Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
Jakarta: Yayasan Kota Kita, 2004
128 IRM i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vera V. Syamsi
"Ketika The Beatles mulai dikenal Iuas dan menjadi idola banyak kaum muda di Inggris, kaum mapan di sana mengecamnya dan melarang pemutaran lagu dari kelompok tersebut. Larangan itu terjadi karena kaum mapan merasa adanya ancaman atas otoritas dan wibawa mereka, sementara -sebaliknya- bagi kaum marjinal (dalam hal ini kaum muda dan kelas pekerja) The Beatles merupakan tempat menaruh harapan untuk mendapat kebebasan dan kesempatan yang pada akhirnya adalah perhaikan taraf hidup. Tetapi ternyata sikap `permusuhan' clari kaum mapan itu tidak berlangsung lama dan bahkan pada akhirnya The Beatles di kooptasi dan dipergunakan oleh mereka (dalam hal ini pemerintah) sebagai identitas budaya bangsa tersebut. Selain itu, kelompok musik rock 'n roll itu menimbulkan banyak perubahan dan mengilhami banyak hal Baru tidak saja di Inggris tetapi juga di banyak negara lain di dunia. Karena itu menjadi sangat menarik untuk dianalisa dan diteliti lebih lanjut ideologi apa saja yang berkontestasi dibalik perubahan yang terjadi. Untuk itu penelitian ini dilakukan melalui perspektif kajian budaya dengan pusat perhatian pada momen representasi dan produksi budaya / budaya produksi serta konsumsi. Sedangkan perangkat yang dipergunakan adalah Semiotik yang termuat dalam konsep Mitos yang dikemukakan oleh Roland Barthes.

At the time of its emergence, The Beatles was received with two different reactions; a very enthusiastic and warm welcome by the youth and a very strong objection by parents, teachers and government. The Beatles brought to the surface many things that people didn't realize before and caused many changes. To the youth, it symbolizes freedom, an outlet of expression, a time to be the center of the attention; to the working class people The Beatles was a hope for the eradication of the invisible restriction wrapping them (known as class division) and a medium to go to the higher plane in the society; and to the Establishment The Beatles was an alarm of threat to the power and authority they possessed. With so many interests and ideologies took part behind the sky rocketing popularity of the band, it is very interesting to observe further the phenomenon which later involved many people in the United Kingdom and also the world. More interestingly, the attitudes first showed by the elite group of people called the Establishment has eventually changed. Not only did they accept the group but also now they co-opt the group as nation's cultural identity. Clearly there has been a big change in the society, and this thesis would like to investigate the contesting ideologies behind the change and the circumstance in Britain's present society through cultural studies approach with the focus on moments of Representation and Production / Consumption using Semiotics theory in the concept of Mythology set forward by Roland Barthes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Contemporary postmodern culture is characterized by a diversity of cultural forms, the intensive use of high technology, and the multiple identities of its members. The represantation of which can be seen in cultural media as in print and electronic media. This study questions the ideological implications of these media and the construction of identities in contemporary society. By analyzing different ads in various Indonesian media with multi-perspective approach, the findings demonstrate how the ideological implications are constructed in imagination, information, technology and figures, in addition, cultural media also involves a network of cultural, social, philosophical and economic aspects in their operations which in turn can cause identity shifts for theiroperations which in turn can cause identity shifts for their users."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zen Wisa Sartre
"Penelitian ini membahas representasi hegemoni ideologi intoleran dalam novel Perjalanan ke Akhirat (1969) karya Suherman, komik Siksa Neraka (1999) karya Rahimsyah, dan Kepedihan Siksa Neraka (2017) karya Rohim sebagai ekspresi budaya populer. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan kajian hegemoni. Hasil dan analisis mengungkapkan bahwa hegemoni ideologi intoleran dalam karya sastra sebagai ekspresi budaya populer direpresentasikan melalui hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas. Suherman, Rahimsyah, dan Rohim sebagai pengarang merepresentasikan hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas yang merujuk pada konsep kafir dalam Periode Makkah Pertama hingga Ketiga. Ketiga pengarang memanfaatkan hukuman, siksaan, dan kritik terhadap tokoh-tokoh yang berdosa dan kafir agar pembaca menyadari pentingnya nilai dan moral. Sementara, konstruksi identitas dimanfaatkan agar pembaca menyadari keberadaan orang lain yang dilabeli kafir karena tidak sesuai dengan nilai dan moral keislaman yang sejalan dengan pemahaman pengarang. Dengan demikian, nilai dan moral keislaman dimanifestasikan pengarang untuk mengklasifikasikan para tokoh sebagai orang yang berdosa dan kafir sehingga layak mendapat hukuman dan siksaan di neraka.

