Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinurat, Rino
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kozlowski, Jerzy
Jakarta: UI-Press, 1997
711.4 KOZ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Allysha Diandra
"Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan kualitas air tanah. Di Kota Metro, air tanah sebagai sumber air utama rentan tercemar oleh bakteri E. coli dari fasilitas sanitasi seperti cubluk dan tangki septik, terutama saat hujan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh intensitas hujan, jarak horizontal, dan muka air tanah terhadap pencemaran E. coli pada air tanah di sekitar fasilitas sanitasi di Kelurahan Yosodadi, Kota Metro. 17 sumur pantau atau piezometer diinstalasikan pada jarak horizontal 2 m dan 5 m dari tangki septik pada 3 rumah tangga. Pengujian E. coli yang berjumlah 130 dilakukan pada bulan Januari-Februari 2024 menggunakan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 3 rumah tangga, tingkat risiko pencemaran air tanah sekitar fasilitas sanitasi 24 jam setelah hujan sebesar 46% dalam kategori sangat tinggi, 17% dalam kategori tinggi, 18% dalam kategori sedang, dan 18% dalam kategori rendah. Berdasarkan uji statistik, intensitas hujan, jarak, dan muka air tanah memiliki hubungan signifikan dengan pencemaran E. coli yang terjadi di sekitar tangki septik dengan hasil p-value <0,05. Pencemaran E. coli melebihi 1000 MPN/100 mL pada air tanah sekitar fasilitas sanitasi memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk terjadi setelah kejadian hujan deras (>20 mm/jam) dibandingkan hujan ringan (<20 mm/jam). Konsentrasi E. coli pada jarak 2 m antara piezometer dengan tangki septik lebih tinggi dibandingkan pada jarak 5 m. Tinggi muka air tanah memiliki korelasi dengan pencemaran E. coli pada air tanah, konsentrasi E. coli lebih besar ketika muka air tanah tinggi. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian hujan dapat meningkatkan pencemaran E. coli pada air tanah sehingga diharapkan ada kerjasama diantara pemerintah dan masyarakat Kota Metro untuk melakukan perbaikan terhadap konstruksi tangki septik, melakukan program pengolahan air tanah berskala rumah tangga, melakukan perubahan perilaku masyarakat dengan prinsip sanitasi aman, serta mengganti layanan air menjadi PDAM dari air tanah.

Indonesia is vulnerable to climate change and groundwater quality issues. In Metro City, groundwater, the primary water source, is prone to contamination by E. coli bacteria from sanitation facilities such as pit latrines and septic tanks, especially during rain. This study was conducted to analyze the influence of rain intensity, horizontal distance, and groundwater table on E. coli contamination in groundwater around sanitation facilities in Yosodadi Village, Metro City. Seventeen monitoring wells or piezometers were installed at horizontal distances of 2 meters and 5 meters from septic tanks in three households. A total of 130 E. coli tests were conducted in January-February 2024 using IDEXX Colilert-18. Based on the analysis conducted on three households, the groundwater contamination risk around sanitation facilities 24 hours after rain was 46% in the very high category, 17% in the high category, 18% in the medium category, and 18% in the low category. Statistical tests indicated that rain intensity, distance, and groundwater table have a significant relationship with E. coli contamination around septic tanks, with a p- value <0.05. E. coli contamination exceeding 1000 MPN/100 mL in groundwater around sanitation facilities is 3.74 times more likely to occur after heavy rain (>20 mm/hour) compared to light rain (<20 mm/hour). E. coli concentrations at a 2-meter distance between the piezometer and septic tank were higher than at a 5-meter distance. The groundwater table height correlates with E. coli contamination in groundwater, with higher concentrations when the groundwater table is high. The findings of this study suggest that rainfall can increase E. coli contamination in groundwater, so cooperation between the government and the Metro City community is needed to improve septic tank construction, implement household- scale groundwater treatment programs, promote safe sanitation practices, and switch from groundwater to PDAM water services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Natasya Tanuwijaya
"Terlepas dari usaha untuk meningkatkan akses berkelanjutan ke air minum yang aman, ratusan juta orang masih bergantung pada sumber air unimproved. Untuk meningkatkan kualitas air minum, berbagai pengolahan air rumah tangga dan metode penyimpanan aman telah dikembangkan dan dikenalkan sebagai intervensi alternatif. Namun, informasi mengenai kualitas air minum dan prevalensi praktik pengolahan air minum rumah tangga, terutama dari perspektif dan tingkat kepuasan masyarakat masih sangat minim. