Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sweeney, Matthew
London: Boston Faber and Faber, 1992
812.914 SWE f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Yong Taek
Korea Seoul: Silcheon Moon Hak, 2005
KOR 895.71 KIM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mok, Il-sin
Korea, Seoul: Mun Hak Dong Nea, 2003
KOR 895.71 MOK n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gweon, O-sun
Korea, Seoul: Mun Hak Dong Nea, 2003
KOR 895.71 GWE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wahyudi
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
808.81 IBN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ann Arbor: The University of Michigan, 1998
801.951 CLA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Philips Abdullah
"Tema kematian sering diangkat dalam karya sastra. Dalam sejarah kesusastraan dunia, tema ini sudah ada sejak zaman kuno. Dalam kesusastraan Indonesia modern, Subagio Sastrowardoyo adalah salah seorang penyair yang sering mengangkat tema kematian. Tercatat sejak awal proses kreatifnya hingga akhir hayatnya tema ini selalu muncul dalam karyanya. Bahkan dalam sajak bertema lain pun, masalah kematian kerap membayangi.
Dan sekian banyak karya Sastrowardoyo, lima di antaranya, yaitu "perpisahan", "Matinya Pandawa yang Saleh", "Tamu", "Pertanyaan Bocah", dan "Sufi" dipilih untuk dijadikan obyek penelitian dalam tesis ini. Adapun masalah yang diangkat adalah tentang bagaimana tema kematian disajikan dalam sajak-sajak tersebut. Untuk menunjang analisis, akan digunakan kajian semiotika berdasarkan aspek sintaksis, semantis, dan pragmatisnya.

The theme of death frequently is written in the literary works. In the literary world history, this theme has been since ancient age. In modern Indonesian literature, Subagio Sastrowardoyo is one of the poets who frequently write it. It has been recorded since he began his creativity process until the end of his life this theme usually exists in his works. Even in another theme of his poems, the death often reflects them.
Among Sastrowardoyo's poems, five of them, are "Perpisahan", "Matinya Pandawa yang Saleh", "Tamu", "Pertanyaan Bocah", and "Sufi" chosen to be the objects of the research in this thesis. The problem is how the theme of death is presenting in the poems. Theory of semiotics is used to support the analysis base on their syntactic, semantic, and pragmatic aspects."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Tjahjandari
"Antologi Von einem Land and vom anderen menampilkan puisi-puisi bertema penyatuan kembali Jerman dan puisi-puisi yang diciptakan sebelum Jerman bersatu. Dalam tesis ini akan diteliti gambaran bangsa Jerman sebelum penyatuan yang dibangun oleh puisi-puisi yang tercipta sebelum Reunifikasi Jerman dan gambaran bangsa Jerman setelah penyatuan yang dibangun oleh puisi-puisi setelah masa penyatuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori analisis diskursus menurut Jurgen Link. Mula-mula puisipuisi yang dipilih sebagai korpus dianalisis dalam tataran diskursus sastra untuk mendapatkan strukur simbol. Kemudian analisis diperluas menjadi analisis antar diskursus, dalam hal ini adalah diskursus bangsa melalui analsisis simbol kolektif yang terdapat dalam masyarakat Jerman.
Dari hasil penelitian puisi-puisi sebelum penyatuan diperoleh gambaran yang berbeda pada masa sebelum dan sesudah penyatuan. Pada saat Jerman masih terbagi perasaan satu bangsa masih dirasakan oleh masyarakat kedua Jerman. Pada saat Jerman bersatu kembali gambaran yang muncul adalah keutuhan wilayah Jerman secara politis namun sebagai bangsa, Jerman mengalami banyak kesulitan untuk saling memahami antar wilayah eks RDJ dan RFJ."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shobichatul Aminah
"Penelitian mengenai unsur romantisisme dalam puisi Takamura Kootaroo ini berangkat dari masalah bagaimanakah perkembangan romantisisme dalam sejarah kesusastraan Jepang dan unsur romantisisme apakah yang terdapat dalam kebanyakan puisi Takamura Kootaroo, serta makna apakah yang tersirat dalam puisi Takamura Kootaroo.
