempuan akan menderita penyakit yang sama. Disamping itu anak perempuan juga dapat terbebani oteh peran merawat orangtua dimana sampai saat ini dalam masyarakat masih memandang bahwa kewajiban menjadi pelaku rawat dari orangtua adalah kewajiban anak perempuan.
Dampak dari kondisi ibu yang menderita penyakit kanker payudara membawa perubahan pada situasi dan tuntutan kehidupan sehari-hari dari anak remaja perempuan. Perubahan situasi dan tuntutan dalam hidup menimbulkan reaksi emosi pada anak dan membutuhkan penyesuaian dari anak. Reaksi emosi dan penyesuaian anak remaja perempuan terhadap kondisi ibu yang menderita penyakit kanker payudara tidak terlepas dari faktor pribadi dan faktor lingkungan dari individu.
Secara psikologis penyakit kanker payudara bukan hanya berdampak pada penderita namun juga keluarga, khususnya anak remaja perempuan, oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai dampak dari penyakit kanker payudara terhadap keluarga khususnya anak remaja perempuan. Penelitian ini ingin menelaah mengenai reaksi emosi dan penyesuaian anak remaja perempuan terhadap kondisi ibu yang menderita penyakit kanker payudara melalui peninjauan teori Emosi dan Penyesuaian.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dimana pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Wawancara dilakukan pada responden yang berjumlah 5 orang dengan karakteristik anak perempuan dari penderita kanker payudara yang berada pada tahapan usia remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya anak menampilkan reaksi emosi negatif terhadap kondisi-kondisi yang ditemuinya pada situasi keluanga dengan ibu yang menderita kanker payudara. Terdapat beberapa faktor pribadi dan lingkungan yang berpengaruh pada timbulnya reaksi emosi tersebut. Disamping itu ditemukan adanya usaha penyesuaian responden terhadap perubahan situasi dan tuntutan dimana variasi usaha dan kemampuan responden dalam melakukan penyesuaian dipengaruhi oleh strategi coping yang khas dan masing-masing individu dan adanya faktor yang mendukung dan menghambat usaha penyesuaian pada individu. Mengingat penelitian ini masih merupakan penelitian awal dan bersifat sangat khusus bila ditinjau dari karakteristik responden, maka disarankan untuk melakukan penelitian Ianjutan dan penelitian sejenis dengan karakteristik subjek yang berbeda untuk memperkaya pembahasan mengenai dampak penyakit kanker payudara terhadap keluarga. Pendekatan psikologis dengan bantuan konselor disarankan untuk rnembantu anggota keiuarga dan penderita untuk melakukan proses penyesuaian diri, yaitu agar mampu menerima kenyataan hidup, memperbaiki komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, memperoleh dukungan sosial dari Iingkungan dan memperoleh informasi selengkap-Iengkapnya mengenai penyakit kanker payudara."
1998
S2041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ristriarie Kusumaningrum
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit kanker dewasa ini dirasakan semakin menonjol dibandingkan dengan
masa 20-30 tahun yang lalu. Dilihat dari banyaknya Iaporan bahwa penyakit kanker
cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif.
(Tjindarbumi, 1994).
Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa setiap tahun dijumpai paling sedikit
ada 9 juta kasus kanker baru, dimana 5 juta diantaranya berasal dari negara-negara
berkembang dan dari 5 juta orang yang meninggal karena kanker, 3 juta orang berasal
daari negara berkembang (Tjindarbumi, l994.). Di Indonesia saat ini diperkirakan
minimal terdapat 150 penderita kanker untuk setiap 100.000 penduduk per tahun
(Tjindarbumi , 1994).
Berdasarkan penelitian laboratorium, perempuan Iebih banyak terserang kanker
daripada laki-laki ( Tjindarbumi, 1994). Salah satu jenis kanker yang banyak ditemukan
pada wanita adalah kanker payudara ( Cancer Control First Report, 1993). Di Indonesia,
kanker payudara adalah kanker yang paling banyak terdapat pada wanita setelah kanker
mulut rahim ( Data Histopatologi Kanker di Indonesia, 1990).
Kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti oleh semua wanita. Bukan
saja karena dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya, tapi jenis kanker ini
menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi wanita yang menderita karena adanya
resiko di lakukannya operasi pengangkatan payudara bagi si penderita.
