Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Wuri Handayani
2008
T39442
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Sentarum memilik banyak hutan rawa, berada di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas bagian hulu dan merupakan wilayah konservasi."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejumlah 23 contoh lempung telah terpilih dari 8 m panjang contoh inti sedimen yang diperoleh dari Danau Sentarum di hulu Sungai Kapuas. Contoh-contoh tersebut dianalisis memakai XRD di State Laboratory of Marine Geology di Shanghai, Republic of China. Pengumpulan contoh ini merupakan bagian dari Program Westpac untuk meneliti mineralogi lempung dan turunannya di sekitar Paparan Tepi Kontinen Sunda dan Laut China Selatan. Sekuen dari bagian bawah ke atas, lempung berubah warna dari abu-abu gelap menjadi abu-abu berangsur menjadi berwarna coklat terang dan kuning terang. Sisipan tipis sedimen lebih kasar sebagai lempung lanauan, kadangkadang sebagai lempung pasiran muncul di bagian atas maupun bawah sekuen sedimen ini. Bagian bawah dari sekuen mengandung remah bahan karbon luruhan tumbuhan. Kaolinite sering muncul pada setiap contoh sebagai hasil pelapukan kimiawi batuan asam pada kondisi lembab dan hangat iklim tropis. Chlorite, illite dan quartz muncul dominan sebagai hasil pelapukan fisik hidrolisis lemah. Feldspar dan gibsite kadang-kadang muncul. Hidrolisis lempung di lingkungan danau mengubah chlorite menjadi kaolinite dan illite. Perubahan sekuen stratigrafi dan mineralogi dari lempung menandakan bahwa lempung diluruhkan dari berbagai jenis batuan dan diendapkan kembali di lingkungan danau yang berubah lingkungannya sepanjang waktu.
"
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Fauzi
"ABSTRAK
Taman Nasional Kelimutu mempunyai potensi jasa wisata danau triwarna. Namun, potensi ini sepenuhnya belum bisa dilihat dari hasil penerimaan tarif masuk yang nilainya masihterlalu rendah. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata, menganalisis harga tiket masuk yang sesuai untuk wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan.
Studi ini menggunakan data primer hasil surveidari 192 responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan yaitu pendekatan travel cost method (TCM) dan contingent valuation method (CVM) untuk memperkirakan willingness to pay (WTP). Secara empiris, WTP dengan TCM ditentukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS) dan Poisson, sedangkan dengan CVM digunakan logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi wisata di TN Kelimutu sebesar 632 juta rupiah per tahun. Harga tiket masuk yang berlaku saat ini masih terlalu rendah dan penelitian ini merekomendasikan harga tiket masuk untuk naik menjadiRp.11,000,- untuk wisatwan nusantara dan Rp.52,000,- untuk wisatawan mancanegara. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan nusantara selain biaya perjalanan adalah jenis kelamin, waktu kunjungan dan adanya substitusi tempat wisata. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selain biaya perjalanan dipengaruhi oleh umur responden.

ABSTRACT
Kelimutu National Park has potential valueof tourism due to the existence of Triwarna Lakes. However, it is suggested that the potential valueis not yet fully captured by entrance feeof the national park, which is currently considered as very low. This study aims to estimate the economic value of tourism, to estimate the appropriate entrance fee for domestic and foreign visitors, and to investigate factors that influencing number of visits of the national park. Using primary data from 192respondents of domesticand foreign visitors, the study applies the travel cost method (TCM) and the contingent valuation method (CVM) to estimate the willingness to pay. Empirically, the willingness to pay by travel cost method is estimated via an Ordinary Least Squares regression and a Poisson regression whereas the willingness to pay by contingent valuation method is determined via logistic regression.
