Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Susanti
"ABSTRAK
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh bakteri anaerob
dengan memanfaatkan bahan organik, salah satunya adalah limbah cair
industri lateks pekat. Pada penelitian awal perlakuan yang dilakukan
adalah 1) penggunaan limbah dengan tiga jenis penggumpalan,yaitu
penggumpalan spontan, penggumpalan dengan asam sulfat, dan
penggumpalan dengan asam fosfat; 2) penambahan serasah untuk
meningkatkan C/N rasio, dan 3) penambahan seed. Tahap selanjutnya
adalah penambahan variasi jenis kation logam, yaitu Ca, Fe, Mg, dan Mo
serta kombinasinya; variasi konsentrasi jenis logam yang menghasilkan
volume biogas tertinggi; dan variasi jenis seed. Parameter yang diamati
adalah pH, padatan total (TS), Padatan terlarut (TDS), Padatan
tersuspensi menguap (VSS), COD, BOD, asam lemak menguap (VFA),
dan volume biogas yang terbentuk. Optimasi produksi dilihat dari
perlakuan yang paling banyak menghasilkan biogas dengan mengamati
tahap-tahap perubahan parameter tersebut. Perlakuan yang
menghasilkan gas terbanyak adalah limbah penggumpalan spontan,
penambahan serasah hingga rasio mendekati 20, penambahan 1 % seed
pupuk kandang, dan penambahan FeCl3 0,0005 g/L. Secara umum tahapan hidrolisis mendominasi awal fermentasi hingga hari keenam.
Tahapan berikutnya adalah asetogenesis yang mendominasi hari keenam
hingga hari keempat belas. Setelah hari keempat belas reaksi didominasi
oleh metanogenesis. Penambahan kation Fe3+ mempercepat laju
metanogenesis yang terlihat dari meningkatnya nilai vmax dan KM. Pada
tahapan metanogenesis tanpa penambahan Fe3+, vmax= 68,49 mLhari-1,
dan KM= 52,37 mLhari-1 sedangkan dengan penambahan Fe3+, vmax =
108,69 mLhari-1, dan nilai KM= 121,37 mLhari-1"
[, ], 2007
T40103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhandi Fadillah Fedrizal
"Kulit kakao adalah produk sampingan utama dari industri kakao, serai digunakan untuk memasak rempah-rempah di Indonesia, namun hanya batangnya yang digunakan, daunnya adalah limbah, dan ampas kopi adalah sisa dari biji kopi setelah digiling dan diseduh, di mana ia juga dianggap sebagai limbah Limbah biomassa ini berpotensi digunakan untuk produksi biogas melalui ko-pencernaan dengan kotoran sapi, karena ko-pencernaan antara limbah pertanian dan kotoran hewan memberikan efek sinergis yang akan menghasilkan hasil biogas lebih tinggi. Namun, limbah biomassa ini adalah bahan lignoselulosa, karena sulit untuk limbah biomassa diuraikan dalam pencernaan anaerob. Cairan rumen sapi telah diusulkan untuk metode biodegradasi biomassa lignoselulosa.
Penelitian ini akan menggunakan limbah biomassa dan akan dicerna bersama dengan kotoran sapi dengan 4 variasi, yaitu: 1: 3, 1: 1, 3: 1, dan 1: 0. Cairan rumen sapi juga akan ditambahkan dalam empat variasi berbeda yaitu 0 g, 50 g, 100 g, dan 200 g. Kondisi operasi untuk produksi biogas juga akan bervariasi pada 25oC, 37 oC, 50 oC, dan 70 oC. Pencernaan anaerob akan dilakukan selama 168 jam, berdasarkan hasil, rasio optimal kulit kakao, serai, ampas kopi dengan kotoran sapi masing-masing adalah 1: 1, 1: 1, dan 1: 3, sedangkan jumlah rumen sapi yang optimal fluida 100 g, dan suhu kondisi pengoperasian optimal pada 37oC.
