Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Widoyo
Jakarta: The Ford Foundation, 1998
899.22 BAM g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rooslain Wiharyanti
"Telaah terhadap dua naskah drama Jawa modern karya Bambang Widoyo Sp. yaitu Rol dan Leng yang diterbitkan dalam kumpulan naskah drama berjudul Gapit (diterbitkan pada tahun 1998 oleh Yayasan Bentang Budaya dibantu oleh Taman Budaya Surakarta dan The Ford Foundation). Tujuannya adalah untuk menemukan kritik-kritik sosial yang terdapat dalam Rol dan Leng. Pembahasan dibatasi menjadi suatu pemahaman terhadap tema drama Jawa Rol dan Leng berdasarkan sosiologi sastra. Tema dianalisis dengan suatu pendekatan intrinsik. Teori-teori yang dipergunakan yaitu teori drama Waluyo, Atar Semi, Luxemburg dan Oemarjati yang mengatakan bahwa drama adalah teks yang didominasi oleh dialog-dialog yang berisi tentang konflik-konflik manusia. Dasar dari drama adalah action dan acting karena pada dasarnya drama dibuat dengan tujuan untuk dipentaskan.
Analisis tema mempergunakan teori Bakdi Soemanto yang mengatakan terra sebagai pemikiran yang meliputi ide-ide dan emosi yang ditunjukkan oleh kata-kata dari semua karakter dan keseluruhan arti dari lakon atau drama itu sendiri. Selain itu juga teori Waluyo yang menggolongkan drama Rol dan Leng sebagai sosio drama yang beraliran realisme sosial. Teorinya juga dipergunakan dalam rekonstruksi alur. Proses analisis tema adalah sebagai berikut: 1) pemaparan tokoh; 2) pemaparan konflik antar tokoh; 3) rekonstruksi alur berdasarkan konflik yang terjadi; 4) penentuan tema berdasarkan puncak konflik. Setelah melalui tahapan tersebut diperoleh tema Rol yaitu penembakan buron tanpa jalur hukum, sedangkan tema Leng yaitu industrialisasi yang menekan rakyat kecil.
Hasil analisis tema tersebut kemudian dijadikan bahan untuk menentukan kritik-kritik sosial yang terdapat dalam Rol dan Leng. Penentuan tersebut berdasarkan pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori Damono yang mengatakan karya sastra mencerminkan persoalan sosial dan jika pengarangnya peka dapat memunculkan kritik-kritik sosial. Selain itu juga dipergunakan teori Wellek & Waren yang membatasi pembahasan sosiologi sastra ini dalam klasifikasi sosiologi karya sastra yang secara khusus mengenai tujuan dan amanat yang terdapat dalam suatu karya. Serta teori Ian Watt dalam Damono yang memberikan batasan pembahasan hanya dalam konteks sosial pengarang. Dalam tahapan ini, ditemukan kritik sosial dalam Rol yang secara umum tentang penembakan misterius Mau Petrus dan dalam Leng secara umum tentang industrialisasi pedesaan. Kritik-kritik sosial tersebut disampaikan secara langsung oleh Bambang Widoyo Sp. dalam dialog tokoh-tokohnya, melalui konflik yang terjadi, dan melalui tema."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Djambatan, [1985-1988]
899.222 SER I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wessels, Charlyn
Oxford: Oxford University Press, 1991
407 WES d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
W.S. Hasanuddin
Bandung: Angkasa, 2009
808.82 HAS d;808.82 HAS d (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Talha Bachmid
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Amanah, 2006
808.8 Ant
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
El Bram Apriyanto
"Peneliti membandingkan dua karya drama: Les Chaises karya Eugene Ionesco (Prancis) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia Kereta Kencana karya W. S. Rendra.Perbandingan dititikberatkan pada persamaan dan perbedaan kedua karya, dari persamaan dan perbedaan itu disimpulkan bahwa W. S. Rendra ternyata melakukan pengkhianatan. Artinya, ia tidak menerjemahkan dengan setia. Banyak elemen dalam Les Chaises absen dalam Kereta Kencana, sebaliknya banyak elemen dalam Kereta Kencana absen dalam Les Chaises.

Abstract
Researcher compares two plays: Les Chaises of Eugene Ionesco (France) and it's translated version in bahasa Indonesia Kereta Kencana of W. S. Rendra. The focus of comparison is to find similiarity and difference between both plays, based on those things researcher then concludes that W. S. Rendra did a treason on this work of translation. Means that he did tranlate not faithfully. There are lot of elements in Les Chaises that are absent in Kereta Kencana, vice versa there are lot of elements in Kereta Kencana absent in Les Chaises. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pfister, Manfred
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1993
801.952 PFI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susilastuti Sunarya
"Kedatangan pemukim kulit putih pertama di Australia tahun 1788 tidak hanya membawa serta budaya Inggris, termasuk sastra tulis dan genrenya, tetapi juga diwarnai dengan friksi antara para pendatang dengan masyarakat Aborijin yang merupakan penduduk pribumi. Drama di Australia dimulai dengan datangnya penduduk kulit putih yang sebagian besar terdiri dari para narapidana. Selain sebagai sarana hiburan, lakon-lakon yang dipentaskan pada masa koloni penjara tersebut memiliki fungsi didaktis sebagai sarana mengajarkan moral dan cara hidup yang baik kepada para narapidana.
Dengan dihapuskannya koloni penjara dan datangnya masa pendulangan emas muncullah kemudian lakon-lakon melodrama dengan tokoh utama yang dikenal luas oleh masyarakat di daerah sekitar tambang emas seperti tokoh digger, new chum, dan sebagainya. Melodrama masa itu umumnya mengisahkan keberhasilan tokoh Australia serta keunggulan mereka dalam segala hal dari tokoh yang datang dari Inggris; latar yang ditampilkan adalah latar Australia yang akrab dengan penonton. Tema seperti ini merupakan suatu perwujudan upaya para dramawan native born-sebutan bagi orang kulit putih kelahiran Australia-untuk melepaskan diri dari pengaruh Inggris dan menghasilkan drama yang berciri Australia (Kramer, ed., 1981: 190). Adapun sisi Australia yang ditampilkan dalam melodrama masa itu lebih berfokus pada penampilan latar dan tokoh yang Australia dan yang kesemuanya lebih bersifat kasat mata; unsur pendalaman tokoh dalam karakterisasi belum banyak dikupas. Masa pendulangan emas ini juga merupakan masa emas bagi kelompok-kelompok teater yang berkeliling dari satu kota ke kota lainnya dan dari daerah tambang emas satu ke daerah tambang emas lainnya sambil mementaskan karya-karya dramawan Australia.
Berlalunya masa pendulangan emas dan munculnya film bisu lama kelamaan semakin menggeser kedudukan teater sebagai sarana hiburan bagi masyarakat umum. Di samping itu, kejenuhan masyarakat akan tema dan tokoh-tokoh lakon melodrama yang senantiasa sama juga berperan dalam membawa kesurutan popularitas teater.
Tahun-tahun selanjutnya tidak menghasilkan drama yang istimewa. Kelompok-kelompok teater yang masih bertahan lebih banyak berpusat di kota-kota, yang masyarakatnya lebih makmur dan mampu menikmati hiburan seperti teater, dan lebih banyak berupa pemeritasan ulang dari karya-karya drama klasik Inggris seperti karangan Shakespeare.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
D483
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>