Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31709 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.L. Pangaribowo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Sunandar
"Terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membutuhkan prasarana dan sarana yang tinggi, sedangkan kapasitas lahan untuk mendukung penyediaan prasarana dan sarana di Kota Jakarta terbatas, sehingga ruang hijau sebagai sarana untuk menyerap CO2 menjadi sangat terbatas. Karakteristik ruang hijau diidentifikasi melalui survey lapangan pada 158 lokasi. NDVI didapatkan dengan mengolah Citra Aster yang selanjutnya dilakukan analisis Regresi Linier untuk mengetahui keterkaitan antara biomassa hijau, ketebalan tajuk, kerapatan tajuk persentase tutupan tajuk dan persentase tutupan vegetasi bawah dengan nilai NDVI. Hasil perhitungan estimasi daya serap CO2 ruang hijau di DKI Jakarta didapatkan hasil sebesar 61.597,65 Kg. Kebutuhan teoritis ruang hijau yang didapatkan dari hasil perhitungan metode Wisesa didapatkan hasil kebutuhan ruang hijau DKI Jakarta sebesar 2.927.648 Km2 atau sebesar 44,20%. Kemudian dengan menggunakan analisis spasial dilakukan kesetaraan antara nilai kebutuhan teoritis ruang hijau dan luas ruang hijau dengan pendekatan regional dikaitkan dengan hasil intepretasi temperatur permukaan dan pola penggunaan lahan eksisting 2008, sehingga didapatkan tingkat kebutuhan ruang hijau di DKI Jakarta Tahun 2009 memperlihatkan gambaran kebutuhan ruang hijau rendah pada sebagian selatan dan timur wilayah Jakarta, namun semakin menuju pusat DKI Jakarta semakin tinggi tingkat kebutuhan ruang hijaunya, yaitu Kecamatan Gambir, Senen, Johar Baru, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Palmerah dan Matraman yang berada pada tingkat kebutuhan kritis atau khusus dikarenakan kebutuhan ruang hijau yang sangat tinggi, input CO2 yang tinggi dengan jumlah penduduk serta aktifitasnya yang padat, namun kurangnya luas wilayah yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang hijau.

Occurrence of high population growth will require the infrastructure and facilities is high, while the capacity of land to support the provision of infrastructure and facilities in the city of Jakarta is limited, so the green space as a means to absorb CO2 becomes very limited. Characteristics of green space are identified through field surveys in 158 location. NDVI obtained by processing Aster images the next conducted Linear regression analysis to determine the link between green biomass, thickness of the canopy, canopy density and percentage canopy cover percentage of vegetation cover under with the NDVI values. The calculated estimate of CO2 absorption of green spaces in Jakarta to get the results of 61,597.65 kg. Theoretical needs green space obtained from the results of the calculation method obtained results Wisesa green space requirement for DKI Jakarta 2,927,648 km2, or by 44.20%. Then by using spatial analysis is equality between the value of the theoretical requirement of green space and green space area with a regional approach to interpret the results associated with the surface temperature and the existing land use pattern in 2008, so get the green space requirements in Jakarta in 2009 shows the image of a green space requirement low in some southern and eastern areas of Jakarta, but more toward the center of Jakarta higher the rate of green space requirement, namely Gambir, Senen, Johar Baru, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Palmerah and Matraman District which is at the level of critical or special needs due to green space requirements are very high, high CO2 input to the population and its activities are solid, but the lack of an area that can be used as green space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39438
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Prajoko
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Dinoer Abiyasa
"Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW mencakup berbagai aspek salah satunya adalah rencana pola ruang. Perubahan pola ruang pada Daerah Aliran Sungai DAS berpengaruh pada nilai koefisen aliran yang menyebabkan perubahan debit sungai. Analisa perubahan debit sungai sungai yang melintasi kota Jakarta akibat perubahan. Pola Ruang dilakukan berdasarkan Peta RTRW tahun 2010 dan 2030 DKI Jakarta Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Curah hujan rencana dihitung dengan metode Gumbel sedangkan debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional dan Soil Consevation Service Curve Number perbandingan debit sungai pada 13 sungai di Jakarta akibat perubahan pola ruang berdasarkan peta RTRW Tahun 2010 dan 2030 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan debit sungai pada sungai Mookervart Angke Pesanggrahan Grogol, Krukut, Ciliwung, Kali Baru Timur, Cipinang dan Kramat Jati sedangkan pada sungai Kali Baru Barat Sunter Buaran dan Cakung terjadi penurunan debit sungai Meskipun kedua metode menghasilkan kecenderungan yang sama hal ini perlu diwaspadai mengingat penyajian peta RTRW dari berbagai Dinas Tata Kota dan Bappeda berbeda beda tingkat kerinciannya.

