Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bhakti Endratama
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romalimora, Hire
"Korosi Retak Tegang adalah korosi yang berbeda dengan bentuk korosi lain karena terjadi dalam skala mikroskopik dan tidak dapat terdeteksi secara visual, Korosi ini lebih berbahaya karena terjadi retakan intergrumlar atau transgranular yang tertutup oleh produk korosi yang lain, Korosi retak tegang sering terjadi pada pipa baja karbon untuk menyulurkan minyak yang terkubur di dalam ranah sehingga hal ini menarik untuk dikaji lebih mendalam. Untuk penelitian korosi retak tegang dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur percobaan ASTM G 39-90 yang terdiri dari beberapa metode percobaan. Metode yang dipilih untuk pengujian ini adalah two point loaded specimen karena metode ini sederhana dan efektif Untuk pengujian metode ini digunakan holder sebagai penahan specimen. Specimen akan dipasang didalam holder yang sebelumnya spesimen telah ditekuk dengan jarak tertentu sehingga didapat tegangan. Panjang holder yang dipakai adalah 17 cm, 19 cm, 21 cm dan 23 cm sehingga didapat tegangan yang berbeda beda. Kemudian spesimen akan dilewatkan di dalam lingkungan korosif dalam hal ini Sali Spray Chamber dengan kandungan sodium klorida 3,5% yang mensimulasikan lingkungan air laut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setyo Hadi Saputro
"Fenomena peok sering ditemukan pada generator uap nuklir. Hal ini disebabkan karena tegangan lokal yang tinggi dan sebagai akibatnya tekanan menggerakkan dinding tabung inconel ke dalam. Kenyataannya, terjadi tegangan lebih besar dari pada titik luluh dari paduan sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan Tegangan kerja yang tinggi dibarengi dengan lingkungan korosif. terutama hadirnya fan Cr, maka akan mempercepat terjadinya kegagalan. Korosi retak tegang merupakan bentuk korosi yang sangat berbahaya dari pada bentuk korosi lainnya karena terjadi dengan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dilihat hanya dengan visual saja. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian terhadap ketahanan dan mekanisme korosi retak tegang pada material baja AISI 1008 dalam kondisi operasional yang disimulasikan dalam skala laboratorium. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdiansyah
"Paduan Aluminium banyak dipakai hampir seluruh aspek teknologi industri. Salah satu kerusakan yang sering terjadi dalam pemakaian paduan aluminium adalah korosi pitting dan korosi retak tegang. Kedua jenis korosi ini satu sama lain ada keterkaitan untuk bisa merusak permukaan material.
Oleh karena itu Aluminium paduan harus diseleksi untuk mengetahui efek metalurgi setelah berada pada linkungan korosif seperti air laut sebagai senyawa yang sering bersinggungan dengan beberapa jenis material terutama aluminium. Serta diberikan pembebanan secara statik pada permukaan material sesuai dengan standar ASTM G-39 tentang Preparation and Use Bent-Beam Stress-Corrosion Test Specime dengan waktu pengujian selama 504 Jam.
Metode yang dipilih adalah Two Point Loaded Speciement. Pengujian ini menggunakan holder sebagai penahan benda uji sehingga benda uji mendapat tegangan tetap. Pengamatan terjadinya korosi sumuran dapat dilakukan dengan melihat secara langsung dan juga dapat diamati dengan SEM. Uji tarik dipakai untuk mendapatkan Modulus Young benda uji agar diketahui tegangan aplikasi yang dipakai.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tegangan aplikasai dari 17,58 GPa sampai 22,92 Gpa menghasilkan diameter pitting 0,018 mm sampai 0,039 mm serta jumlah korosi pitting dari 2 sampai 9 buah.

Aluminium alloy are used almost all of domain technology industries. One failures usually to used aluminium alloy is corrosion pitting and stress corrosion crack. Two kind this corrosion have relation to can failures surface material.
Because Aluminium alloy must be selected to know effect matalurgy after on a corrosive environment for example marine liquid is compound to usually interaction with more a kind material (aluminium). And give to bending static at all of surface specimen. Type which is based on the ASTM G-39. Two point Loaded Speciment methode is selected with. This test used time for 504 Hours.
