Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Natanael Suranta
"Penelitian ini menggambarkan proses polimerisasi semi-kontinyu untuk pembuatan kopolimer stiren/asam akrilat (St/AA) dengan menggunakan metode polimerisasi emulsi. Tahapan kegiatan percobaan melibatkan persiapan larutan inisiator dan pre-emulsi monomer, diikuti oleh pemanasan dan penambahan larutan inisiator dan pre-emulsi selama 5 jam , pada temperatur reaksi suhu 70-80°C, dan kecepatan pengadukan polimerisasi emulsi 300 rpm. Karakterisasi polimerisasi berupa transisi temperatur gelas, kandungan padatan, kekentalan, dan identifikasi gugus fungsi menggunakan spektrofotometer FTIR. Bahan-bahan yang digunakan monomer stirena, inisiator amonium persulfat, surfaktan sodium lauril sulfat, dan air demineral. Lima variasi formulasi yang berbeda yaitu polimerisasi stirena tanpa surfaktan, penambahan surfaktan, dan dengan penambahan asam akrilat pada rasio yang berbeda yaitu stiren dengan asam akrilat (20%) dengan komposisi 9:1, 8:2, 7:3. Diperoleh nilai transisi temperatur gelas kopolimer St/AA menurun pada komposisi kopolimer Jika dilakukan penambahan asam akrilat pada rasio tersebut. Nilai temperatur transisi gelas pada komposisi kopolimer St/AA 9:1, 8:2, dan 7:2 secara berturut-turut adalah 64,24 °C, 50,97 °C, dan 37,28°C. Studi ini berguna untuk pemahaman lebih baik terkait kontrol polimerisasi dan karakteristik produk akhir dalam sintesis lateks terstruktur.

This study details a semi-continuous polymerization process approach employed in copolymerization reaction of styrene/acrylic acid (St/AA) copolymers through the emulsion polymerization technique. The method encompasses several stages: preparing the initiator solution and monomer pre-emulsion, then subjecting them to a 5-hour process of heating and initiator solution and pre-emulsion addition within the temperature range of 70-80°C, with continue stirring of reaction maintained at 300 rpm. Polymerization characterization entails assessing glass transition temperature, solids content, viscosity, and finger print identification by FTIR spectrophotometer. Key components include styrene monomer, ammonium persulphate as the initiator, sodium lauryl sulfate as the surfactant, and demineralized water. There are five of distinct formulations were explored, spanning styrene without surfactant, with surfactant, and incorporating varying ratios of acrylic acid, specifically styrene with acrylic acid (20%) in compositions of 9:1, 8:2, and 7:3. Results indicate a reduction in the glass transition temperature value of the St/AA copolymer with the inclusion of acrylic acid at these ratios. Specifically, the glass transition temperature values for the St/AA copolymer compositions of 9:1, 8:2, and 7:2 stand at 64.24°C, 50.97°C, and 37.28°C, respectively. This study provides valuable insights into polymerization control and resultant product characteristics in latex synthesis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Sarwono
"Pembuatan kopolimer (stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dilakukan dengan metode polimerisasi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi inisiator dan teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel pada kopolimerisasi emulsi stirena-butil akrilat-metil metakrilat. Inisiator yang digunakan adalah inisiator anorganik dan organik, yaitu ammonium persulfat (APS), hidrogen peroksida (H2O2), ters-butil hidroperoksida (TBHP), serta inisiator redoks (H2O2/asam askorbat). Teknik polimerisasi yang dilakukan adalah teknik batch dan semi kontinu. Kopolimer yang dihasilkan ditentukan kandungan padatan, viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperatur glass, IR dan berat molekulnya. Hasil kopolimerisasi emulsi bila menggunakan inisiator TBHP dan H2O2 kurang sempurna, oleh karena itu digunakan pasangan inisiator redoks H2O2/asam askorbat. Asam askorbat berfungsi sebagai pemicu dalam pembentukan radikal OH, sehingga polimer emulsi yang dihasilkan lebih sempurna. Semakin banyak inisiator yang ditambahkan, ukuran partikelnya pun akan semakin besar. Ukuran partikel yang dihasilkan akan mempengaruhi sifat-sifat polimer yang dihasilkan. Kata kunci : polimerisasi emulsi, inisiator, surfaktan, teknik polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyda Nurluthfiany
"Dalam penelitian ini dilakukan sintesis polistirena-blok-poli(etil akrilat) dengan metode atom transfer radical polymerization (ATRP) untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi inisiator terhadap berat molekul dan indeks polidispersitas (PDI) makroinisiator, serta mempelajari pengaruh variasi konsentrasi monomer terhadap sifat termal kopolimer blok. Dari hasil penelitian diperoleh semakin tinggi konsentrasi inisiator, berat molekul dan nilai indeks polidipersitas yang didapat semakin kecil. Komposisi optimum untuk sintesis makroinisiator polistirena didapat saat konsentrasi inisiator 1,6%, dengan rata-rata berat molekul sebesar 3613 g/mol dan diperoleh nilai indeks polidispersitas sebesar 1,07. Terbentuknya polistirena-blok-poli(etil akrilat) ditunjukkan oleh hasil karakterisasi dengan nuclear magnetic resonance (1H-NMR). Munculnya puncak kuartet pada 4,2 ppm menunjukkan serapan dari metil ester poli(etil akrilat). Hasil karakterisasi dengan gel permeation chromatography (GPC) juga menunjukkan bertambahnya berat molekul menjadi 4098 g/mol. Dengan demikian polistirena-blok-poli(etil akrilat) telah berhasil disintesis.

