Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibarani, James
"Pembuatan membran penukar ion amfoterik dengan proses kopolimerisasi grafting campuran monomer asam akrilat dan akrilamida pada polietilen kerapatan rendah (LDPE, Low Density Polyethylene) dengan inisiasi menggunakan ozon telah berhasil dilakukan. Parameter-parameter yang digunakan untuk mempelajari proses kopolimerisasi grafting ini adalah laju aliran ozon, lama ozonisasi, pengaruh konsentrasi monomer, pengaruh pelarut, temperatur grafting, lama reaksi kopolimerisasi dan juga pengaruh ketebalan film. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini diperoleh bahwa kondisi optimum kopolimerisasi masing-masing monomer ini berbeda dan sifat-sifat fisik kopolimer grafting yang dihasilkan juga berbeda. Kondisi optimum untuk pembuatan PE-g-AAm adalah konsentrasi akrilamida 20%, temperatur 110° C dengan la ju kopolimerisasi tertinggi diperoleh pada menit ke- 30. Sementara untuk pembuatan PE-g-AA kondisi optimumnya adalah konsentrasi asam akrilat 30%, suhu reaksi 110° C dan laju kopolimerisasi tertinggi terjadi pada saat menit pertama reaksi berlangsung. Semakin tinggi % grafting pada PE-g-AAm maka sifat fisiknya menjadi lebih kaku dan rapuh sementara pada PE-g-AA semakin lentur. Untuk mengatasi ini dicari kondisi terbaik untuk memperoleh PE-g-AA-AAm yang memiliki sifat fisik yang baik sebagai penukar ion amfoterik. Diperoleh bahwa kondisi terbaik reaksi kopolimerisai grafting campuran monomer ini adalah perbandingan 20% : 20%, suhu 100° C. Persen grafting PE-g-AAm tertinggi adalah 455.99% yang diperoleh pada kondisi : lama ozonisasi 90 menit, konsentrasi akrilamida 25%, suhu reaksi 110° C, walupun film ini sangat rapuh. Persen grafting PE-g-AA tertinggi adalah 299,69% dan persen grafting tertinggi PE-gAA- AAm pada kondisi optimum adalah 500,08%. Analisis kopolimer grafting menggunakan FTIR menunjukkan bahwa proses kopolimerisasi ini telah berhasil karena muncul serapan-serapan yang khas bagi setiap monomer yang dicangkokkan. Hal ini diperkuat dengan termogram DSC dimana terbentuk puncak-puncak endotermis barn yang khas. Kristanilitas dari film LDPE tergrafting mengalami penurunan seiring dengan kenaikan persen grafting. Kapasitas pertukaran kation dilakukan terhadap Cu2 + pada pH 4 dan pertukaran anion terhadap er pada pH 3. Diperoleh bahwa kapasitas pertukaran Cu2 + tertinggi adalah 7,7146 mek/g film untuk pada PE-g-AA 299,69%, untuk PE-g-AAm sebesar 0,6735 mek/g dan untuk PE-g-AA-AAm sebesar 7,81 mek/g pada persen grafting 211,98% dengan ketebalan film 100 μm. Kapasitas pertukaran anion er tertinggi adalah 4,62 mek/g untuk PE-g-AAm 284,74% dan 4,60 untuk PE-g-AA-AAm 462% pada ketebalan 50 μm. Selektivitas pertukaran kation dilakukan terhadap ion logam Cu2 +, Co2 +, Cr3 +, dan Ni2 + dimana selektivitas PE-g-AA-AAm > PE-g-AAm > PE-gAA.

