Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121827 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Husein Wawo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Qurrotu Aini Besila
"Jagakarsa is one of "the water catchment areas" in Jakarta that has green open space. The elements and design of the green open space are very important to be studied, in relation to the occurrence of the wild animal particularly birds in this area. The tittle of this study is "A study on biodiversity of green open space in Jagakarsa water catchment area". The report was divided into two sub tittles: "Vegetation structure and composition at the green open space of water catchment area in Jagakarsa", and "Bird inventory at the green open space of water catchment area in Jagakarsa". The objectives of this study are to examine the structure and composition of the vegetation related to the occurrence of birds in the green open space.
The study was conducted from July to December 1999 by compiling both primary and secondary data. The study area was divided into four categories; home garden, green belt along the river, cemetery area (modern and traditional), and urban forests.
The highest diversity of vegetation was found in home garden, which was consisted of fruits, and plants used as house fence. Over half of plant
in
species at home garden are ornamental plant. Beside that, heterogeneity plants at home garden showed higher than the other green open space in Jagakarsa, Also, home garden was managed better than the other green open space in Jagakarsa.
Generally, people around the river use green belt along the river as fruit garden. Plant species diversity in those belt are lower than home garden and less managed by people. However, at the green belt along Krukut river was found the regenerated of plants. The vegetation neither ornamental nor valuable cemetery plants with urban cemetery concept was dominated by ornamental plants with high esthetical value, which has maximum height less than one meter. In the traditional cemetery, Ptumeria alba, Codeaeum variegatum, Dracaena fragrans were found dominantly planted with irregularity in patterns.
There were 28 species of 18 families of birds found in this study. The highest number of species {15 species) was found at the green belt along Ciliwung River, and surrounding of Situ Babakan (14 species). Water birds were found at Ciliwung River, Kali Krukut, and Situ Babakan. Birds that living in high grasses and shrubs also found at these areas. Most of the birds found in the area are insectivore (42,86%).
Vegetation is very important for bird, not only as food resources but also as a resting, sleeping, and nesting place. Fruits and flowers as food resources of insect related to the occurrence of birds were discussed in this paper.
iv
Habitat degadration and bird hunting are threats for the birds. Therefore, community awareness, selection of plant species, and design of vegetation pattern that fulfil the needs of bird are very important for bird conservation in urban city.
"
2000
T1062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Oktavia Irawan
"Owa kelawat (Hylobates muelleri) merupakan salah satu spesies owa yang berasal dari Kalimantan. Owa kelawat termasuk primata diurnal, arboreal, dan lebih menyukai buah-buahan. Keberadaan owa memiliki peran penting bagi kehidupan di sekitar kawasan hutan. Semakin maraknya perburuan liar dan rusaknya habitat, mengakibatkan adanya penurunan populasi sehingga owa kelawat tergolong satwa dilindungi dan berstatus Endangered (En) menurut IUCN. Owa kelawat termasuk satwa monogami yang memiliki pola pengasuhan biparental, yaitu pengasuhan dilakukan oleh induk betina maupun induk jantan. Ada beberapa kebun binatang yang memisahkan induk betina dengan induk jantan dari kandang dengan alasan untuk memudahkan pemeriksaan bayi satwa dan mengantisipasi kejadian tidak terduga misalnya induk jantan menyerang anak (infanticide), salah satunya di Kebun Binatang Gembira Loka. Kebijakan pemisahan antara induk betina dengan induk jantan di Kebun Binatang Gembira Loka hanya dipisahkan secara barrier fisik tetapi masih dapat saling melihat satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku harian dari betina serta mengamati interaksi individu betina terhadap jantan owa kelawat yang berada pada kandang terpisah di Kebun Binatang Gembira Loka. Subjek penelitian, yaitu satu individu betina (+20 tahun) dalam kondisi satu kandang dengan anaknya (2 tahun) yang merupakan hasil keturunan dengan jantan (+15 tahun) yang berada pada kandang sebelah yang dipisahkan secara fisik namun masih dapat saling melihat. Penelitian ini dilakukan selama 20 pengulangan dari April sampai Mei 2023 mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB. Metode pada penelitian ini yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian perilaku harian betina yang teramati terdiri dari istirahat (79,68%), autogrooming (5,65%), vokalisasi (4,95%), makan (4,40%), bergerak (2,68%), menyusui (2,32%), dan menggendong (0,32%), sedangkan untuk perilaku agonistik tidak ditemukan selama pengamatan berlangsung dan untuk perilaku interaksi yang teramati, yaitu sitting close (63,31%), allogrooming (36,65%), dan body contact (0,04%). Keberadaan pengunjung memiliki dampak netral bagi satwa. Implementasi The Five Freedoms di Kebun Binatang Gembira Loka terlaksana dengan baik. Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku harian tertinggi yaitu istirahat dan individu betina owa kelawat masih memiliki ketertarikan kepada individu jantan.