Within this research, polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) synthesis is done by using the atom transfer radical polymerization (ATRP) method to study the effects of various initiator concentration towards the molecular weight and polydispersity index (PDI) macroinisiator, also to study the effects of various monomer concentration towards the thermal properties of block copolymers. The conclusion resulted from this research is that the higher the concentration initiator, the smaller the molecular weight and PDI number obtained. The optimum composition to synthesize polystyrene macroinisiator is obtained when the initiator concentration is 1,6% with the average molecular weight of 3613 g/mol and the polydispersity index number 1,07. The formation of polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) is shown by the result of characterization with nuclear magnetic resonance (1H-NMR). The emergence of maximum quartet at 4,2 ppm indicates the uptake from methyl esters of poly(ethyl acrylate). The result of characterization with permeation chromatography (GPC) also shows the increase of molecular weight, becoming 4098 g/mol. Therefore, polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) has successfully been synthesized."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Budianto
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO|U) serta inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, dan IR menunjukkan bahwa terbentuk kopoli (stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa terbentuk grit yang banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,47%. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 128 mPas. Surfaktan SDBS rantai bercabang secara umum menghasilkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Banyaknya persen seeding monomer dan inisiator yang ditambahkan ke dalam initial charge mempengaruhi ukuran partikel polimer emulsi yang terbenluk, dan jumlah inti yang dihasilkan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
SAIN-11-3-2006-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Purwito
"Pembuatan kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dilakukan
dengan metode polimerisasi emulsi. Ukuran dan distribusi partikel sangat
menentukan sifat polimer emulsi seperti sifat aliran dan kestabilan polimer.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis dan
konsentrasi surfaktan, konsentrasi inisiator, dan teknik polimerisasi emulsi
terhadap ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel kopoli(stirena/butil
akrilat/metil metakrilat). Surfaktan yang digunakan adalah sodium dodecyl
benzene sulphonate (SOBS) dan sodium Iaury/ sulphate (SLS), inisiator yang
digunakan yaitu ammonium persulfat (APS), dan teknik polimerisasi yang
dilakukan yaitu tek!fik semikontinyu, seeding 10%, dan batch. Kopolimer
yang dihasilkan ditentukan solid content, viskositas, temperatur glass,
spektrum IR, ukuran dan distribusi ukuran partikel. Penggunaan surfaktan
SOBS memberikan hasil polimerisasi yang kurang sempurna. Pada
pengunaan surfaktan SLS, dengan meningkatnya konsentrasi SLS yang
ditambahkan memberikan hasil solid content yang meningkat, viskositas
larutan yang meningkat, dan ukuran partikel yang mengecil. Hasil
polimerisasi terbaik diperoleh pada penggunaan surfaktan SLS dengan
konsentrasi 20 kali nilai critical micelle concentration (CMC), inisiator APS
sebesar 1 %, dan teknik polimerisasi semikontinyu, dimana pada kondisi ini
-
dihasilkan solid content sebesar 39,6% (mendekati nilai solid content teoritis sebesar 40%), viskositas sebesar 15 mPas, diameter partikel sebesar 47,21
nm, dan distribusi ukuran partikel yang monodispers"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse
merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek vvarna opal dengan
tujuan aplikasi coating. IVIetode yang digunakan untuk mengnasilkan partikel
polimer monodisperse adalan metode polimerisasi emu|si_ Pada penelitian
