Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra Wijaya
"Tumbuhan obat Indonesia, sarang semut (Myrmecodia pendens) telah terbukti secara empiris mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk kanker. Pada penelitian ini, dilakukan isolasi senyawa antikanker dari hipokotil tumbuhan sarang semut menggunakan beberapa jenis pelarut dan menentukan struktur molekul senyawa aktif. Uji toksisitas dilakukan dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT) dan uji in vitro antikanker dengan metode microscopic counting menggunakan sel HeLa (sel kanker leher rahim), sel MCM-B2 (sel kanker payudara), dan sel Leukemia L1210. Elusidasi struktur kimia dilakukan dengan metode spektroskopi (UV-VIS, FT-IR, dan RMI).
Berdasarkan uji toksisitas dan uji in vitro terhadap sel HeLa, MCM-B2, dan Leukemia L1210 maka ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak air (A). Pemisahan dan pemurnian ekstrak air (A) dengan kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja tinggi preparatif menghasilkan tiga isolat relatif murni masing-masing IA2, IA4, dan IA6. Hasil uji tiga isolat terhadap sel Leukemia L1210 menghasilkan IC50 IA2 = 1,88 μg/ml, IC50 IA4 = 1,45 μg/ml, dan IC50 IA6 = 2,04 μg/ml. Ketiga isolat mempunyai efek sitotoksik kuat. Berdasarkan data spektroskopi, isolat IA6 diduga senyawa turunan karbohidrat.

The Indonesian medicinal plant, sarang semut (Myrmecodia pendens), has proved empirically capable to healing various diseases, including cancer. In this research, compound isolation of anticancer agent was carried out from sarang semut plant hypocotyls by some type of solvent and to determine active compound molecule structure. Toxicity test was conducted using brine shrimp lethality test (BSLT) and in vitro test using microscopic counting method by means HeLa cells (cervix cancer cell), MCM-B2 cell (breast cancer cell), and Leukemia cell L1210. Elucidation of chemical structure conducted by spectroscopy methods (UV-VIS, FT- IR, and NMR).
According to toxicity and in vitro test on cells of HeLa, MCM-B2, dan Leukemia L1210, the most active extract is water extract (A). Separation and purification of water extract (A) by coloum chromatography and preparative high performance liquid chromatography has produce three relative pure isolates namely IA2, IA4, and IA6. The test result on the three isolates on Leukemia L1210 cell produce IC50 IA2 = 1,88 μg/ml, IC50 IA4 = 1,45 μg/ml, and IC50 IA6 = 2,04 μg/ml. The three isolates has strong cytotoxic effect. According to spectroscopy data, isolate IA6 indicate carbohydrate derivate compound.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T40078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Wahyu
"Latar belakang dan tujuan: Salah satu fungsi vitamin D adalah mengatur proliferasi dan maturasi sel darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan rendahnya kadar vitamin D dengan kejadian dan kesintasan pada pasien LMA. Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi insufisiensi vitamin D di Indonesia lebih dari 50%, meskipun Indonesia termasuk negara dengan paparan sinar matahari yang tinggi. Keadaan ini kemungkinan juga dialami oleh pasien LMA di Indonesia sehingga dapat memperburuk prognosis penyakitnya. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti hubungan kadar vitamin D dengan prognosis pasien LMA di Indonesia. Selain vitamin D, beberapa sitokin yang dipengaruhi oleh vitamin D seperti IL-6 (sitokin proinflamasi) dan IL-10 (sitokin antiinflamasi) dapat mempengaruhi regulasi hematopoiesis normal dan keganasan pada pasien LMA. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan antara kadar vitamin D, IL-6, IL-10, dan rasio IL-6/IL-10 dengan kesintasan 1 tahun pasien LMA.
Metode: Penelitian dengan desain kohort retrospektif dilakukan pada 43 pasien LMA di RSCM dan RS Kanker Dharmais. Sebanyak 43 serum darah pasien LMA dianalisis dengan metode ELISA untuk memperoleh kadar vitamin D, IL-6 dan IL-10. Analisis kesintasan 1-tahun dilakukan dengan Kaplan Meier estimator.
Hasil: Tidak terdapat hubungan antara kadar vitamin D (HR: 0.817 95%CI 0.352-1.901), IL-6 (HR: 1.057 95%CI 0.525-2.128), IL-10 (HR: 0.586 95%CI 0.294-1.168) dan rasio IL-6/IL-10 (HR: 0.823 95%CI 0.411-1.646) serum dengan kesintasan 1-tahun pasien LMA. Tidak ada korelasi antara vitamin D dengan kadar kadar IL-6, IL-10, dan rasio IL-6/IL-10.
