Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008
616.2 CLI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Spiro, Stephen G.
Philadelphia : Elsevier Saunder, 2012
R 616.2 CLI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Farzan, Sattar
"Buku yang berjudul "A concise handbook of respiratory diseases" ini ditulis oleh Sattar Farzan. Buku ini membahas tentang penyakit-penyakit yang menyerang organ pernapasan manusia"
Norwalk: Appleton & Lange, 1992
R 616.2 FAR c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nada Permana
"Di dunia, Asia Tenggara, maupun di Indonesia, penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan yang besar karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi, terutama pada masyarakat lingkungan kumuh. Penyakit respirasi yang tetap menjadi masalah ialah PPOK, asma, tuberkulosis, dan ISPA. Kesuksesan mengurangi penyakit respirasi ditentukan oleh kebiasaan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor yang penting, yaitu sikap.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara responden yang berusia di atas 18 tahunmenggunakan kuesioner dan pemilihan responden dilakukan dengan cara cluster consecutive sampling. Sikap yang diteliti yakni sikap mengenai kesehatan respirasi yang terdiri dari sikap mengenai penyakit respirasi, sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Dari 107 sampel, didapatkan hasil sikap yang termasuk dalam kelompok baik sebanyak 36,45% dan kelompok sedang dan buruk 63,55%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi pada masyarakat di lingkungan kumuh (p=0,316), serta tidak terdapat hubungan antara setiap komponen sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi.

In the world, Southeast Asia, and in Indonesia, respiratory disease is a major health problem because ofthe high mortality and morbidity, especially in slum neighborhood. Respiratory diseases which remain problems areCOPD, asthma, tuberculosis, and acute respiratory infection. The success of reducing respiratory disease is determined by one's health habits which are affected by the important factors, namely attitude. This study is an observational analytic study using cross-sectional design. Data was collected in January 2011 in Kelurahan Petamburan, District of Tanah Abang, Central Jakarta. Data retrieval is done by interviewing respondents using questionnaires and the selectionof respondentsis done by cluster consecutive sampling. The attitude toward respiratory health consisting of attitude toward respiratory diseases, attitude toward environmental health, and attitude toward prevention of respiratory disease. Of the 107samples, showed that attitude of respiratory health in the group classified as good were36.45% and group classified as moderate and bad were 63.55%. It was concluded that there is no relationship between attitude toward health respirationand respiratoryhealth problems in slum area (p=0.316), and there is no relationship between each component of the attitude toward respiratory health and respiratory health problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Al Hakim
"Penyakit respirasi termasuk penyebab kematian tertinggi di dunia. Namun prevalensinya pada pemukiman kumuh di Indonesia masih belum diketahui. Penelitian cross sectional kemudian dilakukan di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat dengan teknik cluster consecutive sampling pada 18-26 Januari 2012 untuk mengetahui prevalensi penyakit tersebut dan kaitannya dengan pengetahuan masyarakat, sebagai langkah awal intervensi pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian terhadap 104 responden berusia >18 tahun berdasarkan kuesioner: 1) Prevalensi penyakit respirasi sebanyak 5% terdiri dari asma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%) dan PPOK (0,9%) serta tidak ditemukannya hubungan tingkat pengetahuan dengan penyakit respirasi (p=0,342); 2) Terdapat 3,8% responden dengan tingkat pengetahuan baik, 41,3% cukup dan 54,8% kurang, berdasarkan pengetahuan terhadap penyakit respirasi. Kemudian tidak ditemukan hubungan karakteristik demografi usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,935) dan status pekerjaan (p=1,000) dengan tingkat pengetahuan; 3) Sumber informasi yang sering digunakan adalah televisi dan ditemukan korelasi bermakna antara jumlah sumber informasi dengan skor pengetahuan (p<0,05; r=0,278).