Kelawat gibbon (Hylobates muelleri) is a species of gibbon originating from Kalimantan. The gibbon kelawat includes diurnal, arboreal primates, and prefers fruits. The existence of gibbons has an important role for life around forest areas. The increasing prevalence of poaching and habitat destruction has resulted in a decline in population so that the gibbon is classified as a protected animal and has Endangered (En) status according to the IUCN. The kelawat gibbon is a monogamous animal that has a bi-parental parenting pattern, in which parental care is carried out by either the female or the male parent. There are several zoos that separate the female and male parents from the cages for the reason of facilitating medical check-ups of baby animals and anticipating unexpected events, for example the male parent attacking the child (infanticide), one of which is at the Gembira Loka Zoo. The separation policy between female and male parents at the Gembira Loka Zoo is only separated by a physical barrier but they can still see each other. This study aims to analyze the daily behavior of females and observe the interactions of individual females with male gibbons in separate cages at the Gembira Loka Zoo. The research subject was a female individual (+20 years) in the same cage with her child (2 years) who was the result of offspring with a male (+15 years) who were in the next cage which were physically separated but could still see each other. This research was conducted for 20 repetitions from April to May 2023 from 09.00 – 14.00 WIB. The methods in this study were focal animal sampling and ad libitum sampling. Based on the results of the research, the observed female daily behavior consisted of resting (79,68%), autogrooming (5,65%), vocalization (4,95%), eating (4,40%), moving (2,68%), breastfeeding (2,32%), and carrying (0,32%), while for agonistic behavior was not found during the observation and for the observed interaction behavior, namely sitting close (63,31%), allogrooming (36,65%) , and body contact (0,04%). The presence of visitors has a neutral impact on animals. The implementation of The Five Freedoms at the Gembira Loka Zoo is well done. The conclusion of this study is that the highest daily behavior is resting and the female gibbon kelawat still has an interest in the male individual."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Lesmana
Jakarta: Yayasan WWF Indonesia , 2000
577.3 DWI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yunanisa
"ABSTRAK
Tumbuhan bawah merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
memiliki fungsi ekologis yang penting di dalam ekosistem hutan serta potensi
pemanfaatan bagi manusia yaitu sebagai sumber pangan, papan, dan obat-obatan.
Keberadaan tumbuhan bawah seringkali terabaikan sehingga Hutan Kota
Muhammad Sabki (HKMS) belum mempunyai data tentang tumbuhan bawah.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas serta potensi
pemanfaatan tumbuhan bawah di HKMS Kota Jambi. Data dikumpulkan dari
bulan Januari 2012 sampai dengan Februari 2012 dengan menggunakan metode
garis berpetak dalam 100 petak contoh (1 m x 1 m) secara sistematis.
Ditemukan sebanyak 45 famili yang terdiri atas 83 spesies dan 3674 individu.
Nilai Kepentingan tertinggi diperoleh spesies herba Pennisetum purpureum
(71,81%). Kerapatan individu tertinggi ada pada petak pengamatan 61
(209 individu). Spesies dengan nilai frekuensi tertinggi adalah
Melastoma malabathricum (37%). Terdapat asosiasi di antara lima spesies yang
memiliki nilai frekuensi tertinggi. Bentuk hidup (life form) tumbuhan bawah
terbanyak adalah semai pohon (39 spesies). Indeks Keanekaragaman spesies
sebesar 2,49. Komposisi spesies asli Indonesia di Zona Pemanfaatan Sedang
(ZPS) lebih tinggi dari pada di Zona Pemanfaatan Rendah (ZPR). Hasil
wawancara kepada masyarakat sekitar HKMS, pemanfaatan tumbuhan terbanyak
adalah untuk bahan obat-obatan (53 spesies), bahan pangan tambahan
(23 spesies), bahan bangunan dan peralatan rumah tangga (18 spesies), kayu bakar
(15 spesies), tanaman hias (10 spesies), dan kerajinan (7 spesies). Pengukuran
nilai Index of Cultural Significance (ICS) untuk mengetahui potensi pemanfaatan
tumbuhan bawah menurut status pengetahuan masyarakat sekitar HKMS. Nilai
ICS tertinggi diperoleh spesies Tamarindus indica (50) dengan 3 kategori
pemanfaatan yaitu sebagai bahan pangan tambahan, bahan obat-obatan dan kayu
bakar.