Kesimpulan: Tidak diperoleh hubungan bermakna antara kadar vitamin D, IL-6, IL-10, dan rasio IL-6/IL-10 dengan kesintasan 1-tahun, namun kami menyadari bahwa besar sampel yang digunakan masih jauh dari cukup. Hasil analisis menunjukkan ada tendensi vitamin D merupakan faktor proteksi pada kesintasan 1 tahun, sedangkan ratio IL-6/IL-10 merupakan faktor risiko pada kesintasan 1 tahun.

Background and aim: Vitamin D was known to the proliferation and maturation of blood cells. Several studies have shown that there is an association between low vitamin D levels with incidences and survivals of AML patients.Previous data had shown that about half of Indonesian have vitamin D insufficiency, even though Indonesia is a tropical country with high sun exposure. Vitamin D insufficiency might also worsen the condition and prognosis of AML patients in Indonesia. Up to date, the relationship between vitamin D levels and the prognosis of AML patients in Indonesia was not known. Several cytokines related to vitamin D, including IL-6 (pro-inflammatory cytokines) and IL-10 (anti-inflammatory cytokines) might also influence the regulation of hematopoiesis in normal and malignant conditions. Thisstudy was aimed to determine the association between vitamin D concentrations, serum IL-6, IL-10 and the ratio of IL-6/IL-10 with 1-year Survival Rate in Indonesian Acute Myeloblastic Leukemia Patients.
Method: This was a retrospective cohort study done in 43 AML patients in RSCM and RS Kanker Dharmais. We analyzed 43 serum samples for vitamin D, IL-6 and IL-10 concentrations using ELISA. Survival analysis was done using Kaplan Meier estimator.
Result: There was no correlation between the levels of vitamin D (HR: 0.817 95%CI 0.352-1.901), IL-6 (HR: 1.057 95%CI 0.525-2.128), IL-10 (HR: 0.586 95%CI 0.294-1.168) and ratio IL-6/IL-10 (HR: 0.823 95%CI 0.411-1.646) with 1 year survival of AML patients. There was no correlation between vitamin D and levels of IL-6, IL-10 and ratio IL-6/IL-10.
Conclusion: There is no correlation between vitamin D, IL-6, IL-10 and ratio IL-6/IL-10 with 1-year survival of AML patients. No association was found between vitamin D, IL-6, IL-10, ratio IL-6/IL-10. However, the study was done in a limited sample size. Analysis showed a tendency for vitamin D to be a protective factor at 1 year survival, while the ratio IL-6/IL-10 was a risk factor at 1 year survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Wibawa Putra
"Bahan bakar hidrogen sebagai energi terbarukan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan menggantikan bahan bakar fosil karena menghasilkan emisi rendah dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Produksi hidrogen dapat dilakukan dengan reaksi pemisahan air. Dalam penelitian ini, akan diamati reaksi pemisahan air pada sistem Sel Fotoelektrokimia Tersensitasi Zat Warna (DSPEC) menggunakan nanopartikel TiO2 untuk menghasilkan hidrogen 2H+ + 2e− → H2 (0,198 V NHE pada pH 7). Film FTO/TiO2 dipreparasi dan dikarakterisasi dengan XRD dan SEM. Pewarna komersial D102 dan D131 serta pewarna Rumbipy (kompleks) digunakan sebagai zat warna tersensitasi yang akan dibandingkan dalam elektroda kerja FTO/TiO2/pewarna; faktor-faktor seperti waktu loading zat warna, hole mobility (h+), dan adanya EDTA sebagai agen sacrificial akan diinvestigasi. Produksi hidrogen optimal diperoleh pada waktu loading 3 jam untuk D102 dan Rumbipy, sementara 2 jam untuk D131, hole mobility D102, D131, dan Rumbipy masing-masing adalah 6.42, 5.25, dan 11.01 (10-10 cm2s-1). Percobaan menghasilkan produksi hidrogen dalam sistem dengan adanyaEDTA sebagai berikut, Rumbipy > D102 > D131 dengan mol hidrogen terbesar mencapai 226,4 μmol dengan efisiensi faradaic 98,88% pada zat warna Rumbipy. Sedangkan dalam sistem tanpa adanya EDTA produksi hidrogen menghasilkan D131 > D102 > Rumbipy dengan mol hidrogen terbesar hanya mencapai 0,353 μmol dengan efisiensi faradaic 2,537% pada zat warna D131, selama waktu pengukuran 550 detik dengan iradiasi 100 mWcm-2.
