Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andre Toni
"Judul penelitian tentang struktur komunitas vegetasi di Urban Forest Universitas Indonesia (UI). Diteliti diadakan pada November - Desember 2008. Ada tiga zona di Urban Forest UI: East Wallace Zone, Barat Wallace Zone dan Alam Vegetasi Zone. The diteliti dilakukan teknik sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 104 spesies tumbuhan di semua zona hutan kota UI. Tingginya kekayaan spesies tumbuhan ditemukan di Wallace Timur dan Barat Wallace Zona ada 63 spesies, tapi Natural Vegetasi Zona ada 32 spesies. Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di Wallace Zona Barat (3,16), Wallace Zona Timur (2,98), dan Zona Vegetasi Alam (2,30). Indeks keseragaman tertinggi ditemukan di Barat Wallace Zone (0,76), East Wallace Zona (0,71), dan Vegetasi Zona Alam (0,66). Tertinggi indeks keanekaragaman (INP) ditemukan oleh Acacia mangium di Zona Vegetasi Alam (180,04), dan Barat Wallace Zone (139,56) oleh Albizia falcataria di Wallace Zona Timur (99,23). Semua zona di UI Hutan Kota dibentuk dari pertumbuhan alami jenis pohon endemik dan kegiatan penanaman diadakan pada tahun 1984, 1998, 2002 DAN 2004.

The title of researched about vegetation community structure at Urban Forest University of Indonesia (UI). Researched was held on November - December 2008. There are three zones at Urban Forest UI : East Wallace Zone, West Wallace Zone and Natural Vegetation Zone. The researched was done sampling technique. The result showed that there was 104 species of vegetation at all of UI urban forest zones. The high richness of vegetation species is found at East Wallace and West Wallace Zone there was 63 species, but Natural Vegetation Zone there was 32 species. The highest diversity index was found at West Wallace Zone (3,16), East Wallace Zone (2,98), and Natural Vegetation Zone (2,30). The highest equitability index was found at West Wallace Zone (0,76), East Wallace Zone (0,71), and Natural Vegetation Zone (0,66). The highest diversity index (INP) was found by Acacia mangium at Natural Vegetation Zone (180,04), and West Wallace Zone (139,56) by Albizia falcataria at East Wallace Zone (99,23). All zone at the Urban from natural growth endemic tree species and planting activities were held in 1984, 1998, 2002 dan 2004."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunanisa
"ABSTRAK
Tumbuhan bawah merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang
memiliki fungsi ekologis yang penting di dalam ekosistem hutan serta potensi
pemanfaatan bagi manusia yaitu sebagai sumber pangan, papan, dan obat-obatan.
Keberadaan tumbuhan bawah seringkali terabaikan sehingga Hutan Kota
Muhammad Sabki (HKMS) belum mempunyai data tentang tumbuhan bawah.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas serta potensi
pemanfaatan tumbuhan bawah di HKMS Kota Jambi. Data dikumpulkan dari
bulan Januari 2012 sampai dengan Februari 2012 dengan menggunakan metode
garis berpetak dalam 100 petak contoh (1 m x 1 m) secara sistematis.
Ditemukan sebanyak 45 famili yang terdiri atas 83 spesies dan 3674 individu.
Nilai Kepentingan tertinggi diperoleh spesies herba Pennisetum purpureum
(71,81%). Kerapatan individu tertinggi ada pada petak pengamatan 61
(209 individu). Spesies dengan nilai frekuensi tertinggi adalah
Melastoma malabathricum (37%). Terdapat asosiasi di antara lima spesies yang
memiliki nilai frekuensi tertinggi. Bentuk hidup (life form) tumbuhan bawah
terbanyak adalah semai pohon (39 spesies). Indeks Keanekaragaman spesies
sebesar 2,49. Komposisi spesies asli Indonesia di Zona Pemanfaatan Sedang
(ZPS) lebih tinggi dari pada di Zona Pemanfaatan Rendah (ZPR). Hasil
wawancara kepada masyarakat sekitar HKMS, pemanfaatan tumbuhan terbanyak
adalah untuk bahan obat-obatan (53 spesies), bahan pangan tambahan
(23 spesies), bahan bangunan dan peralatan rumah tangga (18 spesies), kayu bakar
(15 spesies), tanaman hias (10 spesies), dan kerajinan (7 spesies). Pengukuran
nilai Index of Cultural Significance (ICS) untuk mengetahui potensi pemanfaatan
tumbuhan bawah menurut status pengetahuan masyarakat sekitar HKMS. Nilai
ICS tertinggi diperoleh spesies Tamarindus indica (50) dengan 3 kategori
pemanfaatan yaitu sebagai bahan pangan tambahan, bahan obat-obatan dan kayu
bakar.