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kualitas air minum di Kota Metro, menganalisis persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap air minumnya, serta menganalisis hubungan antar variabel. Survei lapangan dan observasi (n=281), serta pengambilan sampel air minum (n=79) dilakukan pada rumah tangga di Kota Metro. Pengujian kualitas sampel air minum dilakukan untuk parameter kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan E. Coli. Pada uji kekeruhan dengan turbidimeter, ditemukan 4% sampel (n=79) memiliki kekeruhan yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 1,3 NTU sedangkan uji TDS dengan multi-parameter probe menemukan bahwa tidak terdapat sampel yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 82,46 mg/l. Tingkat risiko E. Coli pada air minum E. Coli beragam dengan rata-rata melebihi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010 yaitu sebesar 43,14 MPN/100 ml. Berdasarkan uji analisis korelasi Spearman Rank’s, ditemukan bahwa seluruh variabel memiliki korelasi yang signifikan antara persepsi serta tingkat kepuasan dengan kualitas air minum. Nilai korelasi Spearman dari tiap hubungan berada dalam rentang 0,232 hingga 0,276 sehingga seluruh variabel berkorelasi lemah dengan arah hubungan positif dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan berkekuatan lemah antara persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat dengan kualitas air minum dimana semakin baik kualitas air minum, persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat juga semakin baik. Adapun rekomendasi yang perlu dilakukan dari studi ini ialah melakukan pemantauan dan pemeliharaan rutin pada sumber air minum mulai dari air tanah hingga depot air minum isi ulang dimana ditemukan kontaminasi E. Coli dengan risiko tinggi dan mengkomunikasikannya, mengadakan kampanye yang merekomendasi pengolahan air minum rumah tangga dan perawatan wadah penyimpanan air minum sesuai rekomendasi STBM pilar ke-3. 

Despite efforts to improve sustainable access to safe drinking water, hundreds of millions of people still depend on unimproved water sources. To improve drinking water quality, various household water treatment and safe storage methods have been developed and introduced as alternative interventions. However, information on drinking water quality and the prevalence of household drinking water treatment practices, especially from the perspective and level of community satisfaction, is still very minimal. This study was conducted to examine the quality of drinking water in Metro City, analyze the perception and level of community satisfaction with drinking water, and analyze the relationship between variables. Field surveys and observations (n=281), as well as drinking water sampling (n=79) were conducted on households in Metro City. Testing the quality of drinking water samples was carried out for the parameters of turbidity, TDS, and E. Coli. In the turbidity test with a turbidimeter, it was found that 4% of the samples (n=79) had turbidity that exceeded the quality standard with an average of 1,3 NTU, while the TDS test with a multi-parameter probe found that there were no samples that exceeded the quality standard with an average of 82,46 mg/l. The level of risk of E. Coli in drinking water of E. Coli varies with the average exceeding the quality standard of Permenkes No. 492 of 2010 which is 43,14 MPN/100 ml. Based on the Spearman Rank's correlation analysis test, it was found that all variables had a significant correlation between perceptions and levels of satisfaction with drinking water quality. The Spearman correlation value of each relationship is in the range of 0.232 to 0.276 so that all variables are weakly correlated with the direction of the positive relationship and indicate that there is a weak relationship between perceptions and levels of community satisfaction with drinking water quality where the better the quality of drinking water, perceptions and levels of community satisfaction also getting better The recommendations that need to be carried out from this study are carry out routine monitoring and maintenance on drinking water sources ranging from ground water to refill drinking water depots where high-risk E. Coli contamination is found and communicate it, conduct campaigns recommending household drinking water treatment and maintenance of drinking water storage containers according to the recommendations of the STBM-3rd pillar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herdianti
"Pemerintah melakukan perubahan ambang batas hunian mewah yang dikenakan PPnBM menjadi Rp 30 miliar yang dituangkan dalam PMK Nomor 86/PMK.010/2019. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis latar belakang formulasi perubahan ambang batas hunian mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah dan proses formulasi kebijakan perubahan ambang batas hunian mewah yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan metode analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini adalah tujuan dinaikkannya batasan PPnBM hunian mewah adalah sebagai upaya pemerintah mendukung pertumbuhan industri properti residensial yang sedang melemah. Sedangkan proses formulasi kebijakan dilakukan dengan cara dimulai dari pemberian masukan oleh REI. Setelah itu, dilakukan pembahasan substansi kebijakan yang dipimpin oleh BKF dengan pihak-pihak terkait. Pihak tersebut diantaranya adalah DJP, Kemenko Perekonomian, dan Kementerian PUPR. Lalu, dilakukan rapat perumusan RPMK dengan mengundang biro hukum masing-masing Kementerian dan Kemenkumham.

