Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62622 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pakpahan, Posma M.
"Penelitian terhadap tube superheater, material A 213 T 22, yang dioperasikan pada temperatur tinggi selama sekitar 15 tahun, dilakukan melalui tahapan karakterisasi dan evaluasi sisa umur, dengan tujuan untuk mengidentifikasi struktur mikro awal serta sejauh mana perubahan dimensi, komposisi, sifat mekanis, struktur mikro yang telah terjadi dengan membandingkannya terhadap tube baru, dan menentukan sisa umur pada kondisi disain maupun operasi. Hasil karakterisasi dari uji metalographi, Scanning Electron Microscope ( SEM ), analisa mikro dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), struktur mikro awal tube adalah ferrit dan endapan karbida terdispersi pada matriks ferrit. Hasil pengukuran dimensi menunjukkan tebal aktual tube masih lebih besar dari disain, uji komposisi dengan Optical Emission Spectrometer tidak terlihat adanya perubahan komposisi, uji tarik menggunakan Universal Testing Machine memberi gambaran bahwa sifat mekanis tube bekas pakai, seperti tensile strength, yield strength serta elongation telah mengalami degradasi yang terjadi akibat proses. aging selama tube dioperasikan pada temperatur tinggi. Hasil uji stress rupture dan evaluasi sisa umur menggunakan Persamaan Parameter Larson Miller, didapat sisa umur tube pada kondisi disain adalah 5,41 tahun dan operasi 7,47 tahun. Berdasarkan seluruh data dan hasil evaluasi diatas, sebaiknya penggantian tube superheater (replacement), dilaksanakan paling lambat tahun 2005."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Kebutuhan material baja tahan panas di Indonesia sebanding dengan banyaknya industri-industri yang memerlukan peralatan atau perlengkapan yang berkaitan dengan pemakaian pada kondisi operasi temperatur tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan membuat "tray" dari baja tahan panas HK40 yang berkualitas baik sebagai produk substitusi impor dengan bahan baku paduan yang berasal dari dalam negeri. Penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan oleh industri kecil/menengah pengecoran logam di Indonesia dan dapat dijadikan produk unggulannya.
Terhadap prototipe produk tray yang dihasilkan dilakukan pengujian karakterisasi sifat mekanis, meliputi: kekuatan tarik pada temperatur ruang dan temperatur tinggi, kekuatan luluh, elongasi, reduksi penampang; nilai kekerasan; pengujian creep rupture, struktur mikro, komposisi kimia, komposisi endapan dan pengujian di lapangan di mana prototipe produk tray digunakan di salah satu perusahaan pembuat bearing di Jakarta.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peluang pengembangan dan pembuatan baja tahan panas dengan komposisi paduan lokal cukup besar. Sifat mekanis (kekuatan tarik, kekerasan dan creep rupture) temperatur ruang maupun temperatur tinggi dari paduan tahan panas lokal mampu menyamai paduan tahan panas impor. Hasil pengujian di lapangan terhadap produk tray yang dikembangkan, juga menunjukkan bahwa kinerja yang baik. Terbukti dari tidak adanya kerusakan pecah atau retak sama sekali pada prototipe produk tray setelah pemakaian selama 3 bulan di lapangan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Fathurrahman
"Baja tahan karat austenitik 316L telah banyak digunakan di lingkungan laut yang mengandung larutan natrium klorida NaCl . Agar terjadi paduan yg baik dengan logam induk, logam pengisi baja tahan karat 316L weld metal biasanya diproduksi dengan komposisi paduan sedikit di atas. Studi ini ini mempelajari tentang perilaku korosi baja las tahan karat austenitik 316L dengan menggunakan Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS untuk mengevaluasi mekanisme perilaku korosi berdasarkan pengukuran impedansi pada suhu kamar 27oC . Pengujian dilakukan pada berbagai konsentrasi larutan natrium klorida yaitu 1 , 2 , 3,5 , 4 , dan 5 NaCl. Optical Metallography OM juga dilakukan untuk melihat struktur mikro dari baja las .Hasil percobaan, yang direpresentasikan dengan grafik Nyquist dan rangkaian listrik ekuivalen, menunjukkan bahwa besarnya impedansi sampel, yang mana menunjukkan ketahanan korosinya, dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaCl. Besarnya nilai impedansi baja las tahan karat austenitik 316L dari yang paling tinggi ke yang paling rendah berada pada larutan NaCl dengan konsentrasi: 1 , 2 , 5 , 4 , 3.5 w.t NaCl. Dapat dilihat bahwa ketahanan korosi sampel paling rendah berada pada larutan NaCl konsentrasi 3.5 w.t NaCl, yang mana hal tersebut terjadi karena kelarutan optimimum dari oksigen terlarut terjadi.