Abstract
Understorey plant is a part of forest having important ecological functions
in the forest ecosystem and the potential for human use is as a source of food,
shelter, and medicine. The existence of the plant is often overlooked that HKMS
does not have data on understorey plant. The study aims to analyze the
community structure as well as the potential use of understorey plant in HKMS
Kota Jambi. The data was collected from January 2012 to February 2012 with the
quadrate transect method in 100 sample plots (1 m x 1 m) were systematically.
Found as many as 45 families comprising 83 species and 3674 individuals. High
Importance Value obtained by herbaceous species Pennisetum purpureum
(71,81%). The highest density at plot 61 (209 individuals). The species with the
highest frequency is Melastoma malabathricum (37%). There are five species
forming association. Life form are the largest tree seedlings (39 species). Species
diversity index of 2.49. The native species of Indonesia composition in Zona
Pemanfaatan Sedang (ZPS) is higher than in Zona Pemanfaatan Rendah (ZPR).
The results of interviews to the people around HKMS, most plants use is for
medicinal (53 species), secondary food (23 species), building materials and
household appliances (18 species), firewood (15 species), ornamental plants (10
species), and craft (7 species). The highest Index of Cultural Significance (ICS)
value derived species Tamarindus indica (50) with three using categories, namely
the use of additional food, medicine materials and firewood."
Lengkap +
2012
T31829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Puspadianti
"ABSTRAK
Penghitungan estimasi potensi cadangan karbon pada vegetasi tegakan pancang telah dilakukan pada tahun 2017 di tiga zona Hutan Kota Universitas Indonesia UI, zona Wallace Timur, zona Wallace Barat, dan zona Vegetasi Alami. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi jumlah cadangan karbon terkini pada tahun 2017 yang terkandung pada tegakan pancang di Hutan Kota UI dan mengestimasi jenis tumbuhan pada tegakan pancang yang memiliki potensi cadangan karbon tertinggi di Hutan Kota UI. Penelitian dilakukan dengan metode non-destructive sampling menggunakan persamaan alometrik, yaitu berdasarkan pengukuran diameter at breast height DBH pada tegakan pancang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m sebanyak 75 plot yang tersebar di tiga zona penelitian dengan masing-masing sejumlah 25 plot. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di Hutan Kota UI sebesar 23,02 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang yang tertinggi berada pada Zona Vegetasi Alami sebesar 8,67 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di zona Wallace Timur sebesar 8,05 ton/ha dan zona Wallace Barat sebesar 6,30 ton/ha. Jenis tumbuhan dengan rata-rata nilai cadangan karbon tertinggi, yaitu Merbau Intsia bijuga sebesar 0,296 ton/ha.