The study estimates the economic value of tourism of the national park to be around 632 million rupiah per year. The current entrance fee is considerably lower than the estimated willingness to pay and the study recommends an increase of entrance fee up to 11,000 rupiah for domestic and 52,000 rupiah for foreign visitors. Factors affecting number of visits for domestic visitors include travel cost, gender, time of visit and the existence of other tourist attractions. For foreign visitors, a part from the travel cost, the only other factor influencing the frequency of visit is age."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Diana Puspita
"[ABSTRAK
Paradigma sektor kehutanan masih memandang kayu sebagai hasil utama
mengakibatkan tingginya angka deforestasi di Indonesia. Padahal banyak hasil
hutan lainnya yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Salah satu manfaat hutan yang belum terestimasi nilainya yaitu jasa lingkungan
terutama wisata. Dan fungsi hutan yang mempunyai manfaat wisata salah satunya
di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Salah satu bagian dari
TNGHS yaitu Resort PTNW Gunung Salak I yang mempunyai daya tarik
tersendiri yaitu sebagai field project Suaka Elang. Pada Resort PTNW Gunung
Salak I terdapat 2 (dua) lokasi wisata yaitu bumi perkemahan Loji dan Wana
Wisata Sukamantri.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi wisata dari lokasi
tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode TCM dan CVM untuk
mengetahui nilai ekonomi dari kawasan wisata. Dan nilai surplus konsumen untuk
metode TCM Resort PTNW Gunung Salak I sebesar Rp. 909.000 per
individu/tahun atau Rp. 6.635.700.000/tahun, sedangkan untuk nilai WTP kondisi
saat ini sebesar Rp. 8.500 dan untuk kondisi masa akan datang sebesar Rp. 9.700.

ABSTRACT
The paradigm of forestry sector still sees wood as the primary outcome
resulted in high rates of deforestation in Indonesia. Whereas many other forest
products that can be utilized and have high economic value. One of the benefits
from forests that have not estimated is environmental services value, especially
forest tourism. And one part of forests that have tourism benefits is Mount
Halimun Salak National Park. One part of the national park that has a special
attraction as a field project of Raptor sanctuary is PTNW Mount Salak I Resort. In
PTNW Mount Salak I Resort there are 2 (two) tourist sites, which are Bumi
Perkemahan Loji and Wana Wisata Sukamantri.
This study aimed to obtain economic value from the site. This research using
TCM and CVM method to determine the economic value from tourist area. The
value of consumer surplus for TCM method PTNW Mount Salak I Resort is Rp.
909 000 per individual/year or Rp. 6.635.700.000/year, while for WTP value for
current state of Rp. 8.500 and for the future condition of Rp. 9.700., The paradigm of forestry sector still sees wood as the primary outcome
resulted in high rates of deforestation in Indonesia. Whereas many other forest
products that can be utilized and have high economic value. One of the benefits
from forests that have not estimated is environmental services value, especially
forest tourism. And one part of forests that have tourism benefits is Mount
Halimun Salak National Park. One part of the national park that has a special
attraction as a field project of Raptor sanctuary is PTNW Mount Salak I Resort. In
PTNW Mount Salak I Resort there are 2 (two) tourist sites, which are Bumi
Perkemahan Loji and Wana Wisata Sukamantri.
This study aimed to obtain economic value from the site. This research using
TCM and CVM method to determine the economic value from tourist area. The
value of consumer surplus for TCM method PTNW Mount Salak I Resort is Rp.
909 000 per individual/year or Rp. 6.635.700.000/year, while for WTP value for
current state of Rp. 8.500 and for the future condition of Rp. 9.700.]"
2015
T43167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dee Dee Alfarishy
"ABSTRACT
Nepenthes adalah salah satu genus tumbuhan yang memiliki karakter kunci identifikasi pada organ daun dan kantong sebagai modifikasi. Akan tetapi, luasnya variasi morfologi pada organ tersebut dalam satu spesies dan antar spesies dapat menyebabkan kesulitan dalam proses identifikasi. Penelitian dilakukan untuk menyediakan alternatif proses identifikasi melalui karakter anatomi. Taman Nasional Kerinci Seblat dipilih sebagai lokasi penelitian disebabkan kurangnya data taksonomi terbaru spesies alami Nepenthes di sana. Lima spesies Nepenthes telah dikoleksi dari Danau Lingkat dan Danau Gunung Tujuh. Pengamatan helaian daun dan kantong dilakukan terpisah. Kantong dibelah menjadi bagian tutup kantong dan badan kantong, kemudian diamati menggunakan mikroskop stereo. Helaian daun dipisahkan menjadi sayatan paradermal dan transversal, didehidrasi menggunakan alkohol, dan diwarnai menggunakan safranin dan fast green. Sayatan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat sebelas karakter pembeda antar spesies, yaitu penyebaran kelenjar digesti di pangkal kantong, bentuk kelenjar digesti di pangkal kantong, kerapatan kelenjar digesti di pangkal kantong, kerapatan stomata, panjang stomata, bentuk kelenjar sessile, kerapatan kelenjar sessile, distribusi trikom, ketebalan kutikula adaksial, ketebalan hipodermis adaksial, dan jumlah lapisan hipodermis adaksial. Selain itu, telah dilakukan pelengkapan data terhadap kelenjar nektar.

