Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dine Agustine
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T40168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliek Nurhidayati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivitri Dewi Prasasty
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Tanuwijaya
"Tumbuhan telang (Clitoria ternatea L.) dikenal kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan dan anti-penuaan, termasuk aktivitas antioksidan, antitirosinase, antielastase, dan antikolagenase. Aktivitas antihialuronidase yang kuat telah dilaporkan pada ekstrak daun telang, tetapi belum dilaporkan pada ekstrak bunga telang. Meski telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan, belum ada penelitian terhadap bunga telang dari Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antihialuronidase dan antioksidan dari ekstrak etanol 70% bunga telang, dengan fokus aplikasinya dalam kosmetik anti-penuaan. Aktivitas antihialuronidase diukur untuk menilai potensi ekstrak mencegah degradasi asam hialuronat dalam menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. Aktivitas antioksidan dievaluasi dengan metode DPPH untuk menilai kemampuan ekstrak menangkal radikal bebas penyebab kerusakan oksidatif pada sel kulit. Hasil menunjukkan rendemen ekstrak 46,95% dan kadar air 6,88 ± 0,14%. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, fenolik, glikosida, saponin, dan terpenoid. Uji aktivitas antihialuronidase menunjukkan penghambatan kuat dengan IC50 95,6015 ± 0,4377 μg/mL dibandingkan standar asam oleanolat 41,3646 ± 0,5183 μg/mL yang menunjukkan penghambatan sangat kuat. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH menunjukkan penghambatan sangat kuat dengan IC50 49,8647 ± 0,9502 μg/mL dibandingkan standar asam askorbat 3,3063 ± 0,414 μg/mL yang menujukkan aktivitas sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari Kecamatan Ngaliyan memiliki potensi besar sebagai bahan aktif dalam produk kosmetik anti-penuaan melalui aktivitas penghambatan hialuronidase dan antioksidan yang kuat.

Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) is known for its richness in phenolic and flavonoid compounds that are beneficial for health and anti-aging, including antioxidant, anti-tyrosinase, anti-elastase, and anti-collagenase activities. Strong anti-hyaluronidase activity has been reported in the leaf extract of butterfly pea, but it has not been reported in the flower extract. Although it has been proven to have antioxidant activity, no research has been conducted on the flower of butterfly pea from Ngaliyan District, Semarang. This study aimed to examine the anti-hyaluronidase and antioxidant activities of 70% ethanol extract of butterfly pea flowers, with a focus on its application in anti-aging cosmetics. The anti-hyaluronidase activity was measured to assess the extract's potential to prevent the degradation of hyaluronic acid, thereby maintaining skin moisture and elasticity. The antioxidant activity was evaluated using the DPPH method to assess the extract's ability to scavenge free radicals that cause oxidative damage to skin cells. The results showed an extract yield of 46.95% and a moisture content of 6.88 ± 0.14%. Phytochemical screening revealed that the extract contained alkaloids, tannins, flavonoids, phenolics, glycosides, saponins, and terpenoids. The anti-hyaluronidase activity test showed strong inhibition with an IC50 of 95.6015 ± 0.4377 μg/mL compared to the standard oleanolic acid with an IC50 of 41.3646 ± 0.5183 μg/mL, which indicated very strong inhibition. The antioxidant activity test using DPPH showed very strong inhibition with an IC50 of 49.8647 ± 0.9502 μg/mL compared to the standard ascorbic acid with an IC50 of 3.3063 ± 0.414 μg/mL, which indicated very strong activity. Based on the results, it can be concluded that the 70% ethanol extract of butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) flowers from Ngaliyan District has great potential as an active ingredient in anti-aging cosmetic products due to its strong anti-hyaluronidase and antioxidant activities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Setiawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niza Nemara