Hydrogen fuel as renewable energy has a potency to be utilized as new energy sources and replace fossil fuels cause it resulted low emission and having no negative impact to the environment. Hydrogen production can be carried out by water splitting. In this study, we will observe the reaction of water splitting on Dye-Sensitizer Photoelectrochemical Cell (DSPEC) system using TiO2 nanoparticles to produce hydrogen 2H+ + 2e− → H2 (0,198 V NHE in pH 7). FTO/TiO2 film was prepared and characterized by XRD and SEM. Commercial dyes D102 and D131 are used as well as Rumbipy (complex) dyes as dye sensitizer which will compared in working electrode FTO/TiO2/dyes; factors such as dye loading time, hole mobility, and with or without EDTA as sacrificial agent were studied. The optimal hydrogen production was achieved at 3 hours dye loading time for D102 and Rumbipy dyes, while 2 hours for D131 dyes, hole mobility of D102, D131, and Rumbipy dyes was 6.42, 5.25, and 11.01 (10-10 cm2s-1) respectively. The experiment resulted hydrogen production in the system with the presence of EDTA as follow Rumbipy > D102 > D131 with the largest mol hydrogen reached 226.4 μmol with faradaic efficiency 98.88% in Rumbipy dyes. Whereas in the system without EDTA the hydrogen production resulted D131 > D102 > Rumbipy with the largest mol hydrogen only reached 0.35 μmol with faradaic efficiency 2.54% in D131 dyes, during measurements time 550 seconds with irradiation 100 mW cm-2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Medicinal plants, called "Sarang Semut", myrmecodia pendens Merr. & Perry (Rubiaceae) is an epiphyt traditionally used in Papua for healing various diseases such as hyperuricemia, reumathic, and cancer. A chemical compound recognized as xanthinoxidase inhibitor has been isolated from n-buthanol fraction of the palnt extrac. The isolation was carried out by column chromatography (Sio,CHCL - MeOH = 5 : 1-1 : ) and the purification was conducted using high presure liquid chromatography (RP,C - 18 ; MeOH - = 5 : 1)). The activity test for xanthinoxidase inhibitor was performmed by using modified Noro method. The pure compound showed xanthinoxidase inhibitor activity of IC at 79,77%"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Rizki Beni Asdi
"ABSTRAK
Latar Belakang Giant cell tumor (GCT) merupakan tumor jinak yang bersifat lokal agresif destruksif. Tumor ini memiliki rekurensi yang tinggi sebanyak 25-50% setelah tindakan pembedahan. Berbagai macam pemberian zat kimia lokal sebagai terapi ajuvan, telah digunakan pada tatalaksana pembedahan. Namun perbandingan efektifitas untuk masing-masing zat kimia ini belum diketahui. Studi mengenai sitotoksisitas dan mekanisme kematian sel dengan membandingkan pemberian etanol dan H2O2 pada sel GCT tulang secara in vitro masih sedikit dan belum ada di Indonesia.
Metode Penelitian ini merupakan studi in vitro eksperimental dengan mengambil empat sampel jaringan tumor dari pasien yang didiagnosis GCT tulang dan dilakukan isolasi-kultur sel. Cell line yang didapatkan dikarakterisasi melalui analisis morfologi serta pemeriksaan ekspresi penanda gen Nanog dan Oct 4 dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Sel yang telah 80% konfluens dilakukan terapi dengan H2O2 1%, 3%, 5% dan etanol 75%, 85%, 95% selama10 menit serta dosis in vitro H2O2 (0,003%, 0,005%, 0,01%, 0,03%, 0,1%, 0,3%) selama 5 menit serta inkubasi selama 24 jam. Morfologi sel dievaluasi dibawah mikroskop cahaya dengan membandingkan kontrol dan setelah pemberian zat kimia, viabilitas sel dihitung menggunakan automatic cell counter serta toksisitas sel dinilai dengan uji Annexin V dan Propidium Iodida (PI) pada flow cytometry.