ABSTRACT
Estimation of carbon stocks at stake stands vegetation has been conducted in 2017 in three Universitas Indonesia UI Urban Forest zones, East Wallace zone, West Wallace zone, and Natural Vegetation zone. The study aims to estimate the current amount of carbon reserves in 2017 contained in stake stands vegetation in UI Urban Forest and estimate plant species on stake stands that have the highest carbon stock potential in UI Urban Forest. The study was conducted by non destructive methods using allometric equations based on calculating stake stands diameter at breast height. The study used plot sized 5 m x 5 m as much as 75 and spread over the three zones, each zones have 25 plot. The results shows that the potential of carbon stocks in UI Urban Forest is 23.02 ton ha. Zones with the highest potential for above ground carbon stocks at stake stands is in the Natural Vegetation zone with a carbon stocks of 8,67 ton ha. The potential for above ground carbon stocks at stake stands in East Wallace zone is 8,02 ton ha and Western Wallace zone is 6,30 ton ha. The species with the highest average carbon stock potential, namely Merbau Intsia bijuga of 0,296 ton ha. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hanum Salsabillah
"ABSTRAK
Penelitian estimasi cadangan karbon pada vegetasi tegakan tiang dilakukan di Hutan Kota Universitas Indonesia, Depok. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi cadangan karbon pada vegetasi tegakan tiang Hutan Kota UI, yang terbagi menjadi tiga zona yaitu Wales Barat, Wales Timur dan Vegetasi Alami. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui spesies dari vegetasi tegakan tiang yang menyimpan cadangan karbon terbesar. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2017. Penelitian dilakukan dengan metode nondestruktif. Jumlah plot yang digunakan adalah 75 plot, yang dibagi kedalam tiga zona, masing-masing 25 plot berukuran 10x10m. Nilai cadangan karbon tegakan tiang diperoleh dengan menghitung biomassa dari data lingkar batang tiang setinggi dada DBH. Penghitungan biomassa vegetasi tegakan tiang dilakukan dengan persamaan allometrik B = 0,11 D 2 0,62 Ketterings, dkk. 2001. Persamaan tersebut melibatkan berat jenis kayu tiap spesies yang didata. Rata-rata cadangan karbon vegetasi tegakan tiang di Hutan Kota UI adalah 11,505 ton/ha, dengan cadangan karbon terbesar pada Wales Timur 17,262 ton/ha dan terkecil pada Vegetasi Alami 6,876 ton/ha. Cadangan karbon rata-rata vegetasi tegakan tiang terbesar di Hutan Kota UI terdapat pada Hopea sp. Merawan dengan nilai 0,327 ton/ha.

ABSTRACT
The study of carbon stock estimation on pole veget was done in the urban forest of Universitas Indonesia, Depok. The aims of this study are to estimate the carbon stock of pole stage in Urban Forest of Universitas Indonesia, which divided into three zones Wales Barat, Wales Timur and Vegetasi Alami. In addition, this study was conducted to determine species in pole stage that hold the largest carbon stock. The research was done in August December 2017 by non destructive method. The carbon stock value obtained from the biomass calculation based on poles diameter at breast height DBH. The Biomass calculation was done using an allometric equation B 0.11 D 2 0.62 Ketterings, et al., 2001. Allometric equation that used involves wood density of every species that found. Number of plots that used is 75, and then divided to 3 zones, 25 plots each with 10x10 m2 wide. The average of carbon stock value in Urban Forest of Universitas Indonesia is 11.505 ton ha, with Wales Timur have largest carbon stock 17.262 ton ha and Vegetasi Alami have smallest carbon stock 6.876 ton ha. Species of pole stage with largest average carbon stock in Urban Forest UI is Hopea sp. Merawan with 0,327 ton ha."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asma Zuhro
"Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra padi Jawa Barat dengan 56 % wilayahnya berupa sawah. Namun beberapa tahun terakhir produktivitas padi berkurang karena terjadinya bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu mencatat bahwa pada tahun 2012, 2015 dan 2018 lahan sawah mengalami gagal panen yang disebabkan kekeringan sangat berat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan pertanian lahan sawah tahun 2012, 2015 dan 2018 serta hubungannya dengan curah hujan, kemiringan lereng dan ketinggian di Kabupaten Indramayu. Indeks kekeringan VHI Vegetation Health Index digunakan untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan lahan pertanian. VHI merupakan kombinasi indeks VCI Vegetation Condition Index dan TCI Temperature Condition Index yang diperoleh dari pengolahan data NDVI Normalized Difference Vegetation Index dan LST Land Surface Temperature Citra Landsat 7 dan 8.
Hasil pengolahan indeks VHI menunjukkan persebaran wilayah yang tidak mengalami kekeringan hingga kekeringan sangat berat pada wilayah pesisir pantai Kabupaten Indramayu. Sedangkan kategori tingkat kekeringan ringan berada pada wilayah barat bagian utara dan tengah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan kekeringan pada tahun pengamatan 2012, 2015 dan 2018. Sedangkan ketinggian dan lereng tidak ada hubungan signifikan dengan kekeringan.