Hasil metana untuk setiap limbah biomassa optimal adalah 46,05 ml, 33,88 ml, dan 346,3 ml dengan komposisi metana puncak yang sesuai masing-masing 16,64%, 8,45%, dan 57,89% untuk kulit buah kakao, serai, dan ampas kopi. Sementara perbandingan limbah biomassa dan kotoran sapi optimal yang sama tanpa penambahan cairan rumen menghasilkan 1,74 ml, 0,1 ml, dan 3,42 ml metana dengan komposisi metana puncak yang sesuai yaitu 1,56%, 0,03%, dan 23,32% untuk sekam kakao, serai, dan ampas kopi co-digestion masing-masing. Oleh karena itu, hasilnya menyiratkan bahwa penambahan cairan rumen sapi berhasil menurunkan biomassa lignoselulosa dan mempercepat produksi biogas.

Cocoa husk is the primary by-product from the cocoa industry, lemongrass is used for cooking spices in Indonesia, however only the trunks are used, the leaves are waste, and coffee grounds is the reside from coffee beans after it is milled and brewed, where it is also considered as waste These biomass waste has the potential of being used for biogas production by co-digestion with cow manure, as co-digestion between agricultural waste and animal manure gives synergistic effect which would produce higher biogas yield. However, these biomass wastes are lignocellulosic materials, as it is difficult to for the waste biomass to be decomposed in anaerobic digestion. Cow rumen fluid has been proposed for method for biodegradation of lignocellulosic biomass.
The research will use the biomass waste and it will be co-digested with cow manure with 4 variation, which are as follows, 1:3, 1:1, 3:1, and 1:0. Cow rumen fluid will also be added in four different variations which are 0 g, 50 g, 100 g, and 200 g. The operating condition for the biogas production will also be varied at 25oC, 370C, 50oC, and 70oC.
Anaerobic digestion will be conducted for 168 hours, based on the results the optimum ratio of cocoa husk, lemongrass, coffee grounds to cow manure are 1: 1, 1: 1, and 1: 3, respectively, while the optimum amount of cow rumen fluid is 100 g, and the optimum operating condition temperature is at 37oC. The methane yield for each optimum biomass waste are 46.05 ml, 33.88 ml, and 346.3 ml with corresponding peak methane composition at 16.64%, 8.45%, and 57.89% for cocoa husk, lemongrass, and coffee grounds, respectively. While the same optimum waste biomass to cow manure ratio with no addition of rumen fluid produces 1.74 ml, 0.1 ml, and 3.42 ml of methane with corresponding peak methane composition at 1.56%, 0.03%, and 23.32% for cocoa husk, lemongrass, and coffee grounds co-digestion respectively. Therefore, the results imply that the addition of cow rumen fluid is successful in degrading the lignocellulose biomass and accelerate biogas production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reigina Sandriaty
"Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan mengandung minyak dan lemak menjadi pemicu peningkatan timbulan limbah minyak dan lemak serta nilai COD dan VS air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biogas dan rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan yang paling optimum.
Penelitian dilaksanakan selama 42 hari inkubasi pada suhu 37˚C dengan tiga variasi rasio VS limbah minyak dan lemak dan sampah makanan yaitu 1:7, 1:2, dan 1:1 dengan metode biochemical methane potential. Limbah minyak dan lemak memiliki karakteristik COD 148 g/L, TS 763 g/L, dan VS 759 g/L.
Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah minyak dan lemak memiliki potensi menghasilkan biogas tertinggi melalui proses anaerobic co- digestion dengan sampah makanan dan menghasilkan 485 mLCH4/grVS dari variasi 1:7. Sementara variasi rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan 1:2 dan 1:1 hanya menghasilkan 128 dan 4 mLCH4/grVS.

Tendency of Indonesian people to eat foods containing oils dan fats trigger increasing in generation of fat, oil, and grease waste and increasing in wastewater?s COD and VS. This research is conducted to know potential of fat, oil, and grease and its ratio with food waste that obtain the highest biogas production through biochemical methane potential method.