Austenitic stainless steel 316L has been widely used in marine environment which containing sodium chloride solution NaCl . In order to provide matching properties with parent metal, filler metal SMA 316L weld metal is commonly produced with slightly over alloyed composition. This work investigated the corrosion behavior of austenitic stainless steel 316L weld by using Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS to evaluate the mechanism of corrosion behavior based on impedance magnitude measurement at room temperature 27oC . Various concentrations of sodium chloride solution i.e 1 ,2 ,3.5 ,4 ,and 5 NaCl were prepared. Optical Metallography was also conducted to study microstructure weld metal.The testing results which were represented by Nyquist graphs and electrochemical equivalent circuits showed that the impedance magnitudes of austenitic stainless steel 316L weld which indicated its corrosion resistance were influenced by sodium chloride concentrations. Rank of impedance magnitude of austenitic stainless steel 316l weld at various chloride concentrations from the highest to the lowest were 1 , 2 , 5 , 4 , 3,5 w.t NaCl consecutively. It was observed that the lowest corrosion resistance of alloys was at 3,5 w.t NaCl. This was caused by the presence of maximum dissolved oxygen solubility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Agus Murdiyoto
"Pada daerah tropis,tingginya temperatur pada permukaan bumi merupakan suatu hal yang perlu diperhitungkan, agar orang dapat bekerja dengan nyaman. Berbagai alat dipergunakan untuk mengatasi hal tersebut. Posisi lain agar beban alat pendingin tidak bertambah berat,perlu dipasang bahan penyekat ruangan antara ruangan bagian dalam dengan bagian luar yang mempunyai perbedaan temperatur yang besar. Isolasi panas sebagai penyekat ruangan dapat terbuat dari berbagai macam bahan. Pada penelitian ini dipergunakan bahan dari tanaman ilalang yang dicampur dengan semen portland. Dipilih tanaman ilalang, sebab tanaman ini banyak terdapat di lingkungan kita dan merupakan tanaman liar yang tidak disenangi oleh manusia. Setelah daun ilalang dijemur kurang lebih 2-3 hari,kemudian dicampur dengan PC dan air. Setelah itu di cetak pada suatu cetakan yang telah dipersiapkan. Proses pengeringan bahan ini, kurang lebih 7 hari. Pada hari kedelapan dilakukan percobaan untuk mendapatkan harga konduktivitas thermal dari benda uji tersebut. Dari percobaan didapat harga konduktivitas thermal bahan kecil (lebih kecil dari 1), sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman ilalang yang dicampur dengan PC + air dapat dipergunakan sebagai bahan isolasi panas untuk penyekat ruangan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Agung JF
"Penggunaan baja cor tahan panas banyak dijumpai pada komponen-komponen industri yang beroperasi pada temperatur tinggi lebih dari 650 "C. Sayangnya saat ini sebagian besar kebutuhan baja ini di tanah air dipenuhi oleh material impor, hanya sebagian kecil saja industri yang mampu membuat baja lahan panas ini, itupun bahan baku proses yang dipergunakan sebagian besar merupakan bahan baku impor. Disisi lain Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku utama proses pembuatan baja tahan panas tersebut yaitu bahan baku Ferro Nikel, sehingga peluang untuk pengembangan material tahan panas ini di tanah air untuk dapat mensubstitusi produk impor sangatlah besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi S0211 creep rupture baja cor tahan panas HK 40 berbahan baku Ferro nikel Iokal yang akan berguna dalam proses desain serta perkiraan umur