This test used Holder span which is support the specimen so that specimen received outside constant stress. Tensle stress is used to get Modulus Young value specimen so that to know applied stress.
Result of research can take conclusion are applied stress from 17,58 GPa ntil 22,92 GPa produce pitting diameter 0,018 mm until 0,039 mm and to produce 2 until 9 corrosion pitting.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21495
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Juliansah
"Stress corrosion cracking adalah korosi yang disebabkan oleh tegangan dan lingkungan korosif yang mendukung adanya suatu retak secara mikroskopik dan tidak dapat terdeteksi oleh mata. Korosi yang sering terjadi pada stress corrosion cracking adalah korosi polling. Dan retak yang dihasilkan adalah retak intergranular atau transgrarrular yang tertutup oleh produk korosi lain Korosi retak tegang pada almunium sering terjadi pada badcm pesawal terbang, yang telah dibentuk dan diperlakukan beniuk serla tegangan pada tekanan udara diluar atmosfer. Untuk percobaan korosi retak tegang dapal dilakukan dengan menggunakan metode benl beam melalui prosedur percobaan "AST/vf" G 39. Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah melode pembebanan dua titik, karena dalam metode ini lebih sederhana dan sering digunakan Untuk pengujian metnde ini digunakan penahan kayu (holder) sebagai penahan spesimen di kanan dan di kiri. Spesimen dipadang di holder dalam kondisi dilengkungkan dan diberi tegangan tetap. Dengan membentuk jarak holder sebesar 17 em, 19 em, 21 em dan 23 em sehingga didapot tegangan yang berbeda-beda. Kemudian spe3imen alwn diletakan di dalam lingkungan korosif, dalam percohaan ini linglrungan korosifyang digunakan NaCl 3,5% dalam metode sail 3pray dan celup, dan juga NaOH 0,5 gram per liter (gpJ) dan NaCI 10% dalam metode celup."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiles
"ABSTRAK
SS 304 adalah material yang saat ini banyak digunakan sebagai pipeline
dan juga material coloumm vessel. Namun, pada pengaplikasiannya material ini
banyak mengalami kegagalan SCC dalam lingkungan NaCl.Pengaruh tegangan
terhadap kerentanan korosi retak tegang SS 304 dalam Lingkungan NaCl
dilakukan dengan metode bent beam dengan variasi tegangan 30%, 40%, dan 50%
dari tegangan luluh ( yield stress ). Pengujian dilakukan dengan salt spray selama
4 minggu dan dilakukan dye penetrant test untuk melihat keberadaan retak.
Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk verifikasi hasil pengujian dye
penetrant test. Perilaku korosi diamati melalui polarisasi linear dan metode weight
loss. Retak tidak terjadi pada setiap aplikasi tegangan. Namun, kerentanan
terhadap korosi retak tegang ditentukan dengan densitas pitting pada setiap
tegangan aplikasi. Semakin besar tegangan aplikasi maka densitas pitting akan
semakin meningkat dan kerentanan terhadap korosi retak tegang juga semakin
meningkat. Korosi yang terjadi pada SS 304 adalah pitting corrosion yang
ditandai dengan hasil polarisasi linear dan weight loss yang laju korosinya sangat
kecil.Pengamatan struktur mikro menunjukkan terdapatnya pitting pada setiap
tegangan aplikasi.

ABSTRACT
SS 304 is material that mostly used as pipeline and coloumn vessel. This
material mostly failed because SCC when it is aplicated in NaCl environment.
Effect of applied stress on stress corrosion cracking susceptibility can be
examined with two point loaded bent beam method with variation of applied
stress are 30%, 40%, and 50% of yield stress. Sample is examined in salt spray for
4 weeks and dye penetrant test is done to see existance of retak. Beside that,
microstructure examination is done to verificate the result of dye penetrant test.
Corrosion behavior can be observed with linear polarisation and weight loss
method.Based on examination result, crack is absence in each applied stress.