The research was conducted over 42 days incubation at 37˚C including three variation of volatile solids (VS) ratio of fat, oil, and grease waste with food waste, that is 1:7, 1:2, and 1:1. As co- substrate of the anaerobic co- digestion process, fat, oil, and grease characteristics are COD 148 g/L, TS 763 g/L, and VS 759 g/L.
Result showed that fat, oil, and grease waste has potential to produce biogas through anaerobic co- digestion process with food waste and produce 485 mLCH4/grVS as the highest methane yield of 1:7 ratio. While the variation of ratio fat, oil, and grease waste with food waste at 1:2 and 1:1 only produce 128 and 4 mLCH4/grVS, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S34364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai jenis adsorben lokal yaitu sekam bakar, zeolit, arang kayu, dan abu terbang bagas digunakan untuk mengadsorpsi polutan pada limbah cair industri lateks pekat. Karakteristik effluent yang digunakan berasal dari sistem pengolahan limbah terpasang masih keruh dan berbau, dengan nilai pH 5,9-7,9; COD 396,8-8594 mg/l; BOD 80,82-2384 mg/l; TSS 126-12668 mg/l, dan amonia 10,4-28,6 mg/l. Effluent dialirkan pada peralatan pengolahan limbah cair sistem adsorpsi dengan variasi jenis adsorben pada berbagai % volume adsorben dengan kecepatan alir tertentu. Limbah cair setelah adsorpsi diuji nilai pH, COD, BOD, TSS, dan amonia. Hasil penelitian menunjukkan adsorben dapat menurunkan nilai COD, BOD, TSS, dan amonia dengan persentase yang bervariasi untuk masing-masing jenis adsorben. Semakin besar volume adsorben yang digunakan menunjukkan kecenderungan penurunan nilai polutan yang lebih baik."
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yugia Muis
"Bahan pemantap lateks pekat yang biasa digunakan untuk ekspor pada perkebunan Nusantara dan Swasta (PT. Bakri, Good Year, dan lain-lain) adalah amonium laurat 20% dengan MST > 540 detik selama 3 sampai 4 minggu penyimpanan.
Peneliti luar negeri menggunakan pemantap non ionik terhadap lateks pekat yang sudah mengandung ionik (MST > 540 detik) untuk keperluan pembuatan barang jadi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pemantap non ionik terhadap lateks pekat yang baru diolah (MST = detik).
Pemantap non ionik yang digunakan adalah tween 20 (polioksi etilen sorbitan mono laurat), tween 60 (polioksi etilen sorbitan mono stearat) dan tween 80 (polioksi etilen sorbitan mono oleat).
Untuk melihat gambaran karakteristik dari partikel karat dalam lateks diamati bentuk partikel, ukuran partikel dan gerakan partikel. Adapun parameter yang digunakan untuk menguji kemantapan lateks pekat adalah: waktu kemantapan mekanis (MST), tegangan permukaan dan viskositas. Parameter ini diukur setelah perlakuan penambahan pemantap non ionik (tween 20, tween 60 dan tween 80) dan pemantap ionik (amonium laurat 20%) serta lama penyimpanan (hari).
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sbb:
Tween 20 meningkatkan waktu kemantapan mekanis (MST) lateks pekat yang baru diolah (MST = 16 detik) lebih baik dari tween 60 dart tween 80 yaitu tween 20 > 1700 detik, tween 60 = 115 detik dan tween 80 = 201 detik setelah 2 minggu penyimpanan.
Tween 20 dapat menurunkan viskositas lateks pekat lebih baik dari tween 60 dan tween 80 yaitu tween 20 = 430 ep, tween 60 = 560 cp dan tween 80 = 525 cp setelah 2 minggu penyimpanan.
Tween 20 dapat menurunkan tegangan pemnukaan lateks pekat lebih baik dari tween 60 dan tween 80 yaitu tween 20 = 44,29 mN/m, tween 60 = 51,54 mN/m dan tween 80 = 44,93 mN/m setelah 2 minggu penyimpanan.