"Telah dilakukan pengembangan metode pemurnian hyaluronidase testis sapi Bali menggunakan teknik pemisahan kromatografi afinitas. Hyaluronidase testiskular (E.C.3.2.1.35) adalah enzim yang dapat menghidrolisis asam hyaluronat. Hyaluronidase dari testis sapi Bali difraksionasi dengan amonium sulfat, setelah dialisis dilakukan pemurnian menggunakan kolom kromatografi afinitas sepharose blue CL-6B, diperoleh aktivitas spesifik sebesar 102,93x10-3 U/mg dengan tingkat pemurnian 53,70 kali dan rendemen 64,24 % dari ekstrak kasar. Fraksi sepharose blue CL-6B yang diperoleh dimurnikan lebih lanjut dengan kolom imunoafinitas CNBr-activated Sepharose 4 FF dengan imunoglobulin G spesifik hyaluronidase (IgG diperoleh dari imunisasi kelinci dewasa dengan standar hyaluronidase) diperoleh aktivitas spesifik 705,89 x 10-3 U/mg dengan tingkat pemurnian 388,86 kali dan rendemen 38,62 %. Pemurnian hyaluronidase dari fraksi sepharose blue CL-6B yang dilanjutkan dengan kromatografi penukar ion DEAE FF memiliki aktivitas spesifik 307,65 x 10-3 U/mg, tingkat pemurnian 169,49 kali dan rendemen 48,66 % dari ekstrak kasar. Dengan elektroforesis gel SDS-PAGE diperkirakan bobot molekul hyaluronidase testis sapi Bali 61, 52 kDa. Dalam larutan dapar glisin aktivitas enzim optimum pada pH 5,0. Hyaluronidase dalam fraksi pemurnian relatif stabil bila disimpan pada suhu 0 oC dibanding pada suhu 4 oC dan 25 oC., setelah 12 hari penyimpanan fraksi pemurnian enzim mengalami penurunan aktivitas sebesar 41,51% (ekstrak kasar), 34,63 % (fraksi amonium sulfat) dan 37,42 % (dialisis).

Testicular hyaluronidase (E.C.3.2.1.35) is an enzyme that hydrolyzes hyaluronic acid. Extracted Hyaluronidase from Bali bovine testis was fractionated by ammonium sulphate followed by dialysis and purification over affinity chromatography on sepharose blue CL-6B. Spesific activity of purified hyaluronidase was 102,93 x 10–3 U/mg with 53,70-fold purification and yielded 64,24 % as to the original crude extract. The fractionated sepharose blue CL-6B was chromatographied by CNBr activated sepharose 4FF which was coupled with rabbit immunoglobulin (IgG) spesific to hyaluronidase. Spesific activity of purified enzyme was 705,89 x 10-3 U/mg with 388,86-fold purification and yield 38,62 %. Purification of the fractionated sepharose blue CL-6B by ion exchanger chromatography produced the purified enzyme with spesific activity 307,65 x 10-3 U/mg, purification 169,49-fold and yield 48,66 %. The molecular weight of hyaluronidase isolated from Bali bovine testis estimated by SDS-PAGE was 61,52 kDa. The optimum hydrolytic activity of enzyme in glysine buffer was on pH 5,0. The stability of enzyme at 0 oC was better than at 4 oC and 25 oC, the enzyme activity decreased until 41,51 % (crude extract), 34,63 % (ammonium sulphate fractionated) and 37,42 % (dialysis) after 12 days incubation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmanto Z. Ganin
"Hyaluronidase testicular (E.C.3.2.1.35) adalah enzim yang mendepolimerisasi asam hyaluronat menjadi oligosakarida. Enzim ini digunakan untuk terapi, sebagai spreading factor yang dikombinasikan dengan suatu anastesi lokal. Dalam penelitian ini telah dilakukan pemurnian enzim hyaluronidase dari testis sapi peranakan ongole dengan kromatografi afinitas. Setelah diisolasi menggunakan sukrosa 0,25 M, fraksinasi dengan amonium sulfat, dan dialisis, pemurnian enzim dilakukan menggunakan kromatografi afinitas blue sepharose CL-6B. Dari pemurnian ini diperoleh aktivitas spesifik sebesar 171,45 x 10-3 U/mg dengan tingkat kemurnian 86 kali dan rendemen 39,84% dari ekstrak kasar. Fraksi blue sepharose CL-6B yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan kromatografi imunoafinitas CNBr-activated sepharose 4 FF dengan imunoglobulin G spesifik hyaluronidase dan diperoleh aktivitas spesifik sebesar 558,49 x 10-3 U/mg dengan tingkat kemurnian 617 kali dan rendemen 13,50% dari ekstrak kasar. Sedangkan pemurnian hyaluronidase dari fraksi blue sepharose CL-6B yang dilanjutkan dengan kromatografi penukar ion DEAE FF memiliki aktivitas spesifik sebesar 620,80 x 10-3 U/mg dengan tingkat kemurnian 310 kali dan rendemen 37,87% dari ekstrak kasar. Dengan menggunakan elektroforesis gel SDS-PAGE bobot molekul hyaluronidase testis sapi peranakan ongole diperkirakan sebesar 62 kDa. Aktivitas enzim optimum pada pH 5,0 dan fraksi-fraksi hyaluronidase dari tahap pemurnian relatif stabil apabila disimpan pada suhu 0 oC dibanding pada suhu 4 oC dan 25 oC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T40059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Luthfiyah