Jika seorang wanita harus kehilangan payudaranya, dimana berfungsi sebagai
sumber ASI bagi bayi, juga sebagai simbol kewanitaan, keindahan dan merupakan organ
seksual sekunder akan mengalami masalah-masalah psikologis seperti rendah diri,
merasa tidak lengkap sebagai wanita, dan pandangan-pandangan negatif lain tentang
dirinya ( Gates, 1983) yang dapat berdampak pada hubungan seksual dengan suami atau
masalah dalam hubungan sosial dangan orang lain ( Gates, 1983). Untuk mengatasi
masalah dan tekanan yang dihadapi, wanita penderita kanker payudara mengembangkan
beberapa strategi penyesuaian diri (Gates, 1983) Strategi penyesuaian diri yang
digunakan ialah penyesuaian fisik dan mental (Gates, 1983).

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan
menyeluruh mengenai bagaimana wanita penderita kanker payudara menyesuaikan diri
dengan masalah-masalah yang dihadapinya. Mengingat penelitian ini ingin mengetahui
tentang pengalaman dan penghayatan pribadi, maka penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif melalui metode pengumpulan data wawancara
mendalam. Peneliti mengkhususkan untuk meneliti wanita kanker payudara yang telah
menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi) dengan alasan, masalah-masalah
yang dihadapi oleh mereka lebih kompleks dan beragam, yang disebabkan hilangnya
organ kebanggaan mereka. Peneliti tidak membatasi usia subyek, karena ingin melihat
bagaimana penyesuaian diri wanita penderita kanker payudara tidak hanya pada subyek
dengan usia produktif saja, agar dapat dilihat perbedaannya sehingga memperkaya
penelitian.
Dari tujuh subyek yang berhasil diwawancarai, penulis menemukan bahwa
masalah-masalah yang paling banyak dialami subyek adalah masalah penurunan konsep
diri karena hilangnya payudara dan rambut akibat kemoterapi serta masalah menurunnya
aktivitas seksual. Selain itu juga ada masalah-masalah iain seperti masalah gangguan
dalam hubungan sosial, gangguan dalam hubungan dengan anak, serta gangguan pada
aktivitas pekerjaan.Selain itu juga muncul masalah dalam biaya pengobatan. Beberapa
masalah tersebut dihayati subyek sebagai sesuatu yang stressful.
Masalah masalah yang dihadapi subyek mempengaruhi strategi penyesuaian
dirinya. Pada saat didiagnosa menderita kanker, subyek cenderung melainkan
penyesuaian diri dengan melakukan mekanisme pertahanan diri seperti penolakan
terhadap penyakitnya dan berusaha untuk tidak memikirkannya. Masalah-masalah yang
timbul setelah menjalani mastektomi , terutama penurunan konsep diri diatasi subyek
dengan melakukan penyesuaian untuk mengembalikan konsep dirinya seperti memakai
penyangga payudara, memakai wig (penyesuaian Esik) mencari informasi tentang
penyakit yang dan penyesuaian kognitif seperti mencari makna positif dari penyakit
yang dideritanya dan mengembalikan self-esteemnya dengan membandingkan dirinya
dengan orang lain yang kurang beruntung (penyesuaian kognitif). Penyesuaian subyek
terhadap masalah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya dukungan sosial dari orang lain.
Subyek yang mendapat dukungan sosial Iebih dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap penyakitnya.
Yang menarik dari penelitian ini, ternyata tidak semua subyek menganggap
bahwa terhentinya aktivitas seksual sebagai suatu masalah. Ternyata reaksi subyek
terhadap penyakitnya tidak selalu negatif, ada juga subyek yang besyukur ternyata ia
masih diingatkan lmtuk menjaga kesehatannya melalui penyakit yang dideritanya.