Indramayu Regency is one of the rice centers in West Java with 56 % of its area is rice fields. But in recent years rice productivity has been reduced due to drought that occurred in Indramayu Regency that caused by a shift of the beginning season and a long dry season. The Indramayu District Agriculture Office noted that in 2012, 2015 and 2018 paddy fields experienced crop failures due to very heavy drought.
The purpose of this study was to determine the distribution of 2012, 2015 and 2018 wetland agricultural drought areas and their relationship with rainfall in Indramayu Regency. The VHI drought index Vegetation Health Index is used to determine the pattern of distribution of the drought area of agricultural land. VHI is a combination of VCI Vegetation Condition Index and TCI Temperature Condition Index derived from NDVI data processing Normalized Difference Vegetation Index, LST Land Surface Temperature of Landsat 7 and 8 images.
The processing results of the VHI index show the distribution of drought levels no drought to extreme drought, where in 2012, 2015 and 2018 the distribution of drought in agricultural land has the same pattern, which is dominated by the coastal areas of Indramayu Regency due to the influence of less rainfall. While the level of mild drought is in the western and center regions of Indramayu Regency. Based on the results of statistical tests, there is a significant relationship between rainfall and drought in 2012, 2015 and 2018. Whereas altitude and slope dont have relationship with drought.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Wulandari
"Dalam rangka pemilihan jenis vegetasi yang tepat untuk hutan kota, telah dilakukan pengkajian kemampuan vegetasi dalam menurunkan suhu udara, perbedaan pertumbuhan dan pengaruh jarak tanam dari 3 jenis vegetasi yang terdapat di Padang Golf Halim II, yaitu: Saga (Adenanthera pavonina), Gamal (Glvricidia sepium), dan Ki roda (Hura crepitans).
Metode yang digunakan ialah metode kuarter, yang titik-titik contohnya ditentukan secara acak. Parameter yang diukur adalah: luas kanopi dan suhu udara di bawah kanopi pohon, yang digunakan untuk mengetahui jenis vegetasi mana yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan suhu udara; garis tengah batang pohon; tinggi pohon; dan luas kanopi pohon untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetasi pada kondisi lingkungan Padang Golf Halim II; dan jarak tanam pohon serta garis tengah batang pohon tetangga terdekat, untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan vegetasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerimbunan kanopi mempengaruhi suhu udara di bawah kanopi dan Gamal memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi kesejukan udara dibanding Ki roda, sedangkan antara Saga dan Gamal, maupun Saga dan Ki roda tidak jauh berbeda. Pertumbuhan antara Saga, Gamal, dan Ki roda berbeda nyata dan Gamal memiliki pertumbuhan yang paling baik di Padang Golf Halim II. Jarak tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan Saga, Gamal, dan Ki roda. Gamal dan Saga merupakan jenis tumbuhan yang berbunga indah, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman hias di hutan kota wisata, tetapi Saga sering menggugurkan daunnya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kaisar Sukarta
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Hutan Kota Srengseng dan Hutan Kota Universitas Indonesia untuk mengetahui struktur hutan kota, efektivitasnya dalam menurunkan suhu kota, dan meramalkan perilaku masyarakat terhadap hutan kota dengan pendekatan theory of planned behavior. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif yang juga didukung data kualitatif. Metode dalam penelitian adalah observasi lapangan dengan teknik kuesioner tertutup dan wawancara. Vegetasi yang diteliti terdiri dari total 24 petak contoh, terdiri dari 4 petak contoh di Hutan Kota Srengseng dan 20 petak contoh di Hutan Kota Universitas Indonesia. Jumlah responden total 90 orang, teridiri dari 47 responden di Hutan Kota Srengseng dan 43 responden di Hutan Kota Universitas Indonesia. Analisis vegetasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi tegakan meliputi jenis tanaman, diameter, dan tinggi tanaman mulai dari tingkat semai hingga pohon. Lalu analisis terhadap keanekaragaman, penyebaran, dan dominansi tanaman dalam petak contoh dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman Shannon, indeks dominansi, dan indeks nilai penting. Hasil analisis vegetasi memperlihatkan bahwa Hutan Kota Universitas Indonesia memiliki keanekaragaman vegetasi yang lebih tinggi dibandingkan di Hutan Kota Srengseng. Hubungan antara aspek teknis yaitu kerapatan dan aspek alam yaitu suhu dan kelembaban memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara kerapatan dengan suhu namun tidak terdapat hubungan antara kerapatan dengan kelembaban. Sementara hasil analisis aspek sosial memperlihatkan bahwa responden memiliki persepsi yang baik mengenai hutan kota. Namun perilaku yang dinampakkan tidak sesuai dengan persepsinya. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa perilaku responden berhubungan dengan norma subyektif yang ada dalam komunitasnya. Penelitian ini menekankan bahwa pengelolaan hutan kota berkelanjutan seharusnya memperhatikan keanekaragaman vegetasi, suhu, dan kelembaban (aspek alam), kerapatan tegakan (aspek teknis), dan perilaku masyarakat (aspek sosial) sebagai satu kesatuan sistem.