ABSTRACT
Nepenthes is one of genera which have key characters on leaf and pitcher as modification. However, wide varieties of morphological features on pitcher intraspecies and between species could be tough for identification proccess. The objective was to provide alternative identification proccess by anatomical features. Kerinci Seblat National park were choosen because lack of update data on wild type Nepenthes there. Five Nepenthes were collected from Lingkat Lake and Gunung Tujuh Lake. Observation on leaves and pitcher divided to two different methods. Pitcher were separated into lid and body part, then observed by stereo microscop. Leaves were separated into paradermal and transversal slices, dehydrated used alcohol, and stained used safranin and fast green. Slices observed by light microscop. Result show there are eleven different characters between species, that rsquo s are digestive glands distribution on pitcher base, digestive glands shape on pitcher base, digestive glands density on pitcher base, stomatal density, stomatal length, sessile glands shape, sessile glands shape, trichoma distribution, adaxial cuticle thickness, adaxial hypodermal thickness, and amount of adaxial hipodermal layer. Besides, updating data on nectary glands has been done."
2016
S66891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Lurusati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Dwi Sumarah
"ABSTRAK
Ekosistem hutan menyediakan berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung, dimana kemungkinan nilai tidak langsungnya lebih tinggi daripada nilai guna langsungnya. Dikarenakan tidak adanya harga pasar, maka perlu dilakukan perhitungan manfaat hutan secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi manfaat taman hutan wisata alam Grojogan Sewu secara menyeluruh, mengetahui tingkat membayar pengunjung dan faktor ? faktor yang mempengaruhinya. Nilai manfaat yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai manfaat wisata, nilai potensi kayu, nilai serapan karbon, nilai kesejukan dan nilai serapan air. Metode kontingensi dengan regresi logistik digunakan dalam penelitian ini untuk mengitung nilai guna wisata. Sedangkan untuk nilai kayu dan serapan karbon menggunakan pendekatan harga pasar yang berlaku dan nilai kesejukan dan nilai serapan air menggunakan pendekatan biaya pengganti. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini salah satunya adalah tingkat kemauan membayar pengunjung terhadap objek wisata TWA Grojogan Sewu. Nilai kemauan membayar pengunjung di objek wisata ini yang diperoleh masih lebih rendah daripada harga tiket masuk ketika penelitian dilakukan, yaitu dengan nilai terendah sebesar Rp10,622.56 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan tinggi dan memiliki jarak tempat tinggal ke lokasi wisata lebih dari 500 km, sedangkan nilai tertinggi adalah Rp12,406.39 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan menengah dan jarak tempat tinggal ke objek wisata kurang dari 500 km. Faktor ? faktor yang mempengaruhi nilai kemauan membayar tersebut adalah tingkat tawaran harga, umur, jenjang pendidikan tinggi, jumlah kunjungan, waktu berkunjung, persepsi responden terhadap ekosistem hutan di lokasi rekreasi sebagai daya tarik wisata dan persepsi terhadap TWA Grojogan Sewu sebagai asset nasional dan keamanan dalam melakukan kegiatan wisata di TWA Grojogan sewu. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai ekonomi penggunaan langsung lebih rendah daripada nilai penggunaan tidak langsung.dengan nilai total sejumlah Rp68.805.414.238,30.