pakai dari komponen-komponen industri yang mempergunakan material baja cor tahan panas ini. Pengujian creep rupture baja HK 40 berbahan baku Ferro Nike/ lokal dilakukan pada temperatur 700, 733, 766 dan 800 "C dengan beban konstan 182 MPa dengan menggunakan standar uji ASTM E 139-96. Pemilihan temperatur uji ini didasarkan atas perilaku dari baja cor tahan panas HK 40 yang akan membentuk endapan karbida jenis MBC6 dan M6C pada range temperatur 600 sampai dengan 950 °C yang sangat berpengaruh terhadap sifat creep rupture baja cor HK 40 ini. Data-data sifat creep rupture baja cor tahan panas berbahan baku Ferro Nikel Lolfal tersebut kemudian dibandingkan dengan HK 40 berbahan baku Ni impor dan data Iiteratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat creep rupture baja cor lahan panas HK 40 berbahan baku Fe-N7 lokal lebih baik dibandingkan dengan yang berbahan baku Ni impor dan melebihi dura creep rupture HK 40 standar AC! pada range temperatur 700 - 800 °C. Akan tetapi di sisi lain baja cor HK 40 berbaham baku Ferro Nlkel lokal ini memiliki duktililas yang relatif rendah Serta banyak mengandung impurities non metalic inclusion jenis olrsida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Mulyanto
"ABSTRAK
Tabung baja elpiji 12 kg merupakan tabung bertekanan yang berfungsi menyimpan gas elpiji dengan tekanan yang cukup tinggi. Oleh karena itu kwalitas dari produk tabung baja tersebut haruslah diperhatikan. Dalam proses manufaktur terdapat proses aniling yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa akibat proses pembentukan dan pengelasan.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan parameter-parameter yang optimal pada proses perlakuan panas tabung baja elpiji 12 kg. Proses perlakuan panas aniling untuk menghilangkan tegangan sisa adalah Stess relief annealing.
Penelitian dilakukan dengan berbagai variasi temperatur aniling yaitu 590°C, 630°C dan 670°C, serta variasi waktu tahan yaitu 5 menit, 15 menit dan 25 menit.
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa pada temperatur aniling 630°C dengan waktu tahan 25 menit diperoleh nilai Kuat tarik, Batas Mulur, Regangan, dan struktur mikro yang baik dan memenuhi spesifikasi rancangan dari produk tabung baja elpiji.

ABSTRACT
12 kg LPG steel tube is a high pressure container to keep high pressure liquid petroleum gas, therefore special attention should be given to the quality of the steel. In the manufacturing process, there is a process called the annealing process. The purpose of this process is to exterminate the tension remain in blanking and welding process.
This study is to investigate the optimum parameters on the heat treatment process for 12 kg LPG tube steel. Type of the annealing heat treatment is given to exterminate the tension remain is Stress relief annealing.
The analysis of the annealing process use several temperature such as 590°C, 630°C and 670°C and time duration of 5, 15 and 25 minutes as well.
It is shown that the best result for the pulled strength, elasticity threshold, strain and the microstructure is performed at 630°C and 25 minutes. This result is full filed the standard specification of the LPG steel tube.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Seng
"Pin Spring merupakan komponen mobil yang berfungsi sebagai pengikat pegas dengan rangka (chassis). Proses manufaktur dari Pin Spring adalah permesinan (machining) dilanjutkan dengan proses perlakuan panas (heat treatment). Proses perlakuan panas bertujuan untuk merubah sifat mekanis dan fisis dari Pin Spring. Bahan dan Pin Spring adalah baja C 45.