Synthesis of amphoteric ion exchange membranes by grafting copolymerization process of the mixture of acrylic acid and acrylamide onto ozonized Low Density Polyethylene have been successfully done. In order to obtain the optimum conditions, the graft polymerization of each monomers was studied first. The rate of ozon flow, time of ozonization, monomer concentration, solvent, temperature, periode of copolymerization reaction, and film thickness were used as parameters. The results of these reactions are PE-g-AA, PE-g-AAm, PE-g-AA-AAm. Characterization of these graft copolymers was conducted by FTIR, DSC, XRD, water uptake, ion exchange capacity and selectivity. From these studies we obtain that the optimum conditions for the grafting process of each monomers are different and the physical properties of the graft copolymers are different too. The optimum conditions for making PE-g-AAm are 20 % monomer, 110°C and the highest rate of copolymerization was occurred at the 30 minute first while 30 % monomer, 110°C for making PE-g-AA and the highest rate of copolymerization occurred at the first minutes. The rigidity and the crispiness of the PE-g-AAm increased with increasing the percent of the grafting while of the PE-gAA decreased. That is why we need to find the best condition to make PE-g-AAAAm that has good physical properties as a amphoteric ion exchange membrane. We found that the best conditions are mixture of monomers by 20 %: 20% , I 00°C. The highest graft percentage were 455,99 % ; 299,69 %; 500,08 % for PE-g-AAm, PE-gAA, PE-g-AA-AAm respectively. Analysis of the graft copolymer by FTIR showed that the graft polymerization has successfully occurred and this was strenghtend by DSC thermograms and by XRD diffractograms. The crystalinity of LDPE decreased as the percentage of grafting increased. Kation and anion exchange capacities were studied by contacting them to Cu2 + solution at pH 4 and er solution at pH 3, respectively. It is obtained that the highest exchange capacity of Cu2+ is 7,7146 meq/g film; 0.6735 meq/g film; 7,81 meq/g film for PE-g-AA 299,69 % ; PE-g-AAm 185,49 %; PE-g-AA-AAm 211,98 % , respectively and the highest exchange capacity of er is 4,62 meq/g film; 4,60 meq/g film for PE-g-AAm 284,74 % and PE-g-AA-AAm 462 % respectively. The selectivities of kation exchange was investigated on Cu2 +, Co2 +, Cr3 +, and Ni2 + and we found that the selectivity of PE-g-AA-AAm > PE-g-AAm > PE-g-AA.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Saefumillah
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada film polietilen kerapatan rendah (LDPE) dengan metode ozonisasi untuk pembuatan membran penukar ion telah berhasil dilakukan. Ozonisasi dilakukan pada film LDPE yang telah dialiri udara pada temperatur 50°C dalam penangas gliserol selama 1 jam. Pengaruh parameter percobaan terhadap persen kopolimerisasi cangkok dipelajari melalui variasi waktu ozoniasasi, ketebalan film, konsentrasi asam akrilat, temperatur, waktu reaksi dan penambahan garam Mohr dan asam sulfat. Karakterisasi sifat film polietilen (PE) awal dan PE yang telah dikopolimerisasi cangkok dengan asam akrilat (PE-g-AA) dilakukan dengan mengamati perubahan ketebalan (thickness meter), morfologi penampang lintang (SEM), spektrum absorpsi infra merah (FTIR), titik leleh (DSC), stabilitas termal (DTAITGA), kristalinitas (XAD), serta kapasitas dan selektivitas penukaran ion (AAS).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan beberapa parameter reaksi pada film LDPE 50 µm, diperoleh kondisi reaksi yang menghasilkan persen kopolimer cangkok yang tinggi dengan waktu ozonisasi 30 menit, waktu reaksi 60 menit, konsentrasi asam akrilat 40 %, temperatur 110°C. Pada percobaan dengan penambahan garam Mohr dan asam sulfat, persen kopolimer cangkok yang dihasilkan menjadi menurun. Film PE-g-AA memiliki ketebalan yang lebih besar dibanding film PE awal. Pengamatan dengan SEM menunjukkan bahwa ketebalan bagian film PE yang mengalami kopolimerisasi Bangkok semakin meningkat dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok Pada film PE-g-AA dengan persen kopolimerisasi cangkok sekitar -160 %, kedua jenis film menunjukkan ketebalan bagian yang tercangkok relatif sama, 18,8 um pada kedua sisi film LDPE awal 50 gm dan 16,8 gm pada kedua sisi film LDPE awal 100 gm. Spektrum absorpsi FM menunjukkan munculnya gugus karbonil dan gugus hidroksil yang berasal dari asam akrilat yang dikopolimerisasi cangkok.