Hasil Kultur jaringan sel GCT dengan metode eksplan dan kolagenase mempunyai angka keberhasilan yang sama dalam mendapatkan cell line GCT. Namun metode eksplan membutuhkan waktu yang lebih cepat dan memiliki jumlah sel yang lebih banyak. Sel yang tumbuh dari jaringan GCT terkarakterisasi dengan analisis morfologi serta ekspresi gen Oct 4 dan Nanog. Viabilitas sel GCT menurun secara signifikan setelah paparan terhadap dosis klinis H2O2 1% (p = 0,046), H2O2 3% (p = 0,043), dan H2O2 5% (p = 0,043) selama 10 menit dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada perbedaan yang bermakna untuk viabilitas sel antara konsentrasi H2O2 1%, 3% dan 5%. Sementara pada konsentrasi in vitro (0,003%, 0,005%, 0,01%, 0,03%, 0,1%, 0,3%), konsentrasi H2O2 0,3% (p < 0,001) selama 5 menit memiliki efektivitas paling baik dalam sterilisasi GCT secara in vitro. Terdapat fenomena fiksasi sel setelah pemberian etanol pada semua konsentrasi. Dari uji RT-PCR didapatkan penurunan ekspresi gen Oct 4 dan Nanog seiring dengan peningkatan konsentrasi H2O2 pada dosis in vitro. Flow cytometry dengan marker Annexin V dan propidium iodide (PI) didominasi oleh marker PI yang menunjukkan kematian sel akibat nekrosis dengan persentase terbesar pada konsentrasi 0,3%.
Kesimpulan Eksplan merupakan metode terbaik dalam isolasi dan kultur sel GCT. Semua sel hasil isolasi dan kultur terkarekterisasi sebagai GCT. Pemberian ajuvan kimia lokal dengan dosis klinis H2O2 konsentrasi 1%, 3%, dan 5% selama 10 menit secara in vitro mempunyai efektivitas yang sama dalam membunuh sel GCT. Sedangkan konsentrasi H2O2 0,3% selama 5 menit merupakan terapi optimal dalam sterilisasi GCT secara in vitro dengan mekanisme kematian nekrosis sel.

ABSTRACT
Background Giant cell tumor (GCT) is a benign, aggressive local tumor with high tendency to recur after surgery. Various chemicals have been used as an adjuvant treatment for GCT. However, the comparative effect of these chemicals remains unclear. To date, there are no studies about the cytotoxicity and mechanism of injury to etanol and H2O2 in GCT in Indonesia especially in vitro experiment. The present study aims to find the best method to isolation and culture of GCT from primary human patients, the optimal treatment of etanol and H2O2 for reducing GCT recurrence.
Methods This is an experimental in vitro study that took four tumor tissue samples from patients diagnosed with bone GCT and conducted cell-culture isolation. Cell line characterized by morphology, gene markers Nanog and Oct 4 expression with Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Reverse Transcriptase was obtained. Cells that had 80% confluence were treated with H2O2 1%, 3%, 5% and etanol 75%, 85%, 95% for 10 minutes and in vitro doses of H2O2 (0.003%, 0.005%, 0.01%, 0.03 %, 0.1%, 0.3%) for 5 minutes and were incubated for 24 hours. Cell morphology was evaluated under a light microscope by comparing the morphology of controls and after exposure a chemical agents, cell viability was calculated using automatic cell counter and cell toxicity was assessed by Annexin V and Propidium Iodida (PI) on flow cytometry.