Dalam penelitian disimpulkan masih belum perlunya penyuluhan. Namun perlu ditinjau lebih lanjut hubungan pengetahuan terhadap konsistensi perilaku hidup sehat yang dapat mencegah penyakit respirasi. Selain itu juga perlu diketahui faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan, serta perlunya optimalisasi informasi kesehatan respirasi melalui televisi sebagai sumber informasi tersering yang digunakan.

Disease of the respiratory system is one of leading cause of death in the world. However there has not been report about this prevalence in slum neighborhood, especially in Indonesia. Cross-sectional study was conducted in slums area, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Central Jakarta using cluster consecutive sampling technique on 18?26 January 2012 to know the prevalence of respiratory diseases and its association with level of knowledge as the early step to analyze the need of health education.
The results of research on 104 respondents aged >18 years old using questionnaire: 1) Prevalence of respiratory health problems as much as 5% consists of asthma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%), COPD (0,9%) and there is no association between level of knowledge and those prevalence; 2) There are 3,8% of the respondents with a good level of knowledge, 41,3% sufficient and 54,8% poor based on respiratory health problems. And the research found that there is no association between socio demographic such as age (p=1,000), gender (p=0,935), employment (p=1,000) and level of knowledge; 3) Frequently used source of information is through television and there is significant correlation between the number of sources information with knowledge about respiratory health problems (p<0,05; r=0,278).
In the study, it was concluded that health education was not yet needed. But the influence of knowledge to the healthy living behavior which can prevent respiratory disease should be analyzed. Besides factors having association with level of knowledge about respiratory health is also needed to be found, and finally it is considered that optimalization of television as the most frequently used source information is needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Ambarwati
"ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Akut (ISPA) non Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi yang cukup tinggi. Laporan Kota Bogor tahun 2015 menunjukkan prevalensi ISPA Non Pneumonia mencapai 45,64%. Penyebab utama ISPA non Pneumonia adalah virus, namun penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik masih sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasionalitas pemberian antibiotik pada pasien ISPA non Pneumonia dan faktor yang mempengaruhi kerasionalan pemberian antibiotik serta pengelolaan program Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tanah Sareal. Rancangan penelitian ini deskriptif analitik potong lintang dengan mengumpulkan data rekam medis pasien antara 5 tahun hingga 65 tahun, observasi pelayanan rawat jalan, dan wawancara dengan pihak terkait pelaksanaan program POR. Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemberian antibiotik sebanyak 122 (34%) dari 359 pasien dan analisis rasionalitas dilakukan terhadap 102 pasien, Distribusi Penyakit ISPA Non-Pneumonia: Nasofaringitis Akut (63%) faringitis akut (30,6%), tonsilitis akut (5,3%), Sinusitis dan Otitis Media Akut 0,6%., sebagian besar antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin dan cefadroxil. Ditemukan 84,3% pemberian antibiotik yang tidak tepat durasi dan faktor yang mempengaruhi rasionalitas antara lain; kurangnya kepatuhan dokter terhadap SOP pengobatan, peran apoteker belum optimal dan kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program POR.

ABSTRACT
Non Pneumonial Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) is one of public health problems with high prevalence and healthcare cost. Bogor City Report 2015 shows the prevalence of Non Pneumonial ARTI reach 45.64%. The main cause of non- Pneumonial ARTI is virus, but research indicates the use of antibiotics is still very high. This study aims to analyze the rationality of antibiotics on non-Pneumonia ARTI patients, factors affecting rationality of antibiotic administration and management of Rational Use of Medicine (RUM) program at Puskesmas Tanah Sareal. The design of this study is descriptive cross-sectional analysis by collecting patients medical record data between 5 years to 65 years, observation of outpatient services, and interviews with related staff on RUM program implementation. The results showed that the proportion of antibiotic administration was 122 (34%) of 359 patients and rationality analysis was performed on 102 patients, Non-Pneumonia Respiratory Disease Distribution: Acute Nasopharyngitis (63%) Acute Pharyngitis (30.6%), Acute Tonsillitis (5, 3%), Sinusitis and Otitis Media Acute 0.6%. Most of the antibiotics used were amoxicillin and cefadroxil. This study revealed 84.3% of improper antibiotics duration and factors affecting rationality, among others; lack ofa physian's dherence to clinical guideline, lack of pharmacist and monitoring evaluation of RUM implementation."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Masalah kesehatan respirasi merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Menurut WHO, beberapa masalah kesehatan respirasi yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia adalah pneumonia, tuberkulosis, asma dan PPOK. Dalam penelitian ini, masalah kesehatan respirasi dikaitkan dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan.