Oleh karena itu konsumen Indonesia untuk keperluan pembuatan barang jadi dapat menggunakan sabun non ionik tanpa penambahan sabun ionik kedalam lateks pekat yang baru diolah.
Daftar Pustaka 29 (1949 -1986)"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Khootama
"Kebutuhan enzim untuk industri Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dengan 99 pengadaan enzim masih berasal dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan enzim nasional sekaligus menekan impor enzim, pengembangan unit produksi enzim yang banyak digunakan dalam industri sangat penting. Salah satu enzim yang banyak digunakan dalam industri adalah lipase, yang diproduksi oleh Aspergillus niger. Produksi lipase Aspergillus niger skala besar lebih menguntungkan dengan metode fermentasi padat limbah agroindustri.
Untuk mengevaluasi produksi lipase Aspergillus niger, dibutuhkan optimasi produksi dan analisis keekonomian. Optimasi dilakukan pada fermentasi padat menggunakan dedak padi dan bungkil biji jarak selama 5 hari dengan variasi induser dan ekstraktan. Hasil fermentasi kemudian diekstrak, disaring dengan muslin cloth dan di-centrifuge. Supernatan yang diperoleh dikeringkan dengan spray drying dan diuji aktivitasnya melalui titrimetri hidrolisis minyak zaitun. Hasil optimasi induser menunjukkan bahwa 1 minyak zaitun merupakan induser terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 176 U/ml enzim.
Hasil optimasi ekstraktan menunjukkan bahwa 1 NaCl ndash; 0,5 Tween 80 merupakan ekstraktan terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 282 U/ml enzim. Hasil scale up produksi menunjukkan bahwa penggunaan 1000 gram dedak padi menghasilkan 983,22 gram ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas 240,33 U/ml enzim. Analisis keekonomian terhadap produksi lipase dengan kapasitas produksi 4290 kg/tahun; harga produk IDR 1.061.811; dan WACC 15,10 menghasilkan IRR sebesar 34,99 ; NPV sebesar IDR 5.520.728.137; payback period selama 2,98 tahun; dengan harga produk sebagai parameter paling sensitif.

Enzyme demand for Indonesia rsquo s industries increases every year, with 99 of the supply are from imports. Development of industrial enzyme production units is critical to fulfil national enzyme demand and lower imports. One of the most used industrial enzymes is lipase, which is produced by Aspergillus niger. Large scale Aspergillus niger lipase production is more profitable by solid state fermentation utilizing agroindustrial waste.
Optimization and economic analysis of Aspergillus niger lipase production is performed. Optimization is performed on solid state fermentation of rice bran and Jathropa seed cake for 5 days with variations on inducer and extractant. Fermentation cake produced is extracted, filtered using muslin cloth, and centrifuged. The supernatant is spray dried and assayed using olive oil hydrolysis titrimetry. Inducer optimization results show that 1 olive oil is the best inducer, yielding dry lipase extract with highest activity unit 176 U ml enzyme .