The Regional Spatial Plan covers various aspects one of which is plan of spatial patterns. Changes of spatial pattern in the Watershed effect on the value of the runoff coefficient which causes changes in river discharge. Analysis of changes in flow of rivers that traverse the Jakarta due to changes of spatial pattern based of Regional Spatial Plan 2010 and 2030 of Jakarta, Tangerang, Tangerang regency, Depok, Bogor, Bogor regency, Bekasi and Bekasi regency. Design rainfall calculated using Gumbel method while the design flood calculated using Rational Method and Soil Consevation Service Curve Number Comparison of river discharge on 13 rivers in Jakarta due to changes in the spatial pattern based on the map of Regional Spatial Plan 2010 and 2030 showed that an increase of river discharge in Mookervart Angke Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Ciliwung, Kali Baru Barat, Cipinang and Kramat Jati while on Kali Baru Barat Sunter Buaran and Cakung decreased river flow. Although the two methods result the same trend it is necessary to watch out considering present of spatial planning maps from various City Planning Department and Bappeda different levels of details ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta Danar Jati
"
Tugas Karya Akhir ini menjelaskan mengenai politik perkotaan dengan melihat
relasi kuasa antara pemerintah Kota Tangerang Selatan dan warga dengan studi
kasus Penghentian Proyek Pengurukan Situ Tujuh Muara. Tugas Karya Akhir ini
menggunakan metode kualitatif. Kegiatan pengurukan yang dilakukan oleh salah
satu perusahaan pengembang di Situ Tujuh Muara dihentikan oleh pemerintah
karena dilakukan di atas lahan ruang terbuka hijau. Dalam proses menentukan
kebijakan penghentian ini pemerintah melibatkan masukan warga yang bergerak
bersama Organisasi Kepemudaan Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda ( OKP
Ganespa ) untuk melakukan penghentian kegiatan yang dilakukan di atas lahan
Situ Tujuh Muara. Tugas Karya Akhir ini menggunakan teori urban regime untuk
menganalisis relasi kuasa antara pemkot Tangerang Selatan dengan warga dan
teori kebijakan publik. Hasil temuan dari Tugas Karya Akhir ini adalah
pemerintah membuka ruang bagi adanya kerjasama dengan warga dan adanya
hambatan dalam mengeluarkan kebijakan sesuai dengan aspirasi warga.

This undergraduate thesis explores urban politics and power relations between
Tangerang Selatan government and its citizen, with the stopping of Tujuh Muara
Lake landfilling activity as a case study. This research uses qualitative
methodology. The The Stopping of Tujuh Muara Lake Landfilling project is
halted by the government due to its location in which it mostly covers an area of
an open green space. Throughout the process to get the policy regarding the
halting of the landfilling activity properly applied, the Tangerang Selatan
government involves input from its citizens together with Organisasi
Kepemudaan Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda ( OKP Ganespa ) to
suspend the landfilling activities carried out on the Tujuh Muara Lake area. This
research uses the theory of urban regimes for analyzing power relations between
South Tangerang city government with its citizens and public policy theory.. This
research suggest that, while the government has been facing hurdles in issuing a
policy that is in line with the aspirations of its citizens, the local government is
open to work hand in hand with the citizens."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Primrizqi
"ABSTRACT
Taman Kota, sebagai salah satu bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH), merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan di perkotaan. Tidak jarang taman menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat. Masyarakat yang mendatangi taman kota ini—berasal dari berbagai kalangan usia—memiliki kebutuhan yang bermacam-macam. Namun, tidak semua taman mampu memenuhi kebutuhan setiap kalangan usia masyarakat. Mengacu pada teori kebutuhan manusia di setiap fase umur menurut Erikson (1982) dan Turner (1996), saya melakukan pengamatan langsung pada taman-taman di suatu kawasan yang berdekatan untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan masyarakat pada suatu kawasan bisa terpenuhi oleh taman-taman kota yang tersedia di dalamnya. Pengamatan yang dilakukan di Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang menunjukkan bahwa belum semua taman di kawasan Menteng tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di setiap fase umur.