Penelitian menggunakan desain cross sectional dan diadakan di Kelurahan Petamburan. Pengambilan data dilakukan sejak 21 Januari 2012 ? 26 Januari 2012 dengan melibatkan 109 responden yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh adalah 5,06%. Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi baik untuk kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien (p=0,451), fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,237) maupun sistem administrasi (p=0,219).

Respiratory disease is an important health problem due to its high prevalence in Indonesia. According to WHO, several respiratory diseases of which prevalence are high in Indonesia are pneumonia, tuberculosis, asthma, and COPD. The goal of this research is to find out the association between respiratory disease and the satisfaction toward health-service.
This research uses the cross sectional design. It was held in Petamburan from January 21st - January 26th in 2012 by involving 109 respondents, chosen by consecutive sampling method. The data was collected by interviewing all respondents with a quesioner that has been validated.
The result shows the prevalence of respiratory diseases in rural area is 5,06%. There's no association between satisfaction toward health-service and the existence of respiratory disease in rural area either satisfaction toward the relationship between doctor-patient (p=0,451), toward health-care facilities (p=0,237), or administration system (p=0,219).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Triatmanto
"Penyakit respirasi merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia, menurut WHO setelah penyakit kardiovaskular, penyakit yang mematikan berikutnya adalah penyakit respirasi. Salah satu penyakit respirasi yang umum di Indonesia adalah tuberkulosis, dan angka kejadian tuberkulosis di Indonesia terus meningkat walau secara global angka kejadian tuberkulosis menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap dengan prevalensi penyakit respirasi yang terdiri dari PPOK, tuberkulosis, ISPA, batuk kronik, infeksi fungal, pneumonia, dan asma.
Desain penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, dimana perolehan data dilakukan pada tiga rumah susun yang mewakili rumah susun di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kuesioner sikap dan akan mewawancarai responden secara langsung. Responden pada penelitian ini berjumlah 120 orang. Beberapa hal lain yang ditanyakan antara lain penghasilan dan tingkat pendidikan responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa prevalensi penyakit respirasi dari 513 penduduk rumah susun adalah 41,9%. Secara berturut-turut dari masing-masing penyakit adalah ISPA 32,9%, TB paru 7,6%, PPOK 1,8%, asma 1%, infeksi fungal 0,8%, batuk kronik 0,6% dan pneumonia sebesar 0,2%. Berdasarkan hasil analisa data ditemukan bahwa sikap tidak memiliki hubungan bermakna dengan penyakit respirasi (p=0,928). Pendidikan serta penghasilan memiliki hubungan bermakna dengan sikap(p=0,005 dan p=0,029).

Respiratory diseases are one of the most deadly disease in the world, based on WHO, the second most deadly disease are respiratory diseases after the cardiovascular diseases as the most deadly diseases. One of the respiratory disease known well in Indonesia is the lung tuberculosis, and the insidence of this disease keeps rising although globally, the incidence of lung TB is going fewer. The purpose of this research is to seek the realtionship between attitude towards respiratory disease, and in this research, the respiratory diseases are COPD, lung TB, ARTI, chronic cough, fungal infection, pneumonia and asthma.