ini telan dilakukan polimerisasi emulsi oore-she// seoara bertanap ternadap
dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang oukup tinggi antara
monomer Iunak butil akrilat (BA) dan monomer keras stirena (St), melalui
variasi konsentrasi surfaktan SLS, konsentrasi inisiator redoks H202-asam
askorbat dan variasi teknik seeding dan seeding semi kontinu pada polimer
core butil akrilat, serta variasi pengikat silang GMA dan variasi penambanan
inisiator redoks tanap kedua pada polimer oore-she// butil akrilat stirena,
dengan tujuan mempelajari pengarunnya ternadap ukuran dan distribusi
ukuran partikel pada polimerisasi oore-she// butil akrilat- stirena
Hasil pengukuran IR dan temperatur transisi gelas menunjukkan
banvva terbentuk kopolimer BA/GIVIA/St. Dari nasil TEM diperolen morfologi
partikel polimer dengan struktur core-she//, yang memiliki ukuran partikel
250 nm-500 nm dan masin bersifat po|icIisperse_ Polimer core butil akrilat
optimal dinasilkan dengan menggunakan konsentrasi surfaktan 30 CIVIC,
konsentrasi inisiator 1,5% melalui teknik seeding yang mengnasilkan persen
konversi 87,45%, ukuran partikel 104,65 nm, dan indeks polidispersitas
0,204_ Struktur polimer core-shell butil akrilat-stirena yang dihasilkan memiliki ukuran partikel antara 250 nm- 500 nm dengan persen konversi
88,55% dihasilkan menggunakan konsentrasi surfaktan 20 CMC dan
konsentrasi inisiator 0,8% melalui teknik seeding."
Universitas Indonesia, 2007
S30431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverra Mardhatillah Nizardo
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Polimer emulsi memiliki ukuran partikel antara 10 sampai dengan 1500 nm. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai lurus dan bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel pada kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO10) dan inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, IR, dan berat molekul relatif rata-rata menunjukkan bahwa terbentuk kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Surfaktan SDBS rantai bercabang menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan surfaktan SDBS rantai lurus tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,73% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai lurus dan 38,47% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai bercabang. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 168,5 mPas saat menggunakan SDBS rantai lurus dan 128 mPas saat menggunakan SDBS rantai bercabang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prestika Gema Sari
"Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi polimerisasi oksidasi kimia dari monomer pirol menggunakan oksidan amonium persulfat (APS) dalam media pelarut air, melalui teknik polimerisasi emulsi metode batch selama 4 jam dengan kecepatan agitasi 900 rpm dalam temperatur ruang. Surfaktan yang digunakan diantaranya, surfaktan anionik: Sodium dedocyl sulfate (SDS) dan surfaktan nonionik: Nonylphenol Ethoxylate (NP.EO) dengan 10 mol EO. Senyawa PPy dalam penelitian ini berbentuk padatan (serbuk) berwarna hitam. Terbentuknya PPy dapat diindentifikasi berdasarkan hasil spektra FTIR terlihat munculnya serapan puncak polimer konduktif PPy dengan intensitas yang kuat pada bilangan gelombang 3001 cm-1, 1503 cm-1, 1428 cm-1, 1175 cm-1 dan 1087 cm-1.
Berdasarkan profil perubahan temperatur dan perubahan warna selama proses polimerisasi terlihat polimerisasi emulsi relatif lebih lama kecepatan reaksinya dibandingkan dengan polimerisasi sedimentasi. Nilai pH sistem reaksi polimerisasi dengan surfaktan lebih tinggi (penambahan larutan SDS pH sistem 3.3) dibandingkan polimerisasi tanpa surfakan (1.8). Nilai konduktifitas (σ) PPy dengan surfaktan lebih tinggi (mencapai 186 kali) dibandingkan tanpa surfaktan. Polimerisasi emulsi menggunakan surfaktan anionik, SDS sangat efektif meningkatkan nilai konduktivitas PPy.