Extractant optimization results show that 1 NaCl ndash 0.5 Tween 80 is the best extractant, yielding dry lipase extract with highest activity unit 282 U ml enzyme. Production scale up shows that 1000 gram rice bran yields 983.22 gram dry lipase extract with the activity unit of 240,33 U ml enzyme. Economic analysis of lipase production with the production capacity of 4290 kg year product price of IDR 1,061,811 and WACC of 15.10 yields IRR of 34.99 NPV of IDR 5,520,728,137 payback period of 2.98 years with product price as the most sensitive parameter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki permasalahan energy yang utama pada sector bahan bakar rumah tangga dan listrik. Namun demikian, kebijakan energi yang ada sebagian besar hanya dapat menyokong kebutuhan sektor listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui petensi makroalga Ulva lactuta dan Padina sp. sebagai sumber penghasil biogas. Jus makroalga dipreparasi dari campuran biomassa basah dan air pada perbandingan 1:2 yang dihaluskan dengan blender. Biogas yang diperoleh dapat terbakar dengan menghasilkan api biru sehingga dapat dijadikan bahan bakar skala rumah tangga. Produktivitas biogas dan metana serta nilai kalor yang tinggi juga berpotensi untuk dikonversi menjadi listrik. Biodiversitas serta kelimpahan biomassa makroalga di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu, makroalga sangat potensial untuk dijadikan sumber biogas di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
"
OLDI 38:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwica Wulandari
"Industri pulp dan kertas merupakan industri dengan tingkat pencemaran yang tinggi terkait kuantitas limbah lumpur yang dihasilkan (0,1 m3/ton produk). Untuk stabilisasi limbah lumpur tersebut bersamaan dengan produksi biogas, metode yang dapat digunakan adalah metode digestasi anaerobik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti produksi biogas dari limbah lumpur kertas dengan pemeriksaan kandungan chemical oxygen demands (COD), padatan volatil, volatile fatty acid (VFA) selama proses digestasi anaerobik berlangsung dengan menggunakan dua reaktor anaerobik skala laboratorium dengan volume 15 L pada kondisi mesopilik (30°C). Reaktor pertama menggunakan lumpur kertas sebagai susbtrat tunggal sedangkan reaktor kedua menggunakan campuran kotoran sapi sebagai ko-substrat untuk mencapai nilai C/N yang optimum serta mengetahui pengaruh penambahan ko-susbtrat pada proses produksi biogas. Proses dilakukan pada kondisi batch dengan kandungan total padatan 20% untuk kedua reaktor.
Hasil penelitian ini menunjukkan potensi produksi biogas dari proses digestasi anaerobik untuk lumpur kertas sebesar 31 ml biogas/ g VS selama 28 hari sedangkan campuran lumpur kertas dan kotoran sapi memperlihatkan hasil potensi produksi biogas 470 ml biogas/gVS selama 45 hari. Potensi gas metan dari limbah lumpur kertas sebesar 15 ml CH4/g VS dengan konsentrasi maksimum gas metan sebesar 58 % sedangkan untuk campuran limbah lumpur kertas dan kotoran sapi 380 ml CH4/g VS dengan konsentrasi gas metan maksimum sebesar 84% dan konsentrasi rata-rata gas metan selama proses adalah 50%. Konstanta hidrolisis proses digestasi anaerobik lumpur kertas dan campuran lumpur kotoran sapi adalah 0,18 dan 0,22.

Pulp and paper industry is one of the most polluted in the world because the large quantities of paper sludge (0,1 m3/ton product). Anaerobic digestion process is a potential succesful treatment to stabilize sludge in and produce biogas to be renewable energy. The aims of this study were to investigate the biogas production dan digestate potential of paper sludge based on biogas production while monitoring chemical oxygen (COD),volatile solids, volatile fatty acid (VFA) of sludge digestion. In pilot-scale experiments, paper sludge decomposed under meshophilic condition (30C). Anaerobic digestion monitoring process conducted using 2 lab-scale reactor ( 15 L) under mesophilic digestion. Paper Sludgee was used to feed first reactor (R1) meanwhile second reactor (R2) contains paper sludge and cow manure. Pilot test were performed in batch conditions with 20% total solid content of the input material. pH meter and termometer were installed in reactor for daily monitoring and impeller (80rpm) for continuous mixing.
The results shown biogas production by anaerobic digestion process of paper sludge and cow manure higher (470 ml biogas/ gVS) for 28 days than paper sludge as single substrate (31 ml biogas/g VS for 45 days). Methane potential from paper sludge attained to 15 ml CH4/g VS and 380 ml CH4/g VS with maximum concentration 58% and 84%, meanwhile average methane concentration for both substrates reached to 50%. Hydrolysis constants (khyd) were higher for paper sludge than for either of the mixing of paper sludge and cow manure : 0,18 > 0,03.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marhento Wintolo
[Place of publication not identified]: Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, 2011
KLET 10:2(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>