Kurva termogram DSC PE awal dan PE-g-AA menunjukkan penurunan entalpi pelelehan dan munculnya dua puncak endotermis baru, sedangkan titik leleh tidak banyak berubah. Kurva termogram DTAITGA menunjukkan stabilitas dekomposisi termal film PE-g-AA yang menurun dari pada film PE awal. Kurva difraktogram Sinar-X menunjukkan penurunan kristalinitas film PE-g-AA dibandingkan dengan PE awal, sejalan dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok. Kapasitas penukaran ion Cue pada pH 4,0 meningkat sejalan dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok. Kapasitas penukaran ion tertinggi diperoleh pada persen kopolimerisasi cangkok 317,69%, sebesar 7,72 meklg. Pada pH 4,0-6,0 film PE-g-AA lebih selektif terhadap ion Cu`t dan pada ion Ni'+ dan Coy .

Ion Exchange Membrane : Synthesis and Characterization of Acrylic Acid Grafted Onto Low Density Polyethylene (Ldpe) Film by Ozonization MethodGraft copolymerization of acrylic acid (AA) as ion exchange membrane into low density polyethylene (LDPE) film has been studied by using ozonization methode. The ozonized PE was treated with aqueous solution of AA.. The percentage of grafting was determined as fnnctiot of ozonization period, film thickness. monomer concentration. temperature and reaction period. PE- AA f i l m n was characterized by FTIR. SEM, DSC. DTAITGA, XRD and exchange capacity and selectivity towards Cti2 . co 2+ and Ni + ions.
It gas result that the highest of graft copolymerization percentage attained lirr LDPE film with 50 tun thickness within 30 minutes ozonization period, 60 minutes reaction time, 40% acrylic acid and 110"C. The experiment with Mohr salt and sulfuric acid addition showed the decrease of graft copolymerization percentage. With SEM photo PE and PE-g-AA film, it was observed that the increase of' percentage of grafting is followed by the increase of film thickness. 1=TRR spectra showed characteristic of absorption band on wavelength 1730 cni Ibr stretching vibration carbonyl group (C=0) and 3000-3500 cm l for stretching vibration of hydroxyl group (O--1) for both from acrylic acid grafted onto polyethylene film.
The DSC thermogram curve of PE and PE-g-AA film showed the decrease of the melt-enthalpy and appeared two endothermic peaks at 230"C and 350"C. The TGA thermogram curve showed the decrease of stability of thermal decomposition for PE-g-AA than PE film. From X-ray difTractogram curve was showed the decrease of crystalinity of PE-g-AA than PE film. High exchange capacity towards Cu2 + ion was shown. PE-g-AA film with degree of grafting of 317.69% showed exchange capacity of 7,72 meg/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the film surface. Good selectivity towards Cu" ion was attained at p1-i range 4.0-6,0 with coefficient of distribution 1.80.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmuanis Basuki
"Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer grafting radiasi asam akrilat (AA), akrilamid (Am) dan campurannya pada serat rayon sebagai penukar ion. Grafting dilakukan dengan metoda radiasi awal dalam atmosfir nitrogenlinert, menggunakan pelarut air-metanol dengan perbandingan 90:10. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum proses grafting dan mengkarakterisasinya untuk memperoleh serat yang dapat diaplikasikan sebagai penukar ion. Parameter yang dipelajari adalah pengaruh dosis total, kestabilan radikal, konsentrasi monomer, waktu dan temperatur grafting. Karakterisasi serat kopolimer yang dihasilkan, yaitu Rayon-g-AA, Rayon-g-Am dan Rayon-g-Am.AA dilakukan dengan mempelajari topologi dan ukuran serat, kristalinitas, gugus fungsi, kestabilan tennal dan pengujian selektivitas serta kapasitas pertukaran ion terhadap beberapa logam. Hasil yang diperoleh dari data ESR menunjukkan hubungan dosis total terhadap jumlah radikal mengikuti persamaan liner Y= 1,562 E-0,6(X) + 1, 914 E-0,6 sampai dengan dosis 10 kGy. Jumlah radikal pada sampel yang disimpan dalam freezer selama 1 minggu berkurang ± 10 % dan yang disimpan di ruangan berkurang ± 40 %.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen grafting meningkat dengan bertambahnya dosis total, konsentrasi monomer akrilat dan akrilamida, waktu dan temperatur reaksi. Untuk monomer asam akrilat kondisi optimum adalah pada dosis 10 kGy, konsentrasi monomer 40%, waktu reaksi 15 menit dan temperatur reaksi 45°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh sebesar 530%. Untuk monomer akrilamida kondisi optimum pada dosis 8 kGy, konsentrasi monomer 30%, waktu reaksi 30 menit dan temperatur reaksi 70°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh adalah 470%. Untuk grafting campuran dengan kondisi dosis BkGy, konsentrasi monomer campuran 30%, temperatur grafting 45°C dan waktu grafting 60 menit didapatkan persen grafting sebesar 300 %. Karakterisasi dengan SEM menunjukkan bahwa serat rayon yang tergrafting 300% memiliki diameter serat lebih dart 2 kali diameter semula. Selain itu pada serat yang telah di grafting menunjukkan penurunan kristalinitas disebabkan oleh rusaknya fasa kristalin yang diamati dart difraktogram XRD.