The study is using a cross-sectional method, whereas the data were collected from three flats that represent the flats in Jakarta.Questionnaire was used as the data collection method and the researcher interviewed each of the respondents. The total sample for this study is 120 respondents. Few other questions that were asked are the income and the educational level. In this study, the prevalence of the respiratory disease of 513 occupants in flats is 41,9%. Spesifically, the prevalence of each diseases are: ARTI 32,9%, TB 7,6%. COPD 1,8%, asthma 1%, fungal infection 0,8%, chronic cough 0,6%, and pneumonia 0,2%.
Based on the analytical results, the attitude has no correlation with the respiratory disease (p=0,928). The educational level and income have correlation with the attitude (p=0,005 and p=0,029)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reza Harbowoputra
"ABSTRAK
Penelitian ini mencari hubungan keadaan lingkungan rumah dengan tingkat
kejadian gangguan kesehatan pernapasan. Penelitian ini menggunakan metode
cross-sectional dengan pengambilan data memakai alat ukur fisika (luksmeter,
higrometer, termometer, meteran) dan wawancara langsung. Dari 97 responden
yang didatangi, 41,2% di antaranya memiliki pendidikan lulusan SMA dan 61,9%
di antaranya berpenghasilan bulanan di atas Rp 1.200.000. Keluarga yang
mengalami gangguan pernapasan ada 29,9% dari keseluruhan. Analisis chi-square
menunjukkan tiada hubungan yang bermakna antara tingkat kejadian gangguan
pernapasan dengan jenis lantai (p = 0,091), dinding (p = 0,065), luas ventilasi (p =
0,345), pencahayaan (p = 0,938), luas jendela (p = 0,133), kelembapan (p =
0,244), suhu (p = 0,960), lubang asap di dapur (p = 0,178), maupun dengan
kepadatan rumah (p = 0,945). Keakuratan alat ukur dan cara pemakaiannya sangat
berpengaruh pada hasil. Besar sampel yang ditentukan juga akan memberi
pengaruh pada hasil.

ABSTRACT
This study yearns to seek out any relation between house environment
characteristics and the incidence of respiratory problems. Cross-sectional method
was used, with the aid of physical measurement instruments (luxmeter,
higrometer, thermometer, measurement tape) and direct interviews. Of the 97
respondents met, 41.2 of them were high school graduates and 61.9% of them had
monthly incomes of Rp 1,200,000 or higher. Families with respiratory health
problems are 29.9% of all respondents. Chi-square analysis found that there is no
significant relation between the incidence of respiratory health problems and the
type of floor (p = 0.091), wall (p = 0.065), ventilation (p = 0.345), illumination (p
= 0.938), windows (p = 0.133), humidity (p = 0.244), temperature (p = 0.960),
kitchen smoke vent (p = 0.178), nor there is relation with house population
density (p = 0.945).;"
2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Nugroho
"Jakarta Pusat merupakan daerah dengan tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi sehingga emisi polutan dari kendaraan bermotor tinggi pula. Salah satu polutan tersebut suspended particulate matter (SPM) dapat dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, kelembaban relatif udara, suhu udara, dan kecepatan angin). Suspended particulars matter (SPM dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan asma.
Tujuan dari penelitian ini untnuk mengetahui keoenderungan konsentrasi SPM dan faktor meteorologi serta hubungan faktor meteorologi dengan prevalensi penyakit infeksi saluran pemapasan bagian atas dan asma di Jakarta Pusat tahun 2003 sampai dengan 2005.
Penelitian ini merupakan studi ekologi, yang mengaualisis data sekunder faktor meteorologi dan suspended particulate matter (SPM) dari badan meteorologi dan geofisika Jakarta dan data penyakit dari suku dinas kesehatan Jakarta Pusat berupa data penderita infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma pada puskesmas kelurahan di Jakarta Pusat tahun 2003-2005. Sampel dalam penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma per kelurahan per bulan. Analisis meliputi uji anova untuk mencari apakah ada perbedaan bermakna antar tahun diantara variabel yang diteliti. Analisis hubungan dilakukan dengan uji korelasi dan regresi.