Peneliti juga menemukan bahwa dukungan sosial tidak selamanya membantu subyek
dalam menyesuaikan dirinya, tapi juga dapat menimbulkan stres seperti perhatian orang
yang berlebihan terhadap penyakitnya
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengubah variabel
penyesuaian diri, misalnya meneliti mekanisme pertahanan diri pada wanita penderita
kanker payudara atau rnerubah subyek penelitian , misalnya meneliti penyesuaian diri
pada wanita kanker payudara usia muda atau yang belum menikah."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Rosmauli
2005
S3468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Novida
"Dewasa ini terapi radiasi merupakan salah satu cara pengobatan yang dipilih dalam menangani penyakit kanker. Hal ini disebabkan karena sifat sel kanker yang sensitif terhadap radiasi. Akan tetapi, di antara sel-sel darah, ternyata limfosit juga bersifat radiosensitif, sehingga penggunaan terapi radiasi pada penderita kanker dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah dan fungsi limfosit yang selanjutnya berpengaruh pada reaksi imunitas selular. Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan reaksi imunitas selular secara in vitro dengan uji tranformasi limfosit terhadap stimulator PHA, serta penghitungan jumlah limfosit dan jumlah leukosit pada 30 orang penderita kanker payudara yang menjalani terapi radiasi. Pengamatan dilakukan sebelum penderita tersebut mandapat radiasi, dan selama terapi radiasi, yaitu setelah terapi radiasi berlangsung 2 minggu dengan dosis total 2000 rad, setelah terapi radiasi berlangsung 4 minggu dengan dosis total 4000 rad, dan setelah terapi radiasi berlangsung 5 minggu dengan dosis total 5000 rad. Dari hasil analisis varians pada a = 0,01 diperoleh kesimpulan bahwa dosis radiasi mempengaruhi indeks stimulasi, jumlah limfosit, serta jumlah leukosit penderita kenker payudara. Dari uji Newman-Keulspada a = 0,01 diketahui bahwa indeks stimulasi , jumlah limfosit, dan jumlah leukosit selama terapi radiasi berbeda nyata dibandingkan sebelum terapi radiasi. Dengan analisis korelasi didapatkan adanya korelasi negatif antara dosis radiasi dengan indeks stimulasi, jumlah limfosit, serta jumlahleukosit. Bentuk hubungan antara dosis radiasi dengan indeks stimulasi, jumlah limfosit, maupun jumlah leukosit adalah parabola, yang diperoleh dari analisis regresi. Setelah penyinaran berlangsung selama 5 minggu dengan dosis total 5000 rad, baik indeks stimulasi, jumlah limfosit, maupun jumlah leukosit cenderung meningkat kembali; walaupun demikian ternyata peningkatan tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan setelah terapi radiasi berlangsung 4 minggu dengan dosis total 4000 rad, maupun setelah terapi radiasi berlangsung 2 minggu dengan dosis total 2000 rad."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Choer
"ABSTRAK
Penderita kanker sering dilaporkan mempunyai respon imunitas selular yang menurun: namun demikian, pengaruh pertumbuhan (stadium klinik) kanker terhadap kemunduran respon imunitas selularnya sampai saat ini belum banyak terungkap. Untuk itu, dalam penelitian ini dibandingkan respon imunitas selular in vitro terhadap phitohemagglutinin (PHA), jumlah limfosit, jumlah monosit, dan jumlah granulosit darah perifer dari 24 wanita normal (kontrol), 14 penderita kanker payudara pada stadium I, dan 12 pada stadium II. Respon imunitas selular stadium I maupun stadium II menurun sangat nyata (p0,05). Jumlah limfosit stadium II lebih sedikit daripada stadium I (p0,05), penurunan jumlah monosit terjadi pada stadium II jika dibandingkan dengan kontrol (p0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan, pertumbuhan kanker payudara dari stadium I ke stadium II tidak menyebabkan respon imunitas selularnya menurun. Mungkin, pengaruh pertumbuhan kanker payudara terhadap respon imunitas selular akan terlihat nyata jika seluruh stadium kliniknya (stadium I, II, III, dan IV) tercakup dalam penelitian."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosario Endah Pandan Arum
"Tokoh pendiri Logoterapi yaitu Viktor Emille Frankl (dalam Fabry, 1980) menyatakan bahwa hidup bermakna terdapat dalam kondisi apapun, termasuk dalam penderitaan. Salah satu bentuk penderitaan yang dapat menimpa seseorang khususnya seorang perempuan adalah menderita kanker payudara. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua terbesar penyakit mematikan yang diderita oleh perempuan (Kompas, 6 Februari 2002). Penyakit ini dapat menimbulkan penderitaan, tetapi penderitanya masih dapat menjalani hidup bermakna bila ia berhasil menemukan dan memenuhi makna di balik penderitaannya. Hal ini mungkin dicapai karena setiap manusia memiliki kehendak untuk hidup bermakna dan menjadi bahagia hanya jika merasa telah memenuhinya (Frankl dalam Fabry, 1980).
Dalam penelitian ini, ada empat hal yang ingin diteliti, yaitu: 1) Gambaran penderitaan yang dialami oleh penderita kanker payudara; 2) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi penderitaan tersebut; 3) Makna penderitaan yang berhasil ditemukan dan dipenuhi; 4) Perubahan hidup yang dialami penderita. Untuk menjawab empat permasalahan ini, peneliti menggunakan teori Logoterapi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena mempelajari suatu fenomena dalam situasi alamiah dan berusaha untuk menginterpretasikannya berdasarkan sudut pandang orang yang diteliti (Denzin & Lincoln, 1994). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu perempuan berusia di atas 40 tahun, ada indikasi mengalami penderitaan karena penyakitnya, dan ada indikasi telah menemukan makna dari penderitaannya.