Pengamatan terhadap spektrum serapan FT-1R, menunjukkan munculnya serapan vibrasi rentang gugus karbonil dengan intensitas yang meningkat di sekitar bilangan gelombang, v = 1760/1686 cm 1 untuk serat yang di grafting akrilat. Pada serat rayon yang digrafting akrilamid muncul vibrasi rentang karbonil pada bilangan gelombang v = 1725/1754 crri-1, serapan pada bilangan gelombang, v = 3500-3400 cm-' yang menandai adanya gugus amina (N-H) dan vibrasi tekuk amina terlihat pada bilangan gelombang, v = 1580 cm-t. Dart pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa baik akrilat maupun akrilamida telah tergrafling pada serat rayon.
Kesimpulan di atas diperkuat oleh pengamatan dengan DSC. Dart termogram DSC pada serat rayon tergrafting akrilat maupun akrilamida, muncul puncak endoter nis bare. Untuk Rayon-g-AA muncul puncak pada temperatur 282 °C dan 380°C yang dihasilkan dari proses dehidrasi karboksilat dan dekarboksilasi. Untuk akrilamida muncul pada temperatur 284 °C dan 370°C sebagai hasil proses deaminasi. Selain itu dari pengamatan dengan TGA, serat rayon tergrafting akrilat atau akrilamid mempunyai ketahanan termal yang lebih baik.
Kapasitas pertukaran yang dilakukan dengan ion Cue+ pada pH 5, untuk serat rayon-g-AA dengan persen grafting 300% adalah 4,25 mekig serat dan 2,12 meldg utuk serat rayon-g-Am dengan persen grafting 101%. Untuk Rayon-g-AmAA (300%) diperoleh kapasitas pertukaran sebesar 3,67 mek/g serat. Keseluruhan serat memiliki kemampuan regenerasi di atas 98%, ini menandakan serat dapat digunakan secara berulang. Urutan selektivitas serat terhadap ion Cd2+, cu'-, NJ' dan Co2l-adalah rayon-g-AA > rayon-g-AmAA > rayon-g-Am. Bila dilihat dari nilai koefisien distribusi beberapa logam yang diuji, maka serat rayon-g-AmAA diharapkan paling baik digunakan untuk keperluan pemisahan."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Purwaningsih
"Telah dilakukan pencangkokan asam akrilat dan akrilamid pada film
LDPE yang telah diiradiasi dengan berkas elektron untuk memberikan sifat
hidrofilik. Bila film LDPE diiradiasi dalam udara, maka akan menginisiasi
reaksi pencangkokan monomer-monomer tersebut. Pencangkokan dilakukan
pada dosis 25 kGy dan konsentrasi larutan monomer 30% dalam pelarut air;
metanol (90 : 10) pada kondisi atmosfer nitrogen. Persen pecangkokan
meningkat dengan iamanya waktu reaksi dan sangat bergantung pada
ketebalan film serta laju dosis serap dan energi elektron. Untuk terjadi reaksi
pencangkokan, suhu yang diperlukan sekitar 80 °C untuk mendekomposisi
peroksida pada film LDPE dan mendorong difusi monomer ke dalam matriks
film. Laju dosis serap dan energi elektron menentukan banyaknya peroksida yang terbentuk pada LDPE dan ketebalan film menentukan difusi monomer
ke dalamnya. Adapun proses pencangkokan pada film tipis menghasilkan
persen pencangkokan yang lebih tinggi dibandingkan film tebal pada kondisi
yang sama. Berdasarkan kereaktifannya asam akrilat lebih mudah
dicangkokan dibandingkan akrilamid. Spektroskopi IR menunjukkan adanya
vibrasi ulur karbonil karboksilat disekitar bilangan gelombang 1700 cm"\asam
akrilat) dan vibrasi ulur amida primer pada bilangan gelombang 3365 cm'^
(akrilamid). Film LDPE yang telah tercangkok menjadi bersifat hidrofilik
sehingga mengalami pengembangan (swelling) di dalam air. Kapasitas
penyerapan air untuk PE-g-AA (asam akrilat) lebih tinggi dibandingkan PE-g-
AAm (akrilamid) , namun kecepatan penyerapan air oleh PE-g-AAm lebih
tinggi. Hal ini mendukung dugaan bahwa pencangkokan asam akrilat pada
permukaan film dimulai dari permukaan ke arah dalam pada persen
pencangkokan tertinggi, sedangkan pencangkokan akrilamid hanya pada
permukaan dan daerah sekitar permukaan. Pada penelitian ini, hasil
pencangkokan telah diuji cobakan sebagai , membran penukar ion pada air
limbah industri elektroplating"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This study was carried out with the main purpose to investigate the grafting of methacrylic acid (MAA) on silica extracted from rice husk and to test the capability of the grafted silica to adsorb CU2+ from aqueous media....."
SIGMAAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuartikania
"Kebutuhan akan plastik yang aman bagi makhluk hidup khususnya manusia dan bagi lingkungan semakin mendesak. Perkembangan yang tengah beriangsung adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk memperbaiki sifat dari polimer. Zat aditif yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat polimer salah satunya adalah pemlastis (plasticizer), yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan kerja dari plastik. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah sumber daya minyak sawit. Sintesis pemlastis berbasis turunan minyak sawit adalah antara lain melalui reaksi esterifikasi asam cleat dengan polietilen glikol 400 dan menggunakan KOH sebagai katalis, menghasilkan polietilen glikol 400 dioleat. Untuk memperoleh kondisi sintesis optimum dilakukan variasi suhu (antara 160 - 220 °C ) dengan katalis (0,1-1 %) selama 6 jam. Kemudian hasil yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisika dan kimianya, dan dianalisa dengan menggunakan FT-IR spectroscopy. Kemudian diformulasikan kedalam resin polivinil klorida (PVC) dengan variasi konsentrasi pemlastis (antara 15-60 phr), dan diuji sifat termal (menggunakan DSC) dan sifat mekanik {tensile strength)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikfa Nur Fadilla
"Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu material bersifat adsorben. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 60 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 % (w/v), konsentrasi monomer 10 % (v/v), suhu pencangkokan 90°C dan waktu pencangkokan 6 jam, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 65,27 % dan pengembangan dalam air sebesar 922,26%. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 2,5954 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir dengan linearitas 0,9868.

Modification of cellulose with acrylic acid monomers using Trimethallyl Isocianurate ( TMAIC ) as crosslinker by mean of preirradiation graft copolymerization technique have been successfully carried out. This research aims to produce a material which has adsorbent properties. TMAIC as crosslinking agent can be used to improve the chemical and thermal resistance of cellulose-g-AA. The optimum condition for graft copolymerization is obtained at 60 kGy radiation dose, 0,5 % (w/v) TMAIC, 10 % (v/v) monomer, 90°C grafting temperature and 6 hours reaction time, with 65,27 % grafting average and 922,26 % swelling in water. Synthesized copolymers cellulose-TMAIC-g-AA was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM. Crosslinked cellulose-TMAIC-g-AA can be used as Pb2+ metal adsorbent, having adsorption capacity of 2,5954 mg/g at 2 hours contact time and pH 5 (initial concentration of Pb2+ 10 mg/L). Adsorption isotherms in accordance with the adsorption of Pb ( II ) by copolymer is Langmuir adsorption isotherm with linearity 0.9868."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Trimulyadi Rekso
"Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer cangkok akrilamida (AAm) dan N,N dimetilakrilarnida (DMAA) pada serat polipropilen (PP) dengan teknik prairadiasi dalam atmosfir nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum proses pencangkokan gugus amida yang tidak dan tersubsitusi pads serat polipropilen, untuk memperoleh serat yang dapat diaplikasikan sebagai penukar ion logam dalam larutan.