ABSTRACT
Forest ecosystem provides many benefits for human being, those are use values and non-use values, which its non-use values may considerably exceed its use values. Due to lack of market price on forest ecosystem service, therefore needs a comprehensive method of forest ecosystem service valuation. Aims of this study are estimating the benefits value of Grojogan Sewu tourism forest, eliciting willingness to pay of tourist and drawing factors which influence to willingness to pay (wtp) level. The economic values which are estimated in this study are recreation value, commercial timber value, carbon storage value, micro-climate value and watershed service. Contingent valuation method along with logistic regression is used to evaluate the recreational value. However, commercial timber value and carbon storage value are based on market price approach; otherwise micro-climate and watershed value are based on substitution. Result of willingness to pay of tourist in this study is lower than the current price of entrance fee when this research was established which the lowest wtp is around Rp10,622.56 that generated from respondents who have a high education and home distance to attraction site more than 500 km; on the other hand the highest wtp is about Rp12,406.39 which generated from tourists with a medium education level and home distance less than 500 km. In this case, wtp is influenced by bid vehicle, age, a high education level, numbers of visit, the time-length of visit, perception on natural surroundings of forest ecosystem as recreational attraction, perception on statement that Grojogan Sewu as a national asset and safety feeling surrounding recreational site. Based on the study, it is defined that the use value is lower than the non-use value which the amount of total values around Rp Rp68.805.414.238,30."
2016
T46295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Dwi Sumarah
"ABSTRAK
Ekosistem hutan menyediakan berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung, dimana kemungkinan nilai tidak langsungnya lebih tinggi daripada nilai guna langsungnya. Dikarenakan tidak adanya harga pasar, maka perlu dilakukan perhitungan manfaat hutan secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi manfaat taman hutan wisata alam Grojogan Sewu secara menyeluruh, mengetahui tingkat membayar pengunjung dan faktor ? faktor yang mempengaruhinya. Nilai manfaat yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai manfaat wisata, nilai potensi kayu, nilai serapan karbon, nilai kesejukan dan nilai serapan air. Metode kontingensi dengan regresi logistik digunakan dalam penelitian ini untuk mengitung nilai guna wisata. Sedangkan untuk nilai kayu dan serapan karbon menggunakan pendekatan harga pasar yang berlaku dan nilai kesejukan dan nilai serapan air menggunakan pendekatan biaya pengganti. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini salah satunya adalah tingkat kemauan membayar pengunjung terhadap objek wisata TWA Grojogan Sewu. Nilai kemauan membayar pengunjung di objek wisata ini yang diperoleh masih lebih rendah daripada harga tiket masuk ketika penelitian dilakukan, yaitu dengan nilai terendah sebesar Rp10,622.56 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan tinggi dan memiliki jarak tempat tinggal ke lokasi wisata lebih dari 500 km, sedangkan nilai tertinggi adalah Rp12,406.39 yang diperoleh dari pengunjung dengan jenjang pendidikan menengah dan jarak tempat tinggal ke objek wisata kurang dari 500 km. Faktor ? faktor yang mempengaruhi nilai kemauan membayar tersebut adalah tingkat tawaran harga, umur, jenjang pendidikan tinggi, jumlah kunjungan, waktu berkunjung, persepsi responden terhadap ekosistem hutan di lokasi rekreasi sebagai daya tarik wisata dan persepsi terhadap TWA Grojogan Sewu sebagai asset nasional dan keamanan dalam melakukan kegiatan wisata di TWA Grojogan sewu. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai ekonomi penggunaan langsung lebih rendah daripada nilai penggunaan tidak langsung.dengan nilai total sejumlah Rp68.805.414.238,30.