Results Collagenase and explant methods had the same success rate in obtaining GCT cell line characterized by morphology, the gene expression Oct 4 and Nanog. But explants need a less time and had more cell than collagenase method. Viability of GCT cells decreased significantly after exposure to the clinical dose of H2O2 1% (p = 0,046), H2O2 3% (p = 0,043), and H2O2 5% (p = 0,043) for 10 minutes compared to controls. There was no significant difference for cell viability between 1%, 3% and 5% H2O2 concentrations. While in in vitro doses (0,003%, 0,005%, 0,01%, 0,03%, 0,1%, 0,3%), 0.3% H2O2 concentration for 5 minutes has the best effectivity in sterilizing GCT in vitro. There was a phenomenon of cell fixation after exposure of GCT cells to etanol in various concentrations, in which all cells die and its viability could not be analyzed. From the RT-PCR test it was found that there was a decrease in the expression of Oct 4 and Nanog genes along with an increase in the concentration of H2O2 in vitro. Flow cytometry using Annexin V in conjunction with propidium iodide (PI) was dominated with PI marker detection which showed cell death due to necrosis, with the highest concentration amounted to 0.3%
Conclusion Explant was the best method for isolation and GCT cell culture. All of the cell from isolation and culture result had a characterization of GCT. Giving local a chemical adjuvants with clinical doses of H2O2 concentrations of 1%, 3%, and 5% for 10 minutes in vitro had the same effectiveness in killing GCT cells. While the concentration of 0.3% H2O2 for 5 minutes is the optimal therapy in GCT sterilization in vitro with necrosis cell death mechanism."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caesar, Emilio
"Diversifikasi pemanfaatan sumber energi sangat penting karena kebutuhan energi di masa mendatang semakin meningkat. Oleh karena itu research sumber energi baru akan menjadi langkah yang berguna dan selalu menjadi sorotan publik. Sumber energi alam yang ramah lingkungan, aman dan mempunyai persediaan tidak terbatas adalah sinar matahari. Cahaya matahari dapat langsung dikonversi menjadi energi listrik dengan teknologi photovoltaic menggunakan divais semikonduktor yang disebut sel surya ( photovoltaic cell ).
Dalam penelitian ini dilakukan fabrikasi dan karakterisasi Photovoltaic Cell dengan Teknologi Thick Film Hybrid / Screen Printing . Parameter fabrikasi yang diteliti adalah desain modul berupa pola masker,.lapisan film, bentuk elektroda dan proses firing. Karakterisasi I-V dilakukan secara otomatis dan ditentukan Daya Maksimum (Pm) serta pengaruh intensitas pencahayaan.
Dari karakteristik I-V dapat diketahui juga karakteristik lainnya seperti Fill Factor (FF), Efisiensi (η),Resistansi seri (Rs) dan pararel dan masih banyak karakter lain yang bisa diolah. Diharapkan dari karakteristik tersebut bisa lebih mengembangkan fabrikasi Photovoltaic Cell yang lebih efisien dengan daya keluaran yang maksimal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Halim
Jakarta: Erlangga, 2010
616 STE (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Wahyudianto
"Penelitian ini membahas analisa kapasitas reverse link sistem makro/mikroselular CDMA dengan menggunakan pengaturan perbandingan daya yang diterima pada base station (BS) makrosel/mikrosel dan pemiringan sudut antena mikrosel (tilted antenna). Pada sistem model yang diusulkan ditempatkan masing-masing sebuah mikrosel pada setiap makrosel. Pada sistem tersebut makrosel dan mikrosel bekerja pada band frekuensi yang sama, tetapi level dayanya diatur berbeda untuk mendapatkan perbandingan yang optimum.
Penggunaan band frekuensi yang sama oleh makrosel dan mikrosel menyebabkan terjadinya interferensi sehingga mempengaruhi kapasitas sistem. Pada sistem makro/mikroselular CDMA terdapat empat jenis interferensi, yaitu interferensi dari makrosel-mikrosel, interferensi dari mikrosel-makrosel, interferensi dari makroselmakrosel dan interferensi dari mikrosel-mikrosel. Dari hasil yang diperoleh penggunaan teknik pengaturan perbandingan daya (power ratio control) yang optimum menghasilkan kapasitas user makrosel lebih besar dibandingkan dengan teknik penyamaan daya yang diterima sama (equal power received) pada BS makrosel/mikrosel. Penggunaan pemiringan sudut antena mikrosel pada teknik pengaturan perbandingan daya dapat meningkatkan kapasitas sistem.

The reverse link capacity of macro/microcellular code-division multiple-access (CDMA) is obtained analytically in this research, which is using power ratio control technique and tilted microcell antenna. In the proposed system model, we placed a microcell at every macrocell. The macrocell and microcell are operating in the same frequency band. The different power received of both macrocell and microcell base stations are controlled to obtain the optimum power ratio.