Pada penelitian ini dipelajari parameter parameter yang mempengaruhi kadar pencangkokan yaitu, jenis dan komposisi pelarut, dosis total, konsentrasi monomer, waktu, dan temperatur reaksi . Karakterisasi serat kopolimer cangkok PP-g-Aam dan PP-g-DMAA yang dihasilkan dipelajari dengan spektroskopi infra merah, kesetabilan termal, dan pengamatan mikroskop elektron.
Hasil percobaan menunjukkan kondisi terbaik untuk pencangkokan akrilamida, adalah dosis total 20 kGy, pelarut campuran air dan metanol dengan perbandingan volume = 9 : 1 , konsentrasi akrilamida 30% (wlw), pada temperatur 400 C, dengan waktu reaksi selama 2 jam. Kadar pencangkokan rata rata yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah 215 %. Untuk monomer N,N dimetilakrilamida adalah dengan dosis 20 kGy, pelarut air, konsentrasi monomer 50 % (w/w), pada temperatur reaksi 50 ° C , dengan waktu reaksi selama 4 jam. Kadar pencangkokan rata-rata untuk monomer ini sebesar 188 %. Energi aktivasi pencangkokan monomer akrilamida dan N,N dimetilakrilamida yang diperoleh adalah berturut turut 5,71 kkal/mol dan 12,4 kkal/mol. Ini berarti bahwa AAm lebih mudah dicangkokan daripada DMAA.
Pengamatan spektrum serapan FTIR dari serat yang telah dicangkok membuktikan telah terjadi pencangkokan gugus amida dengan munculnya vibrasi ulur gugus karbonil (1700 - 1600 cm -1 ) dan amina ( 3500 - 3400 cm-1 ) dan menurunnya intensitas vibrasi ulur gugus isopropil ( 1170 - 1140 cm'') dengan meningkatnya kadar pencangkokan. Pengujian sifat termal menunjukkan bahwa titik leleh serat PP-g-AAm dan PP-g-DMAA tidak menunjukkan penurunan yang berarti dibandingkan serat polipropilen . Pengamatan dengan SEM menunjukkan bahwa pencangkokan akrilamida lebih dominan sebagai poliamida dan terjadi dipermukaan serat, sedangkan N,N dimetilakrilamida cenderung terjadi di dalam serat.
Hasil pengujian pertukaran ion menunjukkan, bahwa serat PP-g-AAm mempunyai kapasitas penukaran yang masih rendah dan lebih selektif terhadap ion Cu (II) dibandingkan dengan ion ion Co (II) dan Fe (III) pads pH 4,4. Perlakuan dengan merefluks serat dalam larutan 1 N Na2CO3 dapat meningkatkan kapasitas pertukaran terhadap ion Cu (II) , pada pH 4,0 yaitu menjadi 64,5 mg/ g serat . Serat PP-g-DMAA mempunyai kapasitas pertukaran terhadap Cu (II) yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan PP-g-Aam, karena adanya pengaruh sterik dari gugus metil.

Synthesis and Characterization of Acrylamide (Aam) and N,N, Dimethylacrylamide (Dmaa) Grafted Onto Polipropylene (Pp) Fiber by Pre-Irradiation TechniquesThe synthesis and characterization of grafted acrylamide (AAm) and N,N, dimethylamide (DMAA) onto polypropylene (PP) by pre-irradiation techniques at nitrogen atmosphere have been carried out. The aim of this research was to find out optimum conditions of grafting of amide group neither substituted nor unsubstituted onto PP, and to study the grafted fibers prepared as an ion exchanger in solutions.
In this research, the parameters affected the degree of grafting e.g. solvents and its compositions, total irradiation dose, monomer concentrations, the temperatures, and the reaction period have been studied. The characterization of grafted PP-g-AAm and PP-g-DMAA copolymers were examined by Infra Red spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC) , and Scanning Electron Microscope (SEM).
The results show that the optimal conditions for grafting of AAm were as follows : total irradiation dose was 20 kGy, the solvent compositon was water/methanol 911 (v/v), the concentration of AAm was 30 % (w/w), temperature of 40 ° C and the reaction period of 2 hours. The averages degree of grafting was 215 %. The grafting condition reaction for DMAA as follows: irradiation dose was 20 kGy, water as a solvent, monomer concentration of 50 % (vlv), temperature of 50 °C and the reaction period of 4 hours . The average degree of grafting fibers was 188 %. The activation energy of AAm and DMAA monomers was 5.71 and 12.4 kkall mol, respectively. It means that AAm monomer was easier grafted onto PP fiber than DMAA.