ABSTRACT
This study was conducted at Srengseng Urban Forest and Universitas Indonesia Urban Forest, to indentify the structure of the urban forest, its effectiveness in lowering city temperatures, and to predict the people behavior towards urban forest using the thoery of planned behavior. The approach which is used in this study is a quantitative approach and is also supported by qualitative data. The method which is used is observasional field study and data collected by closed questionnaires and interview techniques. Our study observes a total of 24 sample plots, consisting of 4 plots examples in Srengseng Urban Forest and 20 sample plots in Universitas Indonesia Urban Forest. The number of respondents in total 90 people, comprised of 47 respondents in Srengseng Urban Forest and 43 respondents in Universitas Indonesia Urban Forest. Vegetation analysis implemented by observing the condition of the stands includes plant species, diameter, and height of plants ranging from seedlings to trees. It?s continued by an analysis of the diversity, distribution, and dominance of vegetation using the Shannon diversity index, dominance index, and the important value index. The results of the vegetation analysis shows that Universitas Indonesia Urban Forest has a higher diversity of vegetation than in Srengseng Urban Forest. The relationship between the technical aspect which is density and the natural aspects which are the temperature and humidity showed that temperature is related to density, but there was no correlation between the density and the humidity. The analysis of the social aspect describe that respondents have a good perception of the urban forest although the behavior seems inconsistent with their perception. Statistical test results showed that the behavior of the respondents are related to subjective norms that exist in their community. This research emphasizes that sustainable urban forest management should pay attention to the diversity of vegetation, temperature and humidity (natural aspect), diversity of vegetation (technical aspect), and behavior (social aspect) as an integrated system."
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Hotma Haposan
"Perubaban laban berdampak pada perubaban (peningkatan/penurunan) suhu udara permukaan. Tujuan mengetahui kondisi Iahan, pola kecenderungan suhu udara. Menganalisis kekuatan korelasi perubaban laban dengan perubaban suhu udara permukaan dan besar dampaknya di Kecamatan Cisarua. Metodenya deskriptif, persentase, grafik trendline dengan If tertinggi, analisis statistik r, dan koefisien determinasi If. Kondisi lahan Kecamatan Cisarua: bukan hutan 5398 Ha dan hutan seluas 974 Ha. Suhu rata-rata pukul 07.00 wib turu."l, suhu rata-rata pukul 13.00 wib naik, suhu rata-rata pukul 18.00 wib naik. Kuat korelasi laban hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 adalah -0,535, laban bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul13.00 adalah 0,537, laban hutan dengan suhu rata pukull8.00 wib adalah -0,793, dan lahan bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul 18.00 wib adalah 0,785. Besar dampak perubahan lahan pada suhu rata-rata pukul 13.00 adalah 44% dan pada suhu rata-rata pukull8.00 wib adalah 81%. Kondisi lahan Kecamatan Cisarua tahun 2009: bukan hutan 5398 Ha dan hutan 974 Ha. Suhu rata-rata pukul 07.00 wib turun, suhu rata-rata pukul 13.00 wib naik, dan suhu rata-rata pukul 18.00 naik. Kekuatan korelasi lahan hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 wib adalah -0,535, laban bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 wib adalah 0,537, laban hutan dengan suhu rata-rata pukul 18.00 wib adalah -0,793, laban bukan hutan dengan suhu rata:rata pukul 18.00 wib adalah 0,785. Besar dampak perubaban lahan pada suhu rata-rata pukul13.00 wib adalah 44% dan pada suhu rata-rata pukul18.00 wib sebesar 81%. Perlu dicermati setiap penurunan lahan hutan, penghijauan, dipertahankan dan diciptakan hutan kota, pelaksanaan permen tentang penataan ruang, perda tentang penata ruang yang ketat, dan ketat dalam pemberian IMB