Rata-rata konsentrasi suspended particulate matter untuk tahun 2003 sebesar 164,486 µg/m3 konsentrasi tertinggi pada bulan Juli sebesar 211,224 µg/m3 dan terendah sebesar 121,827 µg/m3 pada bulan Desember Rata-rata konsentrasi pada tahun 2004 sebesar 152,447 µg/m3 dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 288,022 µg/m3 dan terendah 108,067 µg/m3 pada bulan Januari, sedang pada tahun 2005 rata-rata konsentrasi sebesar 296,147 µg/m3 dan tertinggi pada Bulan Mei sebesar 296,147 µg/m3 dan terendah pada bulan Februari sebesar 82,788 gg/ma. Tidak ada perbedaan yang bennakna konsentrasi SPM antara tahun 2003, 2004 dan 2005.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2003 - 2005 adalah 28,461°C dengan suhu minimum sebesar 27,465 ?C dan suhu maksimum 29,048 °C. Curah hujan sebesar 163,831 mm, curah hujan minimum sebesar 18,800 mm dan mal-Lsirnum 422,933 mm, rata-rata hari hujan sebesar 11,773 hari, hari hujan minimum 3,333 hari dan maksimum 22,333 hari, Kelembaban udara rata-rata sebesar 74,069%, kelembaban minimum sebesar 68,669 % dan maksimum 80,312 %. Kecepatan angin rata-rata 2,394 knot, kecepatan angin minimum 2,144 knot dan maksimum 2,874 knot.
Hasil penelitian didapatkan prevalen infeksi saluran pemapasan akut bagian atas tertinggi di Jakarta Pusat pada 2003 terjadi pada bulan Juli sebesar 0,0165, tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,0185 dan pada tahun 2005 Bulan Agustus sebesar 0,0204 Kecenderungannya semakin naik dari tahun 2003 - 2005. Prevalensi asma di Jakarta Pusat yang tertinggi pada tahun 2003 pada Bulan Agustus sebesar 0,000843, dan pada tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,000930 dan pada tahun 2005 pada bulan Maret sebesar 0,000980. Kecenderungan prevalensi asma tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Hubungan antara SPM dengan faktor meteorologi secara bersama-sama diuji menggunakan analisis regresi linear ganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (R ) 0,319, artinya persamaan garis regresi yang dihasilkan dapat menerangkan 31,9 % variasi konsentrasi suspended particulate matter. Konsentrasi SPM = -2576,325 + 93,077 * suhu udara + 10,437 hari hujan + 1092,408 * kecepatan angin - 36,924 (suhu udara * kecepatan angin) - 4,940 (hari hujan * kecepatan angin) + e.
Hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan suspendend particulate matter bermakna dengan kekuatan hubungan lemah (r = 0,123) berarah positif. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut dapat dijelaskan oleh varibel suspended particulate matter sebesar 1,5 %, peningkatan konsentrasi suspended particulate matter sebesar satu satuan menaikkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian atas sebesar 0,00003 atau 3 per 100.000 penduduk.
Hubungan antara asma dengan suspended parriculate matter bermakna dengan dengan kekuatan hubungan yang Iemah (r = 0,078) berarah positif. Prevalensi asma dapat dijelaskan oleh variabel szupended particulate matter sebesar 0,6 %. Peningkatan suspended particulate matter satu satuan akan meningkatkan prevalensi asma sebesar 0,000013 atau 13 per 1.000000 penduduk.
Penanggulangan pencemaran SPM dapat ditempuh dengan pengawasan yang ketat terhadap gas buang kendaraan melalui uji emisi secara periodik serta pembatasan umur kendaraan yang beroperasi di jalan raya, bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kepadatan lalu-Iintas dnggi perlu mengambil waktu berlibur pada daerah yang tak terpolusi, untuk mengurangi pajanan yang terus-menerus, penyemprotan air secara periodik pada titik sumber debu saat musim kemarau seperti pada area pembangunan gedung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>