The use of the same frequency band of both macrocell and microcell causing the interference which is decreasing capacity of the system. In macro/microcellular CDMA systems, there exist four kinds of other cell interference. For example, the macrocell-tomicrocell interference, the microcell-to-macrocell interference, the macrocell-tomacrocell interference and the microcell-to-microcell interference. It is shown that the system capacity with power ratio control increase remarkably than the system with equal power receive of BS macrocell/microcell. Also, the optimum tilt angle of microcell antenna adds more capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Osmaliana Osman
"ABSTRAK
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang semakin pesat, kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Salah satu dampaknva adalah peningkatan limbah yang dihasilkan baik jumlahnya maupun jenisnya. Bila limbah tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga akan mengganggu kesinambungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu adanya upaya penanganan untuk mengatasi masalah pencemaran. Salah satu sumber yang dapat menimbulkan pencemaran adalah limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga. terdiri dari bermacant-macam jenis. ada yang dapat digunakan kembali dan ada yang tidak. Lebih dari itu. ada limbah yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti sisa obat-obatan, sisa pembasmi hama dan baterai kering bekas. Baterai kering yang biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. merupakan sarana yang dapat menyimpan energi kimia dan mengubahnya menjadi energi listrik. Komponen baterai kering adalah logam dan zat-zat kimia lain, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.: 148/MISK/1985. baterai kering dapat digolongkan ke dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Di DKI Jakarta, setiap rumah tangga rata-rata mengkonsumsi 10 buah baterai kering ukuran besar (UM1), 5 buah baterai berukuran sedang (UM2) dan 10 buah baterai berukuran kecil (UM3) dalam satu tahun. Diperkirakan setiap tahun. puluhan juta buah baterai kering digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian setiap tahun terdapat puluhan juta baterai kering bekas yang dapat mencemari lingkungan, karena sampai saat ini belum ada sistem pengelolaan pembuangannya. Untuk mengatasi pencemaran, khususnya yang diakibatkan oleh baterai kering bekas, perlu diciptakan sistem pengelolaannya.
Pengelolaan yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan agar baterai kering bekas tidak dibuang atau digunakan secara tidak aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Untuk itu perlu diperoleh gambaran mengenai sikap yang meliputi pemahaman masyarakat mengenai pencemaran lingkungan pada umumnya, khususnya perlakuan terhadap baterai kering bekas. Di samping partisipasi masyarakat, maka keberhasilan upaya pengelolaan ditentukan pula oleh adanya sarana baik berupa sarana non fisik seperti peraturan dan sistem pengelolaannya maupun sarana fisik.
Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Jakarta terhadap baterai kering bekas, sehingga terlihat gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi bila disusun suatu sistem pengelolaan dan peraturan tentang baterai kering bekas. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengkaji kedudukan baterai kering daiam peraturan-peraturan lingkungan hidup khususnya tentang pengelolaan limbah B3. mendapatkan gambaran mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan, mendapatkan gambaran mengenai perlakuan dan anggapan tentang perlakuan masyarakat terhadap baterai kering bekas. serta mendapatkan gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan baterai kering bekas.
Penelitian dilakukan di 6 (enam) lokasi di wilayah DKI Jakarta dengan responden 180 orang ibu rumah tangga dari tiga kelompok permukiman. yang dalam kegiatan ini disebut sebagai permukiman bala'ah (PB) permukiman menengah (PM) dan permukiman atas (PA). Data primer diperoleh di lapangan dengan metoda survei. sedangkan data sekunder diperoleh dari tulisan baik berupa hasil-hasil penelitian, makalah ataupun peraturan-peraturan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif deskriptif.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpuIan bahwa baterai keying bekas termasuk dalarn kriteria jenis limbah B3, namun secara tersurat belum termasuk dalam daftar limbah B3 pada peraturan-peraturan yang menyangkut pengelolaan limbah B3 yaitu SK Menteri Perindustrian No. 148/MSK/4/1985 tentang pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri; PP 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun: dan PP 13/1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 19/1994. Mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan diperoleh gambaran bahwa 93,3% responden mengetahui bahwa pencemaran akan mengganggu kesehatan manusia, dan 6,7% yang menyatakan tidak tahu merupakan responden yang tinggal di kelompok PB.

ABSTRACT
Along with the rapid growth of population and economic development. human activities in accomplishing their needs also increase. One of the consequences is that people produce more waste, in larger amount and variety. Waste. if not properly managed will cause pollution and finally it will endanger human life and other creatures.
One of the source of environment pollution is household waste. Such waste consists of various kinds of things, some of them can he reused but some cannot. There is even toxic and dangerous waste (B3) such as chemical waste, insecticide, and used dry cells. Dry cell in daily use is a device that saves chemical energy and to turn it into electrical energy. Since the component of dry cells, are made from metal and other chemical substances. it is categories as B3. according to the Industrial Minister's Decree No.:148/MISK/1985. is categorized into B3.