ABSTRACT
The presence of city parks has been unquestionably essential for our daily urban life. They frequently become recreational facilities for the people of the cities. These people—who come from different range of ages—certainly have different needs. However, not all city parks can fullfill those people needs. Referring to Erikson’s (1982) and Turner’s (1996) theories about human needs in every stages of life cycle, this undergraduate thesis observed city parks in the same neighborhood to discover whether the needs of its users can be fullfilled or not. The observation in Taman Menteng, Taman Suropati, and Taman Situ Lembang shows that the human needs in every stages of life cycle in Menteng neighborhood can not yet be fulfilled by the city parks.
"
2014
S56667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Safitri D.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
Malang: Inteligensia media, 2021
307.76 ZUL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bakry
"Kemampuan manusia menggunakan akal dan mengembangkan peralatan, akan mernpermudah kehidupan manusia tersebut. Kanampuan ini juga menimbulkan berbagai macam kebutuhan, yang melebihi kebutuhan pokok biologis untuk hidup. Kebutuhan yang timbul karena perkembangan peralatan dan teknologi, disebabkan oleh usaha aktif manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Usaha penyesuaian diri ini menimbulkan berbagai macam kebutuhan sosial dan kebutuhan spiritual di samping kebutuhan pokok biologis (hayati). Dalam usaha mamenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut manusia tidak. hanya dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan alam, akan tetapi juga menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial budayi sekitarnya.
Oleh karena itu pola-pola tingkah laku adaptasi manusia terhadap lingkungan tidak hanya terbatas pada lingkungan alam, melainkan juga pada lingkungan social budaya di sekitarnya. Manusia ter-paksa menggabungkan pola-pola tingkah laku tertentu, demi keberhasilan beradaptasi terhadap lingkungannya yang mewujudkan kebudayaan. Salah satu wujud adaptasi terhadap lingkungan dalam arti luas adalah pemanfaatan tanah atau lahan untuk memperoleh hasil bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia sebagai makhluk sosial, di manapun berada akan berusaha memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hayati, kebutuhan sosial dan kebutuhan spiritual.
Kemampuan manusia menyerap umpan balik, atas tindakannya terhadap lingkungan berbeda-beda. Maka psngembangan peralatan dan teknologi, dalam rangka adaptasi terhadap lingkungan akan berbeda pula. Oleh karena itu kebudayaan adaptasi terhadap lingkungan, bukan hanya ditentukan oleh sumberdaya alam dan lingkungannya. Akan tetapi juga ditentukan oleh kebudayaan sebagai perwujudan abstraksi pengalaman-pengalaman. Salah satu kebudayaan adaptasi terhadap lingkungan yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya yang berbeda, tercermin dari pola adaptasi penduduk terhadap tanah rawa di wilayah rawa pantai rauara Batang Hari Jambi.
Wilayah rawa pantai rauara Batang Hari karena pengaruh pasang surutnya air laut dibedakan atas wilayah rawa air asin, wilayah rawa air agak asin atau payau dan wilayah rawa air tawar. Pada tiap wilayah, beradaptasi berbagai kelonpok penduduk yang berbeda daerah asal (suku bangsa) atau kebudayaannya. Penduduk asli (Melayu) yang beradaptasi disemua wilayah, melakukan pilihan strategi adaptasi ydng diwujudkan dengan pemukiman di tanggul-tanggul sungai, sawah rawa dan kebun karet. Suku Bugis sebagai pendatang melakukan pilihan strategi adaptasi yang cukup berhasil, dengan menyerap umpan balik dari lingkungan lebih baik dari penduduk lainnya. Kelcnqpok penduduk ini beradaptasi di wilayah rawa air asin dan di wilayah rawa air agak asin. Suku Ban jar dan suku Jawa sebagai pendatang spontan lebih banyak dipengaruhi lingkungan sosialnya dalam melakukan pilihan strategi adaptasi, terhadap tanah rawa. Suku Banjar beradaptasi di wilayah rawa air asin dan wilayah rawa air agak asin dan suku Jawa pendatang spontan beradaptai di seluruh wilayah. Transmigran yang ditempatkan di wilayah rawa air agak asin dan wilayah rawa air tawar, manperoleh dorongan yang besar dari pemerintah dalam melakukan pilihan adaptasi. Suku Melayu dan Jawa pendatang spontan beradaptasi di semua wilayah suku Bugis.