Penelitlan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan parameter yang optimal pada proses periakuan panas Pin Spring, yaitu temperatur austenisasi, media pendingin dan temperatur temper.
Penelitian dilakukan dengan berbagai variasi temperatur austenisasl yaltu : 800, 850 dan 900°C, variasi media pendingln adalah Qll Quendlla 32 dan Air dan variasi temperatur temper yaitu: 100, 200, 300, 400 dan 500°C dengan waktu tahan 2 jam.
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa pada temperatur austenisasi 850°C, media pendingin Air dan temperatur temper 300°C diperoleh harga kekerasan dan struktur mikro yang baik dan memenuhi spesifiikasi rancangan dari produk Pin Spring.

Pin Spring is automobile components that functioned as fastening between spring and chassis. This manufacturing process of Pin Spring is machining process and heat treatment process. The objective of heat treatment, is the process of converting mechanical properties and physics raw material of Pin Spring. The raw material of Pin Spring is steel C 45.
The purpose of this research is to obtain the optimal parameter for heat treatment attitude, that consist of austenitizing and tempering temperature, quenching media.
The parameters austenitizing temperature variance as 800, 850 and 900°C, quenching media variety are Oll Quendlla 32 and water, tempering temperature variety are 100,200,300,400 and 500°C with holding time 2 hours.
The result of this research showed that austenitizing temperature on 8500C, quenching media water and tempering temperature on 300°C, taken hardness and micro structure satisfied and met design specification from product Pin Spring.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Trimulya Nugraha
"Tool steel atau baja perkakas merupakan jenis baja yang sering digunakan pada industri terutama digunakan sebagai alat untuk pengerjaan logam lain dan cetakan dies atau mold karena baja jenis ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja jenis lainnya. Salah satu baja perkakas yang sering digunakan adalah AISI P20 yang biasa digunakan sebagai plastic mold steel. Akan tetapi, permasalahan yang sering dihadapi baja perkakas setelah diberi perlakuan panas adalah terjadinya perubahan dimensi pada saat digunakan atau crack pada saat penggunaan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya transformasi austenit sisa selama penggunaan. Maka dari itu, jumlah austenit sisa saat proses quenching diusahakan serendah mungkin. Pada penelitian ini, Proses perlakuan panas austenisasi diberikan di suhu 830oC lalu dilakukan oil quenching serta sub-zero treatment digunakan untuk mentransformasikan fasa menjadi fasa martensit sehingga dapat menekan jumlah fasa austenit dan meningkatkan umur pakai dari P20. Kemudian, dilakukan tempering untuk memperbaiki sifat mekanis dan mengontrol austenite sisa yang ada di dalamnya di mana suhu yang digunakan memiliki 5 variasi antara rentang 440 hingga 600oC agar bisa dikomparasikan. Hasil penenlitian ini menunjukkan perubahan jumlah austenit sisa dan nilai kekerasan pada baja AISI P20 di tiap temperatur tempering serta dibandingkan dengan adanya perlakuan sub-zero.

Tool steels are steel type which is often used on manufacturing industry mainly for machining or processing other metals and utilised as dies and mould. It is their mechanical properties whose strength are higher than most of other types of steel. One of tool steel which often utilised is AISI P20, it is normally utilised as plastic mould steel. However, there is a problem which this tool steel usually faces when it deploys under operational condition. The steel tends to change in dimension or undergo crack when it is on operation. This trouble is considered to be resulted from transformation of austenite when it utilises. Hence, the latter’s quantity or amount after quenching shall be diminished into minimum number. On this research, austenization heat treatment is performed at 830oC subsequently followed by oil quenching and sub-zero treatment applied for transforming austenite into martensite to decrease austenite quantity and prolong P20 steel usage. Afterwards, specimens are applied to tempering treatment to improve its mechanical properties and control the retained austenite inside, to which 5 varying tempering temperatures ranged from 440oC to 600oC for comparison are arranged. The result of this research defines change in number of retained austenite and hardness value for each tempering temperature and compared to the sub-zero treated ones."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>