The aim of this research is to learn about land condition and the trend of temperature change. It is carried out by analyzing the correlation strength between the conversion in land use and temperature change as well as its impact. The applied method is descriptive in nature using percentage, trend line graphs, statistical analysis and determination coefficient or k. The subject of this research is the area in the sub-district of Cisarua consisting of 5398 hectares of non-forest vegetation and 974 hectares of forest vegetation. The research shows that the average temperature at 07:00 am is decreasing and whilst the average temperature at 0l:00 pm is increasing and the average temperature at 06:00 pm is increasing. The correlation strength of forest vegetation with the average temperature at 01:00pm is -0.535 while the same measurement taken for non-forest vegetation shows correlation strength of 0.537. At 06:00 pm the correlation strength between forest vegetation and the average temperature is 0.793 meanwhile the correlation strength between for non-forest vegetation is 0.785. The impact of land conversion at the average temperature at 01:00pm is 44% and atthe average temperature at 01:00pm is 81%. Bearing in mind the impact caused by the decreasing forest vegetation it is advisable that the regional government of Bogor as well as the government apparatus of the sub-district of Cisarua and the entire community to be more alert on the ever decreasing area of forest vegetation and to implement a reforestation policy, to encourage the creation and maintenance of city-forest and implementing of the Minister's Decree on Spatial Planning, to push for a regional regulation on spatial management and to be stricter in releasing building permit."
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Arif
"Kajian manfaat tumbuhan hutan pamah telah dilakukan berdasarkan data keanekaragaman dari penelitian Anas (2013), Rahmah (2013), Sehati (2013), pada bulan Februari hingga Mei 2014. Kajian tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan hutan pamah di zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Kajian manfaat tersebut dilakukan melalui tahap pengecekan serta dokumentasi spesies terkait, dan penelusuran potensi pemanfaatannya melalui sumber rujukan ilmiah. Potensi pemanfaatan yang diperoleh sejumlah 161 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 111 genus dan 48 famili. Potensi tersebut dikelompokkan ke dalam kategori bahan pangan (72 spesies), bahan obat (73 spesies), bahan bangunan (87 spesies), bahan bakar (33 spesies), kerajinan dan teknologi lokal (47 spesies), bahan pewarna dan ritual (15 spesies), dan sumber penghasilan nonkayu (20 spesies). Sepuluh famili dengan potensi pemanfaatan manfaat terbanyak adalah Euphorbiaceae (10 spesies), Moraceae (10 spesies), Lauraceae (9 spesies), Clusiaceae (8 spesies), Rubiaceae (8 spesies), Fabaceae (7 spesies), Malvaceae (7 spesies), Phyllanthaceae (7 spesies), Sapindaceae (6 spesies), Annonaceae (5 spesies).

Utilization assessment of low land rain forest vegetation was conducted based on previous research data by Anas (2013), Rahmah (2013), and Sehati (2013) on February to May 2014. Its aim was to acknowledge utilization potential of low land forest plant biodiversity at core zone of Bukit Duabelas National Park (BDNP). The assesment was conducted on checking and documentation of plant biodiversity, and economic potential assessment through scientific reference. Utilization assessment deliver 161 species in 111 genera and 48 families. Utility potential was distributed into seven utilizatition groups, food (72 species) medicinal subtances (73 species), construction (87 species), firewood (33 species), craft and local technology (47 species), natural dye and ritual (15 species), non-timber additional income (20 species). Ten highest families which mostly utilized are Euphorbiaceae (10 species), Moraceae (10 species), Lauraceae (9 species), Clusiaceae (8 species), Rubiaceae (8 species), Fabaceae (7 species), Malvaceae (7 species), Phyllanthaceae (7 species), Sapindaceae (6 species), Annonaceae (5 species)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>