"Topik penelitian ini ialah preposisi lokatif bahasa Indonesia. Pada preposisi bahasa Indonesia melekat beberapa masalah yang harus dipecahkan, yaitu penentuan preposisi lokatif yang ada dalam bahasa Indonesia dan klasifikasinya, deskripsi makna preposisi lokatif, pelepasan dakam konstruksi lokatif, dan tipe pola frasa preposisional lokatif.Penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif dengan menggunakan laras jurnalistik sebagai data. Sumber data penelitian ialah surat kabar Kompas dan majalah Tempo pada tahun 2003-2006. Korpus data penelitian ialah kalimat yang memiliki konstruksi lokatif, yang terdiri atas tiga unsur, yaitu subjek preposisi, preposisi lokatif, dan objek preposisi. Kajian ini menggunakan ancangan semantik kognitif, terutama dalam deskripsi makna preposisi lokatif melalui skema citra (image schema).Penelitian ini menemukan 25 preposisi lokatif bahasa Indonesia, yang dapat diklarifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu preposisi simpleks dan kompleks. Preposisi simpleks memiliki dua subkelompok, yaitu preposisi simpleks sejati, yang terdiri dari tiga preposisi: di, ke, dan dari (hlm. 77) dan preposisi simpleks hasil proses gramatikalisasi yang terdiri atas empat preposisi: pada, sampai, hinggam lewat (hlm. 81). Sementara itu, preposisi kompleks dapat diklarifikasi lagi menjadi tiga subkelompok, yaitu preposisi kompleks berafiks: preposisi yang berakfis meng (menuju) dan berafiks meng-i (melalui) (hlm. 89), preposisi kompleks gabung, yang terdiri dari enam preposisi berdampingan: sampai di, sampai ke, hingga di, hingga ke, mulai dari, dan menuju ke (hlm. 93), dan sepuluh preposisi kompleks berkolerasi: dari...ke..., dari...menuju..., dari...sampai..., dari...hingga..., mulai dari...sampai..., mulai dari...hingga..., dari...sampai ke..., dari...hingga ke..., mulai dari...sampai ke..., dan mulai dari...hingga ke... (hlm.95). Di samping itu, ditemukan adanya 33 nomina kolatif yang dapat bergabung dengan peposisi sejati, yang menghasilkan 88 kombinasi. Di antara ke-33 nominasi lokatif itu, ada tujuh nominasi lokatif yang dapat muncul tanpa kehadiran preposisi sejati, yaitu dalam, sekitar, sepanjang, seputar, sekeliling, dekat dan antara. Di antara tujuh nominasi lokatif itu, hanya empat yang dapat digunakan untuk menyatakan makna temporal, yaitu dalam, sepanjang, sekitar, dan antara.Penelitian ini menemukan adanya lima makna preposisi lokatif bahasa Indonesia, yaitu makna keberadaan, tujuan, asal lokasi, lintasan, dan jarak. PrepL di dan pada menyatakan skema ; PrepL ke, menuju, sampai/hingga(ke/di), dan menuju ke menyatakan skema ; PrepL dari, menyatakan , PrepL melalui dan lewat menyatakan , dan prepL dari...menuju(ke)/hingga/sampai(ke)... menyatakan skema . Sementara itu, makna NL dapat ditinjau berdasar pembedaan nomina lokatif beraksis dan nonaksis.Dalam konstruksi lokatif, pelepasan dapat terjadi pada preposisi lokatif, nomina lokatif, dan nomina sebagai objek preposisi. Preposisi yang dapat mengalami pelesapan ialah preposisi sejati: di, ke dan dari. Pelesapan preposisi itu terkadi secara gramatikal pada konstruksi koordinatif aditif atau alternatif. Nomina lokatif yang dapat mengalami pelesapan ialah dalam dan atas. Pelesapan nominasi sebagai objek preposisi terjadi baik secara anaforis maupun kataforis, sedangkan pelesapan preposisi lokatif terjadi secara anaforis.Ada dua tipe pola frasa preposisional lokatif bahasa Indonesia, yaitu preposisi lokatif + nomina/frasa nominal dan preposisi lokatif + Pronomina penunjuk tempat. Semua subkategori nomina dapat hadir sebagai salah satu pengisi objek preposisi dalam konstruksi lokatif. This research is a consideration of the locative preposition in Indonesian language. Focused upon are the detenuination, classification, and meaning of these prepositions as well their phrase patterns and deletion in locative construction.This descriptive qualitative research utilized print media - Kompas, a daily newspaper, and Tempo, a magazine, published during the period form 2003 to 2006. The resulting data consists of sentences which have locative constructions consisting of three elements - preposition subject, locative prepositions, and preposition object. This study utilizes a cognitive semantics approach, especially when it is used for describing the meanings of locative prepositions through image schema.The findings of the