"Hidroksiapatit (HA) merupakan biomaterial yang dapat diekstrak dari limbah alami. Material hidroksiapatit dapat diaplikasikan dalam medis karena memiliki sifat biokompatibel, bioaktivitas, dan osteokonduksi yang bagus. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis hidroksiapatit dari tulang femur sapi dengan menggunakan suhu kalsinasi yang berbeda yaitu pada suhu 850oC dan 900oC. Hidroksiapatit yang diperoleh akan dikarakterisasi menggunakan Thermogravimetric Analysis (TGA), X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kalsinasi maka akan semakin banyak senyawa organik yang terdekomposisi. Selain itu, peningkatan suhu kalsinasi menyebabkan ukuran kristal dan kristalinitas meningkat. Ukuran kristal HA sintesis meningkat dari 41,11 nm menjadi 57,50 nm dan derajat kristalinitas meningkat dari 87,34% menjadi 88,18%. HA sintesis dan HA komersial memiliki struktur kristal heksagonal yang menunjukkan bahwa rasio Ca/P tidak sesuai dengan stoikiometri. Rasio Ca/P yang diperoleh pada suhu kalsinasi 850oC adalah 1,689 yang mana lebih mendekati rasio CaP stoikiometri 1,67 dibandingkan dengan menggunakan suhu kalsinasi 900oC. Sedangkan HA komersial memiliki rasio Ca/P yang lebih rendah dibandingkan HA sintesis dengan nilai rasio 1,523.

Hydroxyapatite (HA) is a biomaterial that can be extracted from natural waste. Hydroxyapatite can be applied medically because it has good biocompatibility, bioactivity, and osteoconduction. This study aims to synthesize hydroxyapatite from bovine bone using different calcination temperature, at 850oC and 900oC. Hydroxyapatite obtained will be characterized using Thermogravimetric Analysis (TGA), X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), and Fourier Transform Infra Red (FTIR). The results show that the higher temperature, the more organic compounds will be decomposed. In addition, an increase in calcination temperature causes crystallite size and crystallinity increased. Crystallite size of synthesis HA increased from 41.11 nm to 57.50 nm and the degree of crystallinity increased from 87.34% to 88.18%. Synthesis HA and commercial HA have a hexagonal crystal structure which means Ca/P ratio incompatible with stoichiometry. The Ca/P ratio obtained at temperature 850oC is 1.689 which is closer to the stoichiometric Ca/P ratio 1.67 compared using temperature 900oC. Whereas commercial HA has a lower Ca/P ratio than synthesis HA with ratio value 1.523."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Mardana
"Teknologi Kereman adalah suatu hasil rekayasa sosial dalam bentuk inovasi pada program pembangunan peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi sekaligus peningkatan kesejahteraan sosial komunitas petani ternak sapi Bali dan peningkatan kemampuan serta keberdayaan kelembagaan masyarakat pedesaan baik lembaga sosial maupun lembaga ekonominya. Perubahan struktur mata pencaharian bisa muncul akibat kesamaan kepentingan dalam mengadopsi teknologi baru sehingga muncul mata pencaharian baru dan komunitas baru.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : mengapa terjadi perubahan struktur mata percaharian pada petani dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mata pencaharian pada petani?
Secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mencari jawaban mengapa terjadi perubahan struktur mata pencaharian pada petani dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pcrubahan struktur mata pencaharian petani .
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui studi kepustakaan, survey dan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang memelihara sapi Bali dengan menggunakan teknologi kereman sebanyak 100 orang sedangkan informan adalah mereka yang terlibat dalam program pembangunan peternakan di kabupaten Gianyar dan di Kecamatan Gianyar dengan jumlah informan 10 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gianyar dan staf Camat Gianyar dan Penyuluh Pertanian Lapangan, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat serta pengurus dan anggota kelompok tani ternak sapi Bali di Desa Tulikup.