Susceptibility of stress corrosion cracking can be determined with density of
pitting. Pit morfology show high density when SS 304 subject to high applied
stress. Type of corrosion in SS 304 is pitting corrosion. Linear polarisation and
weight loss show low corrosion rate. Microstructure observation show existence
of pitting in each applied stress."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Fajar Binuwara
"ABSTRAK
Aluminium Alclad 2014 memberikan kekuatan tinggi dan ketahanan korosi yang
baik pada lingkungan yang korosif untuk diaplikasikan pada industri pesawat
terbang. Pengaruh proses penuaan terhadap ketahanan korosi retak tegang dengan
parameter waktu (5 jam, 8 jam, dan 10 jam) ditinjau dengan standar Bent-Beam
ASTM G39 dalam lingkungan salt spray NaCl 5% sesuai dengan ASTM B117
selama 10 hari. Perilaku korosi sampel dengan menggunakan salt spray
menujukkan tidak adanya korosi retak tegang pada semua kondisi, tetapi korosi
lubang yang cukup parah pada kondisi penuaan alami (T4). Ketahanan korosi
yang lebih baik dalam lingkungan Cl- diperoleh pada semua kondisi penuaan.
Dalam aluminium paduan Al-Mg-Si (seri 6xxx), yang berfungsi sebagai lapisan
clad dari aluminium 2014, endapan MgSi2 menjadi tempat terserangnya korosi
karena endapan ini bersifat anodik dibandingkan matriks Al. Ketahanan tertinggi
hingga paling rendah terhadap korosi lubang dan korosi retak tegang dari
aluminium Alclad 2014 berturut-turut adalah kondisi penuaan 8 jam, 5 jam, 10
jam, dan T4 akibat distribusi fasa intermetalik.

ABSTRACT
Aluminum Alclad 2014 is used when high strength with good resistance to
corrosion are required, include in aircraft industry. Effect of artificial aging time
parameters ( 5 hour, 8 hour, and 10 hour) on improvement stress corrosion
cracking was investigated using Bent-Beam Test Method with ASTM G39 in salt
spray contain 5% NaCl according to ASTM B117 within 10 days. Corrosion
behavior of specimen using salt spray showed no stress corrosion cracking
occurred, but severe pitting corrosion was introduced in natural aging (T4)
condition. Greater corrosion resistance in Cl- containing environment achieved in
artificial aging process. In Al-Mg-Si alloy (6xxx series) as cladding of aluminum
2014, MgSi2 precipitate are reported to activate corrosion process in which MgSi2
acts as anode and dissolve preferentially than matrix Al cathode. Sequence of
pitting and stress corrosion resistance with anodic dissolution for the specimen is
8 hour, 5 hour, 10 hour, and T4 due to distribution of intermetallic phase."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Korosi retak tegang merupakan proses korosi yang dihasilkan dari kombinasi sinergis antara tegangan, lingkungan yang korosif serta karakteristik dari material. Pengujian ini mengamati fenomena korosi pada material baja sponge rotary kiln X dan Y yang memiliki komposisi yang berbeda, dimana material X memiliki kandungan nikel dan kromium yang lebih tinggi dibandingkan Y. Metode bentbeam spesimen digunakan untuk melihat ketahanan korosi kedua material pada tegangan aplikasi dan lingkungan yang berbeda dimana lingkungan yang digunakan mengandung ion klorida.
Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya lubang pada permukaan material. Pengamatan terhadap fenomena korosi material dilakukan dengan menghitung diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk dan perubahan berat yang terjadi setelah pengujian. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan peningkatan tegangan dan kadar NaCl, diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk semakin bertambah. Selain itu pengurangan berat dan laju korosi juga semakin meningkat. Hasil secara umum menunjukkan bahwa material X memiliki ketahanan korosi yang lebih baik daripada Y.

Stress corrosion cracking is a corrosion process caused by a synergy combination between stress, corrosive environment and material characteristic. This experiment observed corrosion phenomena of sponge rotary kiln steel X and Y whose different compositions, which X has higher nickel and chromium contents than Y do. Bent-beam specimen method used here to observe those two material corrosion resistances in different application stresses and chloride ions-containing environments.
The experimental results showed pits in material surface. Observations of material corrosion phenomena were done by measuring pit diameter and depth and weight loss of the material after exposure. The results showed that pit diameter and depth increased as stress and sodium chloride concentration increased. Besides that, weight loss and corrosion rate of material increased. The common results showed that X has better corrosion resistance than Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>