research highlight 25 locative prepositions in the Indonesian language which can be classified into two major categories - simplex and complex. Simplex prepositions have two sub-categories - true simplexes which consist of the three prepositions di, ke, and dari (p.77) and simplexes which undergo grammatical variation and consist of the four prepositions pada, sampai, hingga, and Iewat (p. 81). On the other hand, complex prepositions can be classified into three sub-categories - affixation of complex prepositions with the affixed prepositions being meng- (menuju) and meng-i (melalui) (p.89), conjoint complex prepositions consisting of the six complex prepositions sampai di, sampai ke, hingga di, hingga ke, mulai dari, and menuju ke (p.93), and the ten correlated complex prepositions dari...ke..., dari...menuju..., dari....sampai..., dari...hingga..., mulai dari....sampai..., mulai dari...hingga..., dari...sampai ke..., dari...hingga ke..., mulai dari...sampai ke..., and mulai dari..hingga ke... (p.95). In addition, there are 33 locative nouns able to be jointed with true prepositions to form 88 combinations. 7 of 33 locative nouns - dalam, sekitar, sepanjang, seputar, sekeliling, dekat, and antara - are able to exist without true prepositions. Also, only 4 of 7 - dalam, sepanjang, sekitar, and antara - can be used for temporal meaning.This research points out 5 determinants for locative prepositions in the Indonesian language - , , , , and . Conforming to the locative prepositions form, di and pada signal . Confomiing to the locative prepositions form, ke, menuju, sampai/hingga (ke/di), and menuju ke signal . Conforming to the locative prepositions form, darf, signal . Conforming to the locative prepositions form, melalui and Iewat signal . Finally, conforming to the locative prepositions form, dari... menuju (ke) / hingga/sampai (ke). .. signal . It is noted that the respective meanings of locative nouns can be considered to be based on the differences between the axis locative nouns and non-axis locative nouns.In locative constructions, deletions can happen in locative prepositions, locative nouns, and nouns functioning as the object of the preposition. Prepositions which underwent deletions were the true prepositions di, ke, and dari. Deletions of these prepositions happen grammatically in the construction of the coordinative additive or the altemative. Locative nouns that undergo deletion are dalam and aras. Deletion of nouns Emctioning as the object of the preposition happens in anaphoric and cataphoric constructions whereas deletion of the locative preposition happens in anaphoric constructions.There were two types of locative propositional phrase patterns in the Indonesian language - locative prepositions + nouns/noun phrases and locative prepositions + category of pronouns of place. All sub-categories of nouns could exist as one of the parts of the object of the preposition in locative construction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
D645
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
"Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, masing--masing bangsa merasa perlu untuk menjalin hubungan dengan dunia luar, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Hal ini merupakan salah satu alasan adanya kegiatan penterjemahan di semua negara. Tujuan dari kegiatan penterjemahan antara lain adalah sebagai alat menuju pada kemajuan tehnologi mo_dern, sebagai alat komunikasi dengan bangsa-bangsa lain dan juga untuk memperkenalkan kebudayaan dan cita-cita hi_dup suatu bangsa kepada bangsa lain. Yang dimaksud dengan penterjemahan adalah kegiatan untuk menghasilkan kembali amanat (message) yang dinyatakan dalam bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) dengan menggunakan padanan terdekat dan wajar (the closest natur_al equivalent) dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa) (Nida & Taber, 1969:12). Dengan demikian penterjemah bertindak sebagai penerima BSu dan sekaligus sebagai pengirim BSa. Hal ini menyebabkan seorang penterjemah harus me_nguasai BSu dan BSa sebaik-baiknya serta mengetahui latar belakang budaya BSu dan BSa agar dapat benar-benar memahami amanat yang terkandung dalam BSu untuk mencari padan_an yang terdekat dan wajar dalam BSa. Pada hakekatnya masalah pokok dalam penterjemahan adalah masalah perpadanan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14363