Each household in DKI Jakarta consumes 10 big dry cells (size UM I). 5 medium dry cells (size UM2). and 10 small dry cells (size 13M3) every year. Il is estimated that millions of dry cells are used for various needs every year. There for there are the same number of used dry cells pollute the environment and so far there is no waste management system of used dry cell has been designed. To solve the pollution problem especially as the result of used dry cells, a waste management system should be developed. Such system needs to be done as an effort to avoid the environment pollution. A view on people's perception toward environment pollution in general is acquired when deals with used dry cells. To accomplish such effort is determined by not only public participation. but also an appropriate physical and non-physical facilities such as a rule and its management system.
Base on the above matter, this survey is meant:
a. to understand the attitude and behavior of the community towards the B3 waste, which can be the source of environment pollution, especially to get the picture of what people understand about the environment pollution.
b. to understand how the people deal with the B3 waste, to understand the people's idea on their own attitude towards the B3 waste.
c. and to get the picture on the willingness of the community to participate in the effort to control the B3 waste.
The survey has been conducted in 6 locations within DKI Jakarta. on 180 housewives from 3 district groups. Primary data was obtained in the field. where as secondary data was gathered from papers and regulation. This collected data was analyzed in a descriptive qualitative.
The research concluded that used dry cells are categorized as hazardous waste. Although the regulations of B3 waste management (Minister of Industry's Decree No 148/M/SK/1985 on Protection of Industry's Hazardous Waste: Government Regulations (PP)/19/1994 on Hazardous Waste Management: PP/12/1995 on the Modification of PP/19/1994) have not legally included it into the list of hazardous waste.
The result of the survey about people's perception on the environment is that most of the respondent (93.3%) know that pollution will affect human health. while the others (18.3%) do not know and even assume that there is danger to human life. Further study found that some people (37.8%) assume that. if the waste is thrown away far from their place. it will not cause any pollution to them. the pollution stuff that people know includes dust. exhaust fumes. plastic and other waste. Only a small part (5,3%) mentioned that used dry cell is one of the pollutant.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swastya Dwi Putra
"Latar Belakang: Saat ini, sistem imun telah diketahui memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi. Ketidakseimbangan rasio antara sel T regulator dan Sel T helper 17 ditemukan sebagai penyebab terjadinya hipertensi di uji coba hewan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara sel T regulator dengan tekanan darah pada hipertensi di manusia.
Metode: Studi ini merupakan penelitian case-control yang dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Agustus hingga Januari 2023. Subjek dengan hipertensi esensial dan normotensi yang melakukan kunjungan di poliklinik rawat jalan diambil sebagai subjek secara konsekutif. Pemeriksaan flow cytometry dilakukan untuk melakukan penghitungan kadar sel T regulator di dalam darah.
Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 40 dari setiap kelompok. Jumlah sel T regulator ditemukan lebih sedikit pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Korelasi kuat dengan pola negative ditemukan antara sel T regulator dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (r=-0.733, r=-0,613). Jumlah sel T helper 17 ditemukan lebih banyak pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Rasio antara sel T helper 17/ sel T regulator ditemukan lebih tinggi pada subjek dengan hipertensi (p<0,0001).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar sel T regulator dengan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial. Sel T regulator yang lebih rendah ditemukan pada subjek dengan hipertensi esensial.

Background:Immune system has currently been postulated to have a role in hypertension. Regulatory T-cells are the cells that have an association with hypertension in animal studies.
Aim: To elaborate on the role of Regulatory T-cells in human hypertension.
Methods: This case-control study was held at the National Cardiovascular Center of Harapan Kita and Universitas Indonesia Hospital from August to January 2023. Consecutively, subjects with essential hypertension and those with normotension who went to the outpatient clinic were included. Regulatory T-cells were counted with Flow cytometry examination.
Results: The subjects consisted of 40 subjects from each group. The results showed that Regulatory T-cell in hypertension was lower compared to normotension (p<0.0001). Furthermore, a strong correlation between Regulatory T-cell and systolic blood pressure (r=-0.733, p<0.0001) and diastolic blood pressure (r=-0.613, p<0.0001) was found. T helper-17 cell was higher in hypertension subjects (p<0.0001). The ratio of T helper-17 cells/Regulatory T-cells was significantly higher (p<0,0001) in subjects with essential hypertension. 
Conclusions: We revealed an association between Regulatory T-cells in human hypertension. Lower Regulatory T-cells were found in the hypertension group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>