Tujuan studi adalah untuk mengetahui peran kebudayaan sebagai suatu ide mendukung panilihan strategi adaptasi, seberapa jauh dapat penyerapan umpan balik informasi dari lingkungan untuk melakukan pilihan adaptasi dan seberapa jauh pengembangan teknologi dan tenaga kerja luar keluarga untuk menghadapi tantangan/hambatan atau intensifikasi produksi dalam raempertahankan kualitas hidup di wilayah rawa pantai muara Batang Hari. untuk mencapai tujuan ini, di-gunakan pendekatan ekologi. Pada pendekatan ini, diamati intervensi manusia terhadap sumberdaya alam, untuk memenuhi kebutuhan umpan balik yang diterima dari lingkungan pengembangan teknologi dan alat serta penggunaan tenaga. kerja luar keluarga dalam melakukan pilihan-pilihan strategi adaptasi. Keberhasilan yang diperoleh dalam beradaptasi, diukur dengan produktivitas tanah atau pendapatan usaha-tani.
Untuk penentuan lokasi dan stratifikasi wilayah digunakan peta topografi dan peta kemampuan tanah sekala 1:100.000. Pengamatan terhadap responden dilakukan dengan pengambilan sample secara proposi-ve berdasarkan strata wilayah dan kelompok penduduk (suku bangsa). Jutnlah responden 120 kepala keluarga tani atau 10 kepala keluarga tani tiap 'kelonpok penduduk yang ada pada setiap strata wilayah. Analisis data menggunakan model regresi linier berganda. Pengujian model dengan analisis varians (ANAVA). Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer SPSS dan pembuktian hipotesis dilakukan dengan uji T model regresi linier secara parsial.
Hasil studi menunjukkan bahwa :
1. Kebutuhan sosial penduduk yang berbeda berkebudayaannya cukup bervariasi dan berperan negatif terhadap pendapatan usahatani sebagai ukuran keberhasilan beradaptasi. Walaupun peran ini cukup kecil (-0,11), akan tetapi nyata pada penurunan keberhasilan.
2. Kebutuhan spritual penduduk yang berbeda kebudayaannya, relatif homogen atau kecil variasinya. Kebutuhan spritual penduduk ini berperan positif (3,70) terhadap keberhasilan beradaptasi. Peran ini nyata pada peningkatan keberhasilan yang diperoleh.
3. Perbedaan muka air pasang tertinggi dan surut di musim hujan pada setiap pilihan strategi adaptasi (sawah, kebun, pekarang-an), relatif honogen atau kecil variasinya. Perbedaan nuka air ini di sawah berperan positif (28.304,14) dan nyata terhadap pendapatan usahatani. Akan tetapi perbedaan muka air ini di kebun dan di pekarangan berperan negatif (-526,45, -1.926,08) dan tidak nyata terhadap pendapatan usahatani sebagai keberhasilan yang diperoleh dalam beradaptasi. Variasi perbedaan muka air pasang tertinggi dan surut dipengaruhi oleh perbedaan lokasi.
4. Panbuatan saluran oleh penduduk yang berbeda kebudayaan untuk mengatasi hambatan dari lingkungan (penggenangan) dalam melaku-kan pilihan strategi adaptasi terhadap tanah rawa manpunyai variasi yang cukup besar. Penambahan pembuatan saluran di sawah akan berpengaruh negatif (-1.650,43), akan tetapi sebaliknya di kebun dan di pekarangan akan berpengaruh positif (80,51 dan 4.095,18) pada pendapatan usahatani sebagai keberhasilan- adaptasi.
5. Penggunaan teknologi maju (bibit unggul, pupuk, obat-obatan) oieh penduduk yang berbeda kebudayaan, mempunyai variasi yang besar dalam melakukan pilihan strategi adaptasi terhadap tanah rawa."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Rino
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>