Abstract
Understorey plant is a part of forest having important ecological functions
in the forest ecosystem and the potential for human use is as a source of food,
shelter, and medicine. The existence of the plant is often overlooked that HKMS
does not have data on understorey plant. The study aims to analyze the
community structure as well as the potential use of understorey plant in HKMS
Kota Jambi. The data was collected from January 2012 to February 2012 with the
quadrate transect method in 100 sample plots (1 m x 1 m) were systematically.
Found as many as 45 families comprising 83 species and 3674 individuals. High
Importance Value obtained by herbaceous species Pennisetum purpureum
(71,81%). The highest density at plot 61 (209 individuals). The species with the
highest frequency is Melastoma malabathricum (37%). There are five species
forming association. Life form are the largest tree seedlings (39 species). Species
diversity index of 2.49. The native species of Indonesia composition in Zona
Pemanfaatan Sedang (ZPS) is higher than in Zona Pemanfaatan Rendah (ZPR).
The results of interviews to the people around HKMS, most plants use is for
medicinal (53 species), secondary food (23 species), building materials and
household appliances (18 species), firewood (15 species), ornamental plants (10
species), and craft (7 species). The highest Index of Cultural Significance (ICS)
value derived species Tamarindus indica (50) with three using categories, namely
the use of additional food, medicine materials and firewood."
2012
T31829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ali Aripe
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moesmariniwijati
"Hutan mangrove mempunyai manfaat ekologi dan sosial-ekonomi. Manfaat ekologis adalah bahwa hutan mangrove berfungsi dalam kemampuannya mendulcung eksistensi lingkungan fisik dan lingkungan biota. Manfaat sosial-ekonomi adalah bahwa hutan mangrove menjadi tumpuan bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi keperluan akan bangunan, kayu bakar, dan mencari ikan. Pada kawasan hutan mangrove yang diusahakan untuk tambak, terbukti memberikan pengaruh positif bagi perluasan lapangan kerja. Oleh karena itu perlu dilestarikan melalui pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Keberhasilan pembangunan berwawasan lingkungan (hutan mangrove) tergantung pada efektivitas perangkat hukum yang ada yaitu Undang-Undang nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selannjutnya disingkat UULH. Efektivitas implementasi ketentuan pasal-pasal dalam UULH dalam pengelolaan hutan mangrove tidak hanya ditentukan oleh kualitas perangkat hukum itu sendiri, tetapi oleh akumulasi berbagai faktor. Salah satu faktor penting keberhasilan pengelolaan hutan mangrove adalah peranserta masyarakat sekitar kawasan hutan mangrove tersebut. Peranserta tersebut tidak hanya meliputi peranserta individu yang terkena berbagai peraturan atau keputusan administratif, tetapi meliputi pula peranserta kelompok dan organisasi masyarakat. Slamet (1988) mengemukakan bahwa peranserta masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Tanpa peranserta masyarakat, suatu pembangunan harus dinilai tidak berhasil.
Dengan semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan lahan akan semakin meningkat, baik untuk kepentingan tempat tinggal maupun lokasi industri. Mangrove yang luasnya relalif kecil (3% dari luas hutan Indonesia), bahkan akan semakin kompleks apabila masyarakat di sekitar kawasan tersebut mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah. Oleh karena itu, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah sejauh mana hak dan kewajiban berperanserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hutan mangrove.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hak dan kewajiban berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup (ekosistem hutan mangrove). Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan nyata di antara peran Serta masyarakat dan identifikasi faktor-faktor yang mempengamhi tiokat peranserta masyarakat dalam pengelolaan linglcungan hidup (hutan mangrove).
Hipotesis penelitian adalah diduga bahwa hak dan kewajiban berperanserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (hutan mangrove) pada lima propinsi di Indonesia belum optimal, serta diduga dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional masyarakat setempat.
Penelitian ini akan bermanfaat bagi pinak pemerintah sebagai bahan informasi dan evaluasi implementasi UULH dan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup lainnya, khususnya dalam upaya mendorong peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (ekosistem hutan mangrove) dan sebagai umpan balik dalam penetapan kebijaksanaan di masa yang akan datang.