A conductive Polypyrrole (PPy) has been successfully synthesized and characterized. The PPy was prepared through oxidative chemical polymerization using ammonium persulfate (APS) as an oxidizing agent in aqueous media. Anionic and non-ionic emulsifiers, sodium dodecyl sulfate (SDS), nonylphenol (NP) ethoxylate (EO) with 10 mole EO were respectively used during polymerization to increase the electrical conductivity. In this research is produced PPy which is formed as black powder. The FTIR spectrum of PPy indicates a change in the absorbance peaks of pyrrole monomer, emergence of strong absorbtion peaks specially at 3001 cm-1, 1503 cm-1, 1428 cm-1, 1175 cm-1 and 1087 cm-1 which is indicating the conductive polymer polypyrrole is formed.
Based on color changing and temperature changing during the polimerization process, the reaction rate of emulsion polymerization is shown relatively slower than sedimentation polymerization. The pH value of SDS added solution was 3.3 higher than that of SDS free solution (1.8). The final characteristic of PPy was carry out by measuring the electrical conductivity (σ) value. It is concluded that the presence of surfactant in a polymerization reaction increased the electrical conductivity of PPy (reached 186 times higher) compared with that obtained of emulsifier free solution. Anionic surfactant, SDS is more effective to enhance the electrical conductivity value of PPy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Surya Wirawan
"Limbah minyak yang mencemari perairan dapat bercampur dengan limbah rumah tangga seperti deterjen membentuk emulsi yang stabil. Pada penelitian ini akan dilakukan demulsifikasi dan adsorpsi solar dari model limbah emulsi solar dalam air menggunakan adsorben zeolit admisel polistirena. Kondisi optimum pembuatan model limbah emulsi solar dalam air yang stabil adalah konsentrasi surfaktan SDS 0,02 M sebanyak 20 mL ditambah minyak solar 0,05 mL; waktu pengadukan 15 menit; dan kecepatan pengadukan 450 rpm. Kestabilan emulsi ditentukan dengan turbidimeter didapatkan nilai turbiditas 413 NTU. Ukuran partikel ditentukan dengan Particle Size Analyzer (PSA) didapatkan ukuran partikel yang seragam sebesar 372,6 nm. Pembuatan adsorben diawali dengan pembentukan admisel, yaitu pembentukan lapisan bilayer pada permukaan zeolit dengan konsentrasi HDTMA-Br 70 mmol/L. Selanjutnya mengadsolubilisasi stirena yang ditentukan dengan menggunakan UV-Visible spectrophotometry, didapatkan konsentrasi optimum sebesar 1,6 x 10-3 M. Terakhir dilakukan polimerisasi dengan menggunakan inisiator Kalium Persulfat (K2S2O8). Adsorben zeolit admisel-polistirena digunakan untuk demulsifikasi dan adsorpsi solar dari emulsi solar dalam air. Kondisi optimum untuk adsorpsiDS- adalah pada dosis adsorben 0,4 gram, waktu pengadukan 40 menit dengan pH 6,5 dengan DS- teradsorpsi sebesar 0,04986 mg/gram. Kondisi optimum adsorpsi solar adalah dosis adsorben 0,4 gram, waktu pengadukan 30 menit dan pH 6,5 dengan solar teradsorpsi sebesar 79 mg/gram adsorben.

Water pollution is a very serious problem, especially in Indonesia. One of kind waste disposed by oil industry is diesel oil. Waste oil that contaminates water is normally with household waste such as detergents produced stable emulsion. Demulsification is the process of separating two liquid phases are homogeneously mixed with each other to form an emulsion. This research studied the adsorption of waste oils and detergents that form emulsions by using polystyrene adsolubilized in admicelle HDTMA zeolite. First, a stable emulsion sample of waste oil was prepared by mixing diesel oil and detergent, namely Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) surfactant with some of variations: variation of the surfactant concentration, variations in the volume of diesel oil, stirring time variation, and variation of stirring speed of the emulsion. Turbidity values of the most stable emulsion was 413 NTU with a particle size of 372.6 nm homogenously. Then, modified zeolite using the styrene polymer adsolubilized into admicelle HDTMA. The optimum value of the styrene adsolubilized using UV -Visible spectrofotometry is at 1.6 x 10-3 M. Zeolite has been modified styrene polymers can adsorb and demulsificate oil waste and detergent. Then do a wide variety of applications to demulsification and adsorption process, including variations in adsorbent dose, stirring time, and pH. The optimum value of adsorbent dose on the adsorption variation of diesel oil and surfactant SDS is 0,4 grams, stirring time of 30 minutes with a pH value of 6,5 obtained for the solar adsorption at 79 mg/g adsorbent, while for the adsorbed surfactant SDS at 0.04986 mg/g of adsorbent.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>