The government made changes to the luxury residential threshold subjected to PPnBM into IDR 30 billion as outlined in PMK Number 86/PMK.010/2019. This study aims to analyze the background of the formulation of changes in the threshold for luxury residences subjected to sales tax on luxury goods and the policy formulation process for changing the threshold for luxury residences subjected to sales tax on luxury goods. This study uses a qualitative approach with in-depth interview data collection techniques and qualitative data analysis methods. The results of this study are the purpose of increasing the PPnBM threshold for luxury residences as an effort by the government to support the growth of the residential property industry which is currently slowing down. While the policy formulation process is carried out by starting from providing input by REI. After that, a discussion of the substance of the policy led by the Fiscal Policy Agency (BKF) was carried out with related parties. These parties include the DGT, the Coordinating Ministry for the Economy, and the Ministry of Ministry of Public Works and Public Housing. Then, a meeting was held to formulate the RPMK by inviting the legal bureaus of each Ministry and the Ministry of Law and Human Rights."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rizky Soe'oed
"Amandemen konstitusi yang berlangsung sejak tahun 1999 hingga 2022 mempertegas bahwa Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Salah satu cara yang sering dibahas untuk meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan presidensial adalah dengan melaksanakan pemilu secara serentak dengan menerapkan ambang batas pencalonan presiden yang sekarang diatur dalam pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang memberikan syarat kepada partai politik harus mendapatkan minimal 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional untuk bisa mengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden. Dalam praktiknya, ketentuan ini selalu mengundang kontroversi dan sudah berulang kali diuji di Mahkamah Konstitusi. Tulisan ini akan menjelaskan secara detail bagaimana pengaturan ambang batas pencalonan presiden di Indonesia. Kemudian, tulisan ini juga akan menganalisis bagaimana ambang batas pencalonan presiden menurut putusan mahkamah konstitusi tahun 2022-2023. Tulisan ini disusun menggunakan metode penelitian doktrinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma ambang batas pencalonan presiden tidak diatur dalam UUD NRI Tahun 1945, konstitusi hanya mengatur ambang batas kemenangan yang tercantum pada pasal 6 ayat (3). Norma ambang batas pencalonan presiden diatur secara detail pada undang-undang yang mengatur tentang teknis pelaksanaan pemilihan umum seperti UU No.23 Tahun 2003, UU No.42 Tahun 2008, dan UU No.7 Tahun 2017. Mahkamah Konstitusi dalam putusan-putusan nya selalu menegaskan bahwa norma ambang batas pencalonan presiden merupakan kebijakan hukum terbuka dan tidak bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945. Mahkamah Konstitusi menilai bahwa norma ambang batas pencalonan presiden memberikan dampak positif kepada sistem pemerintahan presidensial yang kuat.

The constitutional amendments that took place from 1999 to 2022 emphasized that Indonesia adheres to a presidential system of government. One way that is often discussed to increase the effectiveness of the presidential government system is to hold elections simultaneously by implementing the presidential nomination threshold which is now regulated in article 222 of Law Number 7 of 2017 concerning Elections which provides conditions for political parties to obtain a minimum of 20 percent of DPR seats. or 25 percent of valid national votes to be able to nominate candidates for President and Vice President. In practice, this provision always invites controversy and has been repeatedly tested at the Constitutional Court. This article will explain in detail how the threshold for presidential candidacy is set in Indonesia. Then, this article will also analyze the threshold for presidential candidacy according to the decision of the constitutional court in 2022- 2023. This article was prepared using doctrinal research methods. The research results show that the threshold norms for presidential candidacy are not regulated in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, the constitution only regulates the victory threshold as stated in article 6 paragraph (3). The threshold norms for presidential candidacy are regulated in detail in laws that regulate the technical implementation of general elections, such as Law No. 23 of 2003, Law No. 42 of 2008, and Law No. 7 of 2017. The Constitutional Court in its decisions always emphasized that the threshold norm for presidential candidacy is an open legal policy and does not conflict with the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The Constitutional Court considered that the threshold norm for presidential candidacy had a positive impact on a strong presidential government system."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Maharani