Untuk menjawab masalah tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sastra untuk menjelaskan tentang perkembangan gerakan romantik dalam kesusastraan Jepang, serta menggunakan pendekatan ekspresif yang dikemukakan oleh Abrams, yang memandang karya sastra sebagai produk dari pikiran dan perasaan pengarang. Untuk itu dalam analisisnya karya sastra sama sekali tidak dipisahkan dengan pengarang, termasuk dengan latar belakang sosial dan budayanya.
Ada tiga fase perkembangan gerakan romantik dalam kesusastraan Jepang, yaitu Bun'gaku Kai (1893-1898), Myoojoo (1899-1908), dan Subaru (1909-1913). Sedangkan unsur romantisisme yang dapat ditemukan dalam puisi Takamura Kootaroo antara lain; puisinya menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana serta mengungkapkan pikiran serta perasaannya secara spontan, pemberontakannya terhadap bentuk formal yang juga merupakan pencerminan dari pemberontakannya terhadap sistem tradisional yang mapan, khususnya sistem keluarga yang berlaku pada masa pemerintahan Meeji,serta apresiasinya yang mendalam tentang alam yang membawanya pada sebuah perjalanan spiritual yang dilandasi oleh kerinduannya untuk menyatu dengan alam.
Dari makna yang tersirat dalam puisi Kootaroo juga ditemukan pesan moral untuk saling menghormati antar sesama manusia dan seluruh mahluk yang hidup di alam, serta anjurannya agar manusia dapat membaca tanda-tanda yang diberikan oleh alam agar dapat memahami kebenaran."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T10884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rijati Wardiani
"LATAR BELAKANG
Dari zaman ke zaman, dunia sastra semakin berkembang. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi serta pemikiran manusia. Sebagai suatu karya yang dihasilkan manusia dan berobjek manusia, sastra dengan sendirinya mengikuti arus perkembangan ini.
Perkembangan dunia sastra dalam bidang drama, prosa maupun puisi sangat pesat. Konvensi dan aturan-aturan yang melekat pada ketiga bidang sastra tersebut berubah dari waktu ke waktu; suatu perubahan yang ditentukan oleh manusia yang menciptakannya dan keadaan dunia yang mengelilingi manusia.
Dalam bidang puisi, perkembangan juga terjadi. Para penyair yang sebelumnya menulis dalam bentuk-bentuk tradisional, seperti pantun dengan aturan-aturan serba ketat, sedikit demi sedikit mulai meninggalkan ciri lama tersebut. Pada pantun misalnya, kita melihat adanya makna yang tersurat, rumus sajak dan jumlah baris yang teratur, dan pemilihan kata yang masih sangat sederhana dan memakai diksi yang umum.
Meskipun terdapat penyair yang masih menggunakan bentuk-bentuk tradisional, banyak juga penyair yang semakin hari semakin meninggalkan aturan-aturan yang kaku dan mengikat. Sebagai gantinya, para penyair tersebut menulis sajak dalam bentuk yang bebas. Mereka semakin menjauh dari aturan-aturan dan mengekspresikan sebebas mungkin perasaannya dalam berbagai bentuk puisi. Akibat dari kebebabasan berekspresi ini adalah ditemukannya berbagai bentuk sajak inovatif yang seringkali "aneh" bagi orang awam. Bermunculanlah sajak-sajak berbentuk prosa atau bahkan berbentuk gambar atau lukisan.
Sajak-sajak berbentuk gambar yang juga disebut sebagai sajak konkret misalnya, adalah jenis puisi yang menonjolkan bentuk visualnya. Para penyair puisi konkret menyusun huruf-huruf dan kata-kata dalam suatu bentuk atau objek tertentu. Hal yang akan langsung tertangkap oleh mata adalah suatu gambar benda tertentu."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>