Dari hasil survey terhadap responden dan wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur mata pencaharian petani yang diakibatkan oleh adanya kesamaan kepentingan dalam mengadopsi teknologi kereman pada pemeliharaan sapi Bali, sehingga sebanyak 52 % responden memilih menjadi petani/peternak sapi kereman sebagai mata pencahariannya yang mana sebelumnya hanya 34 % saja. Disamping itu masuknya teknologi kereman juga memunculkan sistem kekerabatan baru dan sistem ekonomi baru. Dari data empinik dilapangan ditemukan adanya komunitas baru yang terdiri dari beberapa dadia (ikatan keluarga besar dalam tatanan masyarakat Bali) yaitu kelompok tani ternak sapi Bali yang memiliki aturan tersendiri dan terbentuknya mekanisme sistem pemasaran serta siruktur lembaga ekonomi (pasar) baru yaitu bursa lemak yang merupakan pasar ternak pedesaan yang terpisah dengan pasar desa, pasar kecamatan maupun pasar hewan di kabupaten yang telah ada.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar dalam aplikasi teknologi kereman sebagai suatu pemberdayaan komunitas yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mata pencaharian petani khususnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya, sedapat mungkin dihindari terjadinya kesenjangan sosial baik didalam perbedaan kepemilikan ternak(sapi) maupun perbedaan penguasaan dan pemahaman terhadap teknologi.
Dalam hal ini diperlukan adanya pembinaan yang lebih intesif oleh instansi teknis baik melalui latihan-latihan keterampilan, studi banding ke kelompok lain yang lebih berhasil maupun upaya pemberdayaan didalam memperoleh modal usaha yang nantinya dibagikan secara adil kepada anggota kelompok yang berminat dan berkemampuan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliestyah
"Abstrak
Eksperimen pemansan isothermasl di dalam ampul gelas telah dilakukan terhadap substrat murni 1-mutilfenantrena (1-MP) dan 9-metilfenantrena (9-MP) masing-masing dalam kondisi vakum tanpa katalis. Hasil eksperimen dianalisis menggunakan metoda GCMS hingga diketahui bahwa pemanasan 1-MP menghasilkan fenantrena dan 9-MP menghasilkan fenantrena dan 9,10-dihidro fenantrena. Melalui pendekatan kinetika isothermal kedua reaksi mengikuti hukum laju orde satu dengan energy aktivasi ( E ) dan konstanta Arrhenius (A) masing-masing 103,567 kj Mol-1 dan 1,7x103 detik-1 untuk reaksi 1-MP, serta 94,762 kj Mol-1 dan 6,6x102 detik-1 untuk reaksi 9-MP. Indikator kematangan aromatik yang disusulkan yaitu RP-II sebagai rasio P/{P+(1-MP)+(9-MP)] dengan parameter kinetik E dan A masing-masing 99,165 kj Mol-1 dan 1,2x103 detik-1 telah dikalibrasi terhadap parameter kematangan termal biomarker konvensional, refleksitas vitrinit dan data pirolisis Rock Eval. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa indikator RP-II dapat digunakan sebagai parameter kematangan termal untuk sumur Gunung Kemala di Cekungan Palembang Selatan. Dengan menggunkan pendekatan kinetika non isotermal, parameter kinetika E dan A juga telah ditentukan terhadap rasio fenantrena (RP-II) dan rasio kadalena {(I/(I+C)} masing-masing 47,158 Kj Mol-1 dan 28x20-5 detik-1 untuk indikator RP-II serta 56,573 kj Mol-1 dan 1,4x10-4 detik-1 untuk indikator I/(I+C). Parameter kinetika ini telah digunakan untuk memperkirakan zona jendela pembentukan minyak bumi dengan kematangan termal yang tinggi, berdasarkan peningkatan nilai indikator RP-III terhadap kedalaman sedimen dengan menggunakan indikator I/(I+C) sebagai pembanding. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa zona kematangan termal tinggi yang dapat diperkirakan sebagai puncak pembentukan hidrokarbon cair untuk sumue GK diperkirakan akan tercapai pada kedalaman antara 2500-2600 m."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>