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Preposisi en dalam bahasa Perancis dapat mengantarkan beberapa macam fungsi. Timbul masalah bagaimana perwujudan perpadanan preposisi en dalam bahasa Indonesia sesuai dengan fungsi dari konstituen yang diantarnya. Tujuan penelitian ialah untuk memperoleh deskripsi terjemahan preposisi en dari bahasa Perancis ke dalan bahasa Indonesia.Metode yang dipakai ialah metode penelitian korpus. Korpus terdiri dari 6 buah karya bahasa Perancis beserta terjemahannya. Dari hasil penelitian dijumpai 519 preposisi en. Perinciannya ialah 102 en pengantar keterangan waktu, 97 pengantar keterangan cara, 10 pengantar keterangan sarana, 200 pengantar keterangan tempat, 55 pengantar atribut, 27 pengantar pelengkap nomina, 28 pengantar objek tak langsung. Dari keseluruhan jumlah tersebut, 371 berpadanan formal dan 148 berpadanan zero (0)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14493
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Dalam setiap proses penerjemahan selalu kita temui adanya hambatan. Salah satu penyebab adanya hambatan ini adalah sistem bahasa yang satu dengan yang lain tidak selalu sama. Hambatan dalam penerjemhaan ini dapat menyebabkan munculnya varasi padanan. Demikian pula pada proses penerjemahan preposisi di, dari BI ke BP ditemui juga variasi padanan. Variasi padanan inilah yang menyebabkan penerjemahan preposisi di ke dalam BP menarik untuk diteliti. Dalam skripsi ini diteliti padanan preposisi di yang muncul dalam BP, bagaimana probabilitasnya dan pergeseran apa saja yang terjadi. Untuk melakukan penelitian ini, data diambil dari lima buah cerita pendek BI yang telah diterjemahkan ke dalam BP. Dan sebagai dasar dari penelitian ini digunakan teori-teori dari wawasan terjemahan, yang terdiri dari teori perpadanan, pergeseran serta probabilitas; dan teori dari wawasan sintaksis, yang terdiri dari tataran sintaksis, teori mengenai preposisi dalam BI, khususnya preposisi di dan teori mengenai preposisi dalam BP. Data yang terkumpul dari lima buah cerita pendek tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu yang padanannya muncul dan yang padanannya tidak muncul. Pada kelompok preposisi yang padanannya muncul preposisi di dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi yang dihantarkannya: fungsi keterangan tempat dan fungsi keterangan waktu. Baik pada kelompok preposisi di yang padanannya mucul maupun yang padanannya tidak muncul, data dikelompokkan lagi berdasarkan bentuknya: preposisi dasar dan preposisi turunan di. Kemudian dianalisis pula pergeseran apa saja yang terjadi. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa munculnya variasi padanan pada preposisi dasar di disebabkan oleh konteks yang ada sebelum atau sesudah preposisi di. Pada preposisi turunan di variasi padanannya selain disebabkan oleh konteks, disebabkan pula oleh adanya sinonim dari padanan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14495
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Untuk mengatasi kesimpangsiuran dan ketidakseragaman penggunaan preposisi dalam bahasa Indonesia, perlu kiranya diteliti sistem sintaktis dan semantis bahasa yang berkaitan dengan penggunaan preposisi. Bilamanakah dan preposisi apakah yang wajib digunakan sesudah verba tertentu. Sebagai langkah awal, penelitian ini dibatasi pada verba asal dan verba berprefiks ber-.Secara teoretis, hasil penelitian berupa kaidah penggunaan preposisi. Secara praktis, hasil penelitian berupa daftar verba dengan pasangan preposisinya.Penelitian ini bersifat kualitatif dan dilakukan dengan memetik kalimat yang mengandung verba asal berpreposisi atau verba berprefiks ber- berpreposisi. Setelah itu dilakukan analisis semantis dan sintaktis untuk membuktikan apakah suatu preposisi wajib hadir atau dapat dilesapkan (tidak wajib hadir) tanpa mengubah makna kalimat yang bersangkutan.Hasil analisis memperlihatkan bahwa preposisi yang wajib hadir dituntut oleh (a) makna verba, (b) ciri semantis nomina yang terdapat sesudah preposisi, (c) ciri semantis subjek, dan (d) tunggal atau jamaknya subjek. Bertolak dari hasil tersebut, disusunlah daftar verba asal dan verba berprefiks ber- bersama pasangan preposisinya yang wajib atau tidak wajib. Daftar tersebut diharapkan dapat membantu Para penutur bahasa Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library