ABSTRACT
Forest ecosystem provides many benefits for human being, those are use values and non-use values, which its non-use values may considerably exceed its use values. Due to lack of market price on forest ecosystem service, therefore needs a comprehensive method of forest ecosystem service valuation. Aims of this study are estimating the benefits value of Grojogan Sewu tourism forest, eliciting willingness to pay of tourist and drawing factors which influence to willingness to pay (wtp) level. The economic values which are estimated in this study are recreation value, commercial timber value, carbon storage value, micro-climate value and watershed service. Contingent valuation method along with logistic regression is used to evaluate the recreational value. However, commercial timber value and carbon storage value are based on market price approach; otherwise micro-climate and watershed value are based on substitution. Result of willingness to pay of tourist in this study is lower than the current price of entrance fee when this research was established which the lowest wtp is around Rp10,622.56 that generated from respondents who have a high education and home distance to attraction site more than 500 km; on the other hand the highest wtp is about Rp12,406.39 which generated from tourists with a medium education level and home distance less than 500 km. In this case, wtp is influenced by bid vehicle, age, a high education level, numbers of visit, the time-length of visit, perception on natural surroundings of forest ecosystem as recreational attraction, perception on statement that Grojogan Sewu as a national asset and safety feeling surrounding recreational site. Based on the study, it is defined that the use value is lower than the non-use value which the amount of total values around Rp Rp68.805.414.238,30.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindangen, Simon Albert
"Taman Nasional Dumoga Bone dengan luas wilayah 325.000 hektar meliputi Cagar Alam Bulawa 75.200 hektar, Suaka Margasatwa Bone 110.000 hektar, dan Hutan Lindung 46.300 hektar. Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka obyek penelitian hanya dibatasi pada Suaka Margasatwa Dumoga, yang pada tahun 1983 telah mengalami kerusakan hutan seluas kira-kira 20.000 hektar. Kegiatan-kegiatan sebagian petani di Desa-desa Kecamatan Dumoga yang berada di sekitar Taman Nasional dalam bentuk peladangan liar, pemukiman liar, pengambilan berbagai hasil hutan serta penangkapan binatang-binatang langka yang dilindungi, telah menyebabkan kerusakan sebagian hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, dalam kawasan Taman Nasional-Dumoga Bone.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor sosial dan ekonomi apa dari penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional.
Tujuan dan kegunaan penelitian ini yaitu mengidentifikasi data dan informasi mengenai faktor-faktor sosial dan ekonomi penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional, menguji hipotesis, sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara dan pengelola Taman Nasional, dan diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu lingkungan, serta bagi penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini telah dilaksanakan melalui pengamatan dan survai dengan menggunakan kuesioner, wawancara dengan para petani respondent pemerintah daerah, serta instansi-instansi yang bersangkutan di Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan tingkat Pusat.
Sesuai dengan hipotesis pertama, ternyata bahwa rendahnya pendidikan petani memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Dalam kenyataannya, tingkat pendidikan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar, dan sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih kecil (tabel 15, halaman 99). Selanjutnya dibuktikan pula bahwa hasil analisis mendukung hipotesis yang kedua yaitu rendahnya pendapatan petani, memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Sebagaimana halnya dengan variabel pendidikan terhadap variabel kerusakan hutan, ternyata tingkat pendapatan berbanding terbalik dengan tingkat kerusakan hutan, yaitu pendapatan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih besar, dan sebaliknya, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih kecil.
Dalam penelitian juga dijumpai bahwa selain faktor pendidikan dan pendapatan petani yang rendah sebagai faktor dominan, ternyata faktor-faktor pertambahan penduduk, peraturan perundangan, pemilikan tanah dan lapangan kerja juga telah turut menyebabkan hambatan bagi usaha perlindungan hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, sebagai salah satu aspek pengelolaan Taman Nasional Dumoga Bone.
Sebagai kelengkapan laporan ini maka melalui pengamatan di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Gorontalo, ternyata di Suaka Margasatwa Bone juga dihadapi masalah kerusakan hutan seluas kira-kira 2000 hektar dari luas keseluruhan yaitu 110.000 hektar.
Untuk mengatasi masalah kerusakan hutan di Taman Nasional ini perlu diusahakan peningkatan pengertian petani mengenai bidang lingkungan hidup, antara lain yang meliputi pengenalan tentang arti, tujuan dan manfaat dari Suaka Margasatwa dan Taman Nasional secara keseluruhan melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, serta usaha peningkatan kesejahteraan petani di sekitar Taman Nasional Dumoga Bone."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1985
T3440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>