"Keberadaan Antimicrobial Resistance (AMR) di lingkungan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. AMR mulai ditemukan terkandung pada air tanah sebagai salah satu pencemar mikrobiologis. Kota Metro sebagai mayoritas pengguna air tanah dari sumur bor dan gali, yakni mencapai 90% perlu waspada terhadap keberadaan AMR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan E. coli resistan terhadap cefotaxime serta rasio perbandingannya, menganalisis pengaruh faktor curah hujan, suhu, kelembaban, pH, total padatan terlarut, dan kekeruhan terhadap kadar konsentrasi, serta memberikan rekomendasi tindakan pengelolaan air tanah berdasarkan prevalensi bakteri E. coli dan E. coli resistan di Kota Metro. Penelitian ini dilakukan di 11 lokasi selama bulan November – Februari menggunakan IDEXX Colilert-18 dan Quanti-Tray/2000 untuk mendeteksi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan melalui penggunaan antibiotik cefotaxime. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 67% air tanah mengandung E. coli dan sebanyak 27% di antaranya bersifat resistan terhadap cefotaxime. Persentase keberadaan (1) E. coli dan (2) E. coli resistan dengan kategori risiko sangat tinggi (>100 MPN/100 ml) mencapai (1) 24% dan (2) 0%; risiko tinggi (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% dan (2) 2%; risiko menengah (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% dan (2) 16%; dan risiko rendah (<1 MPN/100 ml) (1) 33% dan (2) 82%. Peningkatan konsentrasi E. coli berkorelasi dengan faktor curah hujan, suhu, dan kekeruhan sedangkan peningkatan konsentrasi E. coli resistan berkorelasi dengan faktor curah hujan. Hubungan korelasi didapatkan melalui uji peringkat Spearman berdasarkan signifikansi (p-value) < 0,05. Berdasarkan hasil prevalensi, masyarakat dapat meminimalisasi konsentrasi dengan cara memodifikasi kondisi fisik sumur agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian PUPR dan SNI. Masyarakat juga dapat menggunakan filter sederhana, misalnya filter granular untuk memfiltrasi air sebelum digunakan. Walaupun langkah tersebut dilakukan, perlu diingat bahwa terdapat faktor pengaruh lain yang dapat memengaruhi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan, salah satunya adalah kontaminan di sekitar sumur, seperti feses manusia, feses hewan ternak, dan sisa air buangan rumah tangga. Maka, peran pemerintah dalam penyediaan layanan fasilitas air bersih menjadi salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan air tanah yang terkontaminasi.

The prevalence of Antimicrobial Resistance (AMR) in the environment has been increasing over time. AMR has been detected in groundwater as one of the microbiological pollutants. Metro City, where the majority relies on groundwater from boreholes and wells, accounting for 90%, must be vigilant against AMR. This study aims to analyze the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, along with their ratio, to analyze the influence of rainfall, temperature, humidity, pH, total dissolved solids, and turbidity on concentration levels, and to provide recommendations for groundwater management based on the prevalence of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli in Metro City. The research was conducted at 11 locations from November to February using the IDEXX Colilert-18 and Quanti-Tray/2000 to detect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli through the use of antibiotics. The results showed that 67% of the groundwater contained E. coli, with 27% being resistant to cefotaxime. The percentage of presence of (1) E. coli and (2) cefotaxime-resistant E. coli with very high-risk categories (>100 MPN/100 ml) reached (1) 24% and (2) 0%; high risk (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% and (2) 2%; moderate risk (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% and (2) 16%; and low risk (<1 MPN/100 ml) (1) 33% and (2) 82%. The increase in E. coli concentration correlated with rainfall, temperature, and turbidity, while the increase in cefotaxime-resistant E. coli concentration correlated with rainfall. Correlation relationships were determined through Spearman rank tests based on significance (p- value) < 0.05. Based on the prevalence, the community can minimize concentrations by modifying the physical conditions of wells to meet the standards set by the Ministry of Public Works and SNI. The community can also use simple filters, such as granular filters, to filter water before use. Despite these measures, it should be noted that there are other influencing factors that can affect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, such as contaminants around the well, such as human feces, livestock feces and household wastewater. Therefore, the government's role in providing clean water facilities becomes one of the steps to reduce the use of contaminated groundwater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virly Ferliani Aswirta