Hasil penelitian secara singkat menyimpulkan empat hal, yaitu: 1) Ketiga subyek mengalami penderitaan fisik dan mental; 2) Penderitaan ini berusaha diatasi dengan tiga cara, yaitu menjalani pengobatan medis, usaha yang dilakukan oleh diri sendiri, dan dengan menerima dukungan sosial; 3) Ketiga subyek berhasil menemukan makna penderitaan melalui tiga sumber makna hidup yaitu nilai penghayatan (experiential values), nilai bersikap ('attitudinal values), dan nilai kreatif (Creative values)-, 4) Ketiga subyek mengalami perubahan pada beberapa aspek kehidupan, ada perubahan positif (hubungan dengan Tuhan) dan perubahan negatif (dalam diri sendiri, hubungan dengan teman, dan pekerjaan).
Dari hasil penelitian ini, peneliti menganggap perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang fenomena makna penderitaan pada penderita kanker payudara guna mendapat gambaran dan pemahaman yang lebih baik dan lebih menyeluruh."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Al Ilmi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariel Timy Chiprion
"Pendahuluan:Kejadian kanker payudara pada perempuan usia reproduksi di Indonesia maupun di seluruh dunia dewasa ini semakin meningkat. Terapi kanker payudara dapat mengakibatkan kerusakan organ reproduksi, terutama ovarium dan menyebabkan infertilitas. Salah satu solusi yang tersedia saat ini adalah preservasi ovarium. Hal ini merupakan isu yang penting dan kompleks mengingat tingginya kekhawatiran pasien. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter maupun pasien perempuan penderita kanker payudara di usia reproduksi terhadap preservasi ovarium.
Metode: Dilakukan studi deskriptif kualitatif pada enam pasien dan delapandokter subspesialis bedah onkologi di RSCM dan RS Kanker Dharmais pada Juli 2018-November 2018. Data dikumpulkan melalui wawancara formal tidak berstruktur pada pasien dan dokter spesialis bedah onkologi. Dilakukan juga pengumpulan data demografi pasien.
Hasil: Sebagian besar pasien mengaku belum memiliki informasi yang cukup namun setelah dipaparkan mengenai tujuannya, hampir semua sepakat bahwa preservasi ovarium adalah cara yang dapat digunakan untuk mewujudkan keinginan para pasien untuk memiliki keturunan. Dalam pelaksanaannya, subjek juga paham adanya pertimbangan agama dan finansial. Untuk dokter bedah onkologi, mayoritas mengaku tidak memahami banyak mengenai preservasi ovarium karena keahlian mereka tidak spesifik di fertilitas. Dokter bedah onkologi tidak keberatan untuk belajar lebih lanjut atau mengikuti seminar mengenai preservasi ovarium.
Kesimpulan: Usaha preservasi fertilitas pada pasien kanker masih belum banyak diketahui oleh pasien sehingga terdapat kesenjangan antara perilaku dokter dan pengetahuan pasien. Faktor utama yang memengaruhi kurangnya pengetahuan pada pasien adalah pendidikan, sedangkan faktor utama yang memengaruhi perilaku dokter adalah tingkat keberhasilan preservasi. Diperlukan edukasi dari dokter untuk pasien mengenai preservasi fertilitas, kebijakan yang mendukung dari jaminan kesehatan, dan kerja sama bedah onkologi serta konsultan fertilitas.

ABSTRACT
Background: The incidence of breast cancer in women of reproductive age in Indonesia and throughout the world today is increasing. Breast cancer therapy could damage the reproductive organs, especially ovarium, and cause infertility. One of the currently available solutions is ovarian preservation. This is an important and complex issue due to the heightened patients concern. Therefore, this study aims to assess the knowledge, attitude, and practice of doctors as well as reproductive women with breast cancer regarding ovarian preservation.
Methods:A descriptive qualitative study was done on six patients and eight oncology surgeons in RSCM and RS Kanker Dharmais between July2018-November 2018. Data was gathered throughunstructured formal interview with patients and oncology surgeons. Demographic data of patients was also collected.
Results: Majority of patients admit to knowing next to nothing about fertility preservation, yet they agree to its benefits once they got a brief explanation from the doctors. They perceive this act as a solution for having an offspring though they also understand the religion and financial barriers. In conjuction with the patients, most oncology surgeons have minimal information about this field as it is not their day to day duty. They expressed an eagerness to learn about ovary preservation in seminar as it would help to answer patients concerns.
Conclusion: Patients knowledge about fertility preservation measures among cancer patients is still minimal mainly due to lack of proper educational background. Doctors attitude regarding fertility preservation issue is also heavily influenced by the success rate of the attempt. In the future, further socialization for patients about the objective of fertility preservation supported with health coverage policy are needed for the development of the preservation program. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55554
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>