This research discusses the representation of hegemony intolerant ideology in the novel of Perjalanan ke Akhirat (1969) by Suherman, the comics of Siksa Neraka (1999) by Rahimsyah and Kepedihan Siksa Neraka (2017) by Rohim as an expression of popular culture. This research uses a descriptive qualitative method with a sociological approach of literature and hegemony analysis. The results and analysis reveal that hegemony intolerant ideology in literature as an expression of popular culture is represented in punishment, torture, criticism, and identity construction. Suherman, Rahimsyah, and Rahim, as an author represents punishment, torture, criticism, and identity construction that refer to the concept of kufr in the First to Third Meccan Period. Those three authors use punishment, torture, criticism, and identity construction for the characters who are sinful and kufr to make the reader realize the importance of values and morals. Meanwhile, identity construction is used to make the reader realize the existence of other people labeled as kufr because they are not in accordance with Islamic values and morals of the author's understanding. Thus, Islamic values and morals are manifested by the authors to classify the characters as sinners and kufr, so they deserve to receive punishment and torture in hell."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gde Bagus Udayana
"Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2, Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang menekankan pentingnya tri hita karana dalam pengemban¬gan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-benar menunjukkan aplikasi falsafah tri hita karana. Tujuan jangka panjang penelitian ini, terwujudnya media promosi pariwisata budaya Bali yang benar-benar mengimple¬mentasi ideologi tri hita karana. Terkait dengan tujuan ini, target khusus yang hendak dicapai adalah upaya penggambaran marginalisasi ideologi tri hita karana dalam media promosi pariwisata budaya Bali.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut, berupa wawancara mendalam dan pengamatan serta penggunaan dokumen. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar, serta perusahaan di bidang panwisata maupun di bidang disain grafis di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap billboard yang terkait dengan pariwisata serta dokumen berupa foto, brosur, leaflet, dan iklan tabloid yang mempromosikan panwisata dan diproduksi oleh para pihat terkait tersebut di atas.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Based on the result of analysis bahwa yang memarginal-kan ideologi tri hita karana pada media promosi pariwisata budaya di Bali adalah ideologi kapitalisme dan ideologi dualisme kultural. Hal ini teijadi karena pembuatan media promosi pariwisata pada dasarnya bertu¬juan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi objek yang dipromosikan. Tentu saja tujuan itu berujung pada pemngkatan perolehan keuntungan atau uang. Implikasi utama media promosi pariwisata budaya Bah yang ideologi tri hita karana-nya termarginalkan pada citra Bali sebagai daerah pariwisata adalah bahwa Bali tercitrakan sebagai daerah budaya pariwisata dan bukan pariwisata budaya."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irawanto
791.43 Ira f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Dimas Bramantio
"Pecinan Meester Jatinegara merupakan salah satu kantung pemukiman etnis Tionghoa di Jakarta yang terbentuk tidak lepas dari latar belakang sejarah serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaannya. Hal tersebut dapat terlihat melalui peninggalan pada elemen pecinan di Pecinan Meester Jatinegara yang merupakan cerminan kepercayaan, nilai, dan prinsip cara berpikir masyarakat pada masa itu. Mengacu pada teori ideologi budaya oleh Keesing, penelitian pemukiman pada pecinan Meester Jatinegara bertujuan untuk mempelajari tata letak persebaran elemen-elemen yang ada di pecinan beserta hubungan antar elemen yang mempengaruhi satu elemen dengan elemen lainnya sehingga dapat mengetahui bagaimana masyarakat pada masa itu menerapkan nilai dan prinsip yang melatarbelakangi terbentuknya pecinan Meester Jatinegara. Tahapan penelitian terdiri dari pengumpulan data,  pengolahan data, analisis, dan intepretasi. Permasalahan akan dijawab melalui analisis keletakan dengan intepretasi yang menerapkan metode analogi sejarah. Melalui interpretasi tersebut dihasilkan lapisan-lapisan makna yang melatarbelakangi tata letak dan bentuk pecinan Meester Jatinegara sesuai dengan teori ideologi budaya oleh Keesing. Penelitian ini melahirkan kesimpulan bahwa secara keletakan, kawasan pecinan dapat memiliki tiga lapisan makna yang berbeda. Penempatan ini menciptakan hubungan keterkaitan antar elemen pecinan yang membentuk karakteristik pecinan Meester Jatinegara sebagai kawasan pusat perekonomian bagi wilayah Jatinegara dan sekitarnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kawasan pecinan Meester Jatinegara menempatkan dirinya di kawasan yang strategis dalam tata ruang kota.

Chinatown in Mester Jatinegara is one of the oldest Chinese settlements in Jakarta that formed inseparable from the historical background and factors that inflluence its existence. This can be seen through the relics of the Chinatown element in Meester Jatinegara Chinatown which is a reflection of the beliefs, values, and principles of the people's way of thinking at that time. Referring to the theory of cultural ideology by Keesing, research on settlements in Meester Jatinegara Chinatown aims to study the layout of the distribution of elements in Chinatown and the relationship between elements that affect one element to another so that they can find out how the people at that time applied values ​​and principles. behind the formation of Chinatown. The research consist several stages of data collection, data processing, analysis, and interpretation. The problem will be answered through the analysis to interpret the layout, distribution, and relationships in the Chinatown elements with an interpretation that applies the historical analogy method. Through this interpretation, layers of meaning are produced that lie behind the layout and shape of Meester Jatinegara's Chinatown in accordance with Keesing's theory of cultural ideology. This research concludes that in terms of location, the Chinatown area can be interpreted by has three different layers of meaning. This placement creates a relationship between the elements of Chinatown that form the characteristics of Meester Jatinegara Chinatown as an economic center area for the Jatinegara region and its surroundings. This indicates that the Chinatown area of ​​Meester Jatinegara places itself in a strategic area in urban spatial planning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>