"Kota Metro merupakan salah satu kota dengan tingkat pelayanan air perpipaan yang rendah (5,05%), sehingga sebagian besar masyrakatnya menggunakan air tanah dengan sistem self-supply. Akan tetapi, keamanan sistem sumber self supply saat ini menjadi isu di masyarakat. Metode continuous monitoring dari April – Oktober 2021 melalui telepon setiap bulan dilakukan untuk membantu penilaian tingkat layanan air minum. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabilitas sumber air bersih dan air minum, menganalisis variabilitas tingkat pelayanan air minum yang dipersepsikan aman, menganalisis variabilitas biaya operasional dan pengelolaan layanan sumber air minum di rumah tangga, dan menganalisis intervensi pengolahan air minum di rumah tangga untuk meningkatkan kualitas air minum. Analisis dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan software SPSS 24 untuk uji Regresi Logistik Biner. Hasil menunjukkan 97% sumber air masyarakat Kota Metro adalah sumber air self-supply, yang didominasi oleh sumur gali tak terlindungi milik pribadi (45% sumber air bersih dan 30% sumber air minum). Berdasarkan persepsi rumah tangga (keamanan, rasa, penampilan, bau, keandalan, dan ketersediaan air minum), air isi ulang dan air kemasan memiliki tingkat keamanan paling konsisten selama 6 bulan survei (100%). Sistem non-self-supply diketahui lebih aman dari sistem self-supply dengan persentase 98% dan 95%. Variabel kejadian banjir diketahui signifikan terhadap penilaian tingkat pelayanan sumber air minum yang dipersepsikan aman dengan peluang 0,059 kali dalam mempengaruhinya. Rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk maintenance mesin pompa adalah Rp 683.750,00 dan untuk maintenance lainnya (pipa, kran air, dll) sekitar Rp 85.833,00 per rumah tangga. Sedangkan biaya yang dihabiskan oleh 1 rumah tangga dalam 1 minggu untuk air isi ulang adalah sekitar Rp 19.751,00, sedangkan untuk air kemasan sekitar Rp 40.986,00. Variabel yang mempengaruhi biaya air minum adalah pengolahan air dengan perebusan yang berpeluang 0,029 kali. Berdasarkan persepsi rumah tangga, masalah sumber air minum yang paling banyak terjadi pada sumber air baku adalah penampilan (29,4%) dan bau (28,3%), serta kadar E.coli (72%) pada air minum. Dengan demikian, dibutuhkan intervensi strategi pengolahan air minum untuk mengatasi permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas air minum. Adapun intervensi pengolahan air minum yang direkomendasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Slow Sand Filter (SSF) dengan media tambahan berupa Granular Activated Carbon (GAC) serta unit disinfeksi sinar UV.

Metro City is one of the cities with a low level of piped water service (5,05%), so that most of the people use groundwater with a self-supply system. However, the safety of the self-supply source system is currently an issue in society. A continuous monitoring method from April – October 2021 by telephone every month was carried out to help assess the level of drinking water services. The purpose of this study are to analyze the variability of clean water and drinking water sources, to analyze the variability of the level of drinking water services that are perceived as safe, to analyze the variability of operational and maintenances costs of drinking water facility in households, and to analyze the intervention of drinking water treatment in households to improve the quality of drinking water. The analysis was carried out using descriptive statistical analysis and SPSS 24 software for the Binary Logistics Regression test. The results show that 97% of Metro City's water sources are self-supply water sources, which are dominated by private unprotected dug wells (45% for clean water sources and 30% for drinking water sources). Based on household perceptions (safety, taste, appearance, smell, reliability, and availability of drinking water), refill and bottled water had the most consistent level of safety during the 6 months of the survey (100%). Non-self-supply systems are known to be safer than self-supply systems with a percentage of 98% and 95%, respectively. The flood incident variable is known to be significant to the assessment of the service level of drinking water sources that are perceived as safe with a 0,059 times chance of influencing it. The average cost required for pump engine maintenance is Rp 683.750,00 and for other maintenance (pipes, water faucets, etc.) it is around Rp 85.833,00 per household. Meanwhile, the cost spent by 1 household in 1 week for refill water is around Rp 19.751,00, while for bottled water it is around Rp 40.986,00. The variable that affects the cost of drinking water is water treatment by boiling which has a chance of 0.029 times. Based on household perceptions, the most common drinking water source problems that occur in raw water sources are appearance (29,4%) and smell (28,3%) and E.coli (72%) in drinking water. Thus, intervention strategies for drinking water treatment are needed to overcome existing problems and improve drinking water quality. The recommended drinking water treatment intervention to solve this problem is the Slow Sand Filter (SSF) with additional media in the form of Granular Activated Carbon (GAC) and UV disinfection unit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Punjung Wicaksono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>