From 1.111 spectra of grafted fibers, the amide group were shown by the vibration of carbonyl (1700 -- 1600 cm-I ) and amine (3500 - 3400 cm-I) groups. The increase in the degree of grafting followed by the decrease of intensity strectching vibration of isopropyl group (1170 -1140 cm-I) . Compared to the PP fibers , the melting point of PP-g-AAm and PP-g-DMAA did not differ, significantly. From the SEM observation it can be concluded that the AAm group pre dominantly as a polyacrylamide at the surface of fibers, and the DMAA grafted at the inner space of the fibers. The ion exchanger properties, shows that the capacity of PP-g-AAm as ion exchanger towards Cu(II) ion was low and higher selectivity than Co (II) and Fe (III) ions at pH 4.0. By reflux treatment in l N Na2CO3 solution, the exchange capacity towards Cu (II) ion was increased up to 64.5 mglg of fiber. The PP-g-DMAA fiber show much lower capacity as ion exchanger compared to PP-g-AAm, due to the a steric effect of methyl subtituent groups."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Isolasi α-selulosa dari jerami padi telah berhasil dilakukan, menghasilkan rendemen sebesar 26,95%, indeks kristalinitas 74,28% dan berat molekul relatif 28.517 g/mol. Selulosa kemudian dimodifikasi, dengan tujuan untuk menghasilkan serat penukar ion, dengan mencangkokkan monomer asam akrilat pada selulosa menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 30 kGy, konsentrasi monomer 10% volum, suhu 60oC dan waktu reaksi 120 menit, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 84,12 % dan berat molekul sebesar 45.295 g/mol. Kapasitas pertukaran ion selulosa-g-AA yang dihasilkan dari pencangkokan sebesar 3,54 mek/g. Selanjutnya, untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA, dilakukan pengikatan silang menggunakan agen pengikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (MBA).
Kondisi optimum pengikatan silang terdapat pada dosis radiasi 15 kGy dan konsentrasi MBA 5%, dengan fraksi terikat silang yang diperoleh sebesar 68,27%, swelling dalam air sebesar 346,42% dan kapasitas pertukaran ion sebesar 2,99 mek/g. Pengikatan silang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam sebesar 3%, indeks kristalinitas sebesar 2,12%, suhu transisi gelas sebesar 20,43oC, dan suhu dekomposisi akhir sebesar 12,14oC. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai penyerap ion logam Cu2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 16,5 mg/g (konsentrasi awal Cu2+ 100 mg/L), yang diperoleh dengan dosis pengikatan silang 10 kGy dan konsentrasi MBA 3%.

Isolation of α-cellulose from rice straw has been successfully carried out having 26.95% yield, with 74.28% crystallinity index and relative viscosity average molecular weight 28,517 g/mol. The α-cellulose is then chemically modified to be a fiber ion exchanger, by grafting acrylic acid monomer onto cellulose using pre-irradiation graft copolymerization technique. The optimum condition for grafting is obtained at 30 kGy radiation dose, 10% monomer concentration, 60°C grafting temperature and 120 minutes reaction time, with 84.12% grafting average and relative viscosity average molecular weight 45,295 g/mol. The ion exchange capacity of cellulose-g-AA obtained from grafting is 3,54 meq/g. Furthermore, to improve thermal and chemical resistance of cellulose-g-AA, the sampel is crosslinked using N,N?-methylenebisacrylamide (MBA) crosslinking agent.
The optimum condition is obtained at 15 kGy radiation dose and 5% MBA concentration producing 68.27% crosslinked fraction, 346,42% swelling in water and 2,99 meq/g ion exchange capacity. The crosslinking process increases acids resistance by 3%, crystallinity index by 2.12%, glass transition temperature by 20.43°C, and final decomposition temperature by 12.14oC. Crosslinked cellulose-g-AA can be used as Cu2+ adsorbent having adsorption capacity of 16.5 mg/g (initial concentration of Cu2+ 100 mg/L). This capacity is achieved with crosslinking dose of 10 kGy and MBA concentration of 3%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>