Sifat penelitian ini adalah explorative research. Pada penelitian jenis ini akan menghasilkan deskripsi atau gambaran ciri-ciri dari suatu obyek yang diteliti untuk mendapatkan penjelasan suatu keterkaitan. Pelaksanaan pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu: (1) tahapan pengamatan (observasi), dan (2) tahapan survai. Metode untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara wawancara secara langsung pada responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersapkan sebelumnya.
Data primer diambil dari sampel. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, disebabkan jumlah populasi yang besar dan jarak lokasi satu dengan lainnya cukup jauh, jumlah sampel ditetapkan sebanyak 120 orang yang didistribusikan secara merata pada enam lokasi.
Metode dalam mendapatkan sampel adalah non-random sampling, di mana tidak setiap individu mendapatkan kesempatan atau probabilitas yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Untuk itu terpilih orang-orang yang langsung dapat dijumpainya, tetapi orang tersebut mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan hutan mangrove. Oleh karena itu metode ini disebut juga purposive sampling.
Metode analisis data dilakukan dnegan dua pendekatan. Pendekatan pertaman adalah dengan melakukan uji statistik dengan cara chi-square (X2). Pendekatan kedua memberikan apa yang dilihat dan didengar dari responden dan observasi di responden. Untuk memberikan data hasil wawncara terhadap responden, maka salah satu metode yang dipakai adalah analisis tabel, dengan menggunakan persentase.
Dalam penelitian ini juga digunakan data sekunder terutama dari BAKORSURNATAL, Biro Pusat Statistik dan referensi terkait lainnya yang sangat mendukung data primer.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bahwa hak dan kewajiban berperanserta penduduk di sekitar kawasan mangrove belum berkembang secara optimal. Belum optimalnya peranserta masyarakat berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, sedikitnya arus informasi yang diperolehnya, rendahnya tingkat penghasilan per kapita, serta masih banaknya pencurian, penebangan liar dan pelanggaran-pelanggaran lainnya yang dapat menyebabkan rusak atau menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove. Disamping itu juga belum adanya penyuluhan, pengarahan dan pembinaan secara langsung pada masyarakat yang memadai oleh aparat pemerintah.
Pola pengembangan peranserta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove pada dasarnya dapat dilakukan pada empat hal, yakni:
a) Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia
b) Meningkatkan tingkat sosial ekonomi masyarakat dengan pola silvofishery
c) Pengembangan kelembagaan
d) Pentaatan pelaksanaan peraturan perundang-undangan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Salemba Empat, 2014
577.095 98 ECO t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Reksa Kurnia Robi
"ABSTRAK
Studi pengaruh ketinggian terhadap keanekaragaman Insectivora dan Rodentia di Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat dilakukan pada ketinggian 1500 mdpl dan 2000 mdpl. Survei dilakukan secara removal sampling menggunakan pitfall trap dan snap trap yang diletakkan mengikuti garis transek. Survei dilakukan selama 9 hari (17?26 Januari 2011) dengan trapping effort sebesar 1677 trap night dan trap success rate sebesar 6,8%. Sebanyak 10 spesies ditemukan pada ketinggian 1500 mdpl dan 9 spesies ditemukan pada ketinggian 2000 mdpl. Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya ketinggian. Indeks kesamaan Sørensen (CCs = 0,42) menunjukkan adanya perbedaan komposisi spesies dari kedua lokasi yang diduga akibat perbedaan tipe habitat di kedua ketinggian.

ABSTRACT
Aims of this study is to investigate the effect of elevation on diversity of Insectivores and Rodents in Gunung Tujuh, Kerinci Seblat National Park. Surveys were conducted at 1500 masl and 2000 masl elevation by employing removal sampling technique from 17 to 26 January 2011. Specimens were collected using pitfall trap and snap trap arranged in a 100 m line transect. These nine days survey covering trapping effort of 1677 trapnight, and resulting in 6,8% trap succes rate. Ten species were recorded at 1500 masl elevation, slightly higher compared to only nine species recorded at 2000 masl elevation. Shannon-Wienner index shows a decreasing pattern with increasing elevation. In addition, Sørensen similarity index (CCs = 0,42) shows a differences in species composition from both locations. The difference might be due to different habitat types at both locations."
Universitas Indonesia, 2011
S695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>