Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damais, Louis-Charles
Paris: [publisher not identified], 1962
913.926 DAM e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khoiriyah
"Krtanagara dikenal sebagai raja Singhasari terakhir. Berita tertulis yang selama ini memuat namanya agak panjang lebar adalah Kakawin Nagarakrtagama dan Kitab Pararaton. Diantara raja-raja yang memerintah di Sinhasari, Krtanagara adalah raja yang paling banyak mengeluarkan prasasti. Sekalipun demikian, keterangan yang diperoleh, belum dapat mengungkap secara lengkap tentang kejadian di masa pemerintahannya. Prasasti Rameswarapura yang dibahas di sini mempunyai beberapa keistimewaan bila dibanding dengan prasasti Krtanagara yang lain. Keistimewaannya antara lain, Prasasti Rameswarapura berangka tahun sama dengan salah satu berita yang ada dalam Kakawin Nagarakrtagama dan Pararaton, yaitu yang menyebutkan bahwa pada tahun 1197 Saka, Krtanagara melakukan ekspedisi ke Malayu. Selain itu, prasasti ini prasasti satu-satunya pasa masa Krtanagara yang memuat rincian pemberian pasok pagoh kepada raja dan pejabat-pejabatnya. Pejabat-pejabat yang menerima hadiah, antara lain Bhatara Sri Narasinhamurti. Nama tokoh ini ada dalam Kitab Pararaton, sebagai pendamping Wisnuwarddhana dalam memerintah negara. Dia juga dikatakan meninggal pada tahun yang sama dengan Wisnuwarddhana yaitu tahun 1190 S (1268 M). Dengan ditemukannya prasasti ini, berarti dapat memberikan data baru bahwa tokoh Bhatara Sri Narashihamurtti sampai tahun 1197 S masih hidup. Selain itu dalam pasok pagoh disebut juga tokoh Mapanji Anragani. Tokoh ini juga disebut dalam Pararaton sebagai patih Krtanagara yang meninggal bersama_-sama dengan Krtanagara pada saat terjadi serangan dari Jayakatwang. Dengan demikian, berdasarkan Prasasti Rameswarapura dapat diketahui bahwa tokoh ini benar-benar pernah hidup pada masa Krtanagara. Prasasti Rameswarapura juga menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinana siapakan leluhur Krtanagara yang didharmakan di Rameswarapura. Karena kurangnya data yang diperlukan, sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan pasti. Semoga dengan ditemukan data yang lebih lengkap di kemudian hari, pertanyaan itu dapat terjawab, sehingga dapat memberikan data baru bagi penulisan sejarah kuna Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
"ABSTRAK
Sampai saat ini penulisan sejarah Indonesia belum dapat dilakukan secara tuntas. Hal itu disebabkan ada beberapa periode yang sumber sejarahnya sangat kurang. Jadi dengan sendirinya gambaran yang menyeluruh dan jelas tidak dapat diperoleh.
Salah satu periode sejarah kuna Indonesia yang sampai sekarang belum dapat dituliskan dengan jelas adalah bagian permulaan kerajaan Mataram kuna. Kerajaan itu berkembang sejak ke-8 sampai akhir abad ke-10 dengan pusatnya di daerah Mdang di wilayah Poh Pitu.
Menurut sebagian ahli kerajaan itu diperintah oleh dinasti Saijaya dan Sailendra. Hamun pendapat itu dibantah oleh sebagian ahli lainnya, yang mengatakan bahwa hanya ada satu dinasti yang memerintah di kerajaan Mataram yaitu dinasti Sailendra. Tidak ada kata sepakat hingga saat itu mengenai hal itu.
Sehubungan dengan itu penelitian ini berusaha maninjau kembali masalah dinasti Sanjaya dan Sailendra yang memerintah di Jawa Tengah pada abad ke-8 sampai ke-10, dengan jalan meninjau dan mentafsirkan kembali sumber yang ada. Penelitian ini menggunakan sumber prasasti yang telah
diterbitkan oleh J.L.A. Brande dalam bukunya '0ud~Javaansche Oorkonden' dan buku J.G. de Casparis 'Prasasti Indonesia I/II' prasasti yang belum diterbitkan.
Sebagai langkah awal dilakukan kajian kapustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Terhadap prasasti yang belum diterbitkan dilakukan pengalih aksaraan dan terjemahan agar bisa bisa diperoleh gambaran tentang isinya. Sedangkan prasasti-prasasti yang telah diterbitkan diusahakan membaca kembali prasasti dan terjemahannya. Setelah melakukan kritik dan analisa terhadap sumber-sumber itu, lalu dilakukan interpretasi dan menuliskannya dalam bentuk cerita sejarah yang mudah dimengerti.
Temuan baru yaitu prasasti Wanua Tengah 3, yang diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai hal itu, ternyata menambah rumit persoalan. Hal itu di sebabkan karena tokoh yang disebut dalam prasasti Wanna Tengah 3 berbeda dengan tokoh yang disebutkan di dalam prasasti Mantyasih, padahal kedua prasasti itu dikeluarkan oleh raja yang sama. Dari hasil telah kembali sumber-sumber sejarah yang ada ternyata cenderung membenarkan pendapat adanya dua dinasti yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra, bahkan mungkin lebih.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Purnamasari
"Sambandha merupakan salah satu unsur dari prasasti sīma, yaitu prasasti yang memperingati sebuah tanah dijadikan sīma. Sambandha merupakan alasan atau sebab dari sebuah peristiwa yang pada akhirnya diabadikan dalam sebuah prasasti. Hal yang unik adalah rupanya sambandha tidak hanya ditemukan pada prasasti sīma, namun juga pada prasasti jayapatra dan prasasti pajak. Sambandha dari ketiga jenis prasasti tersebut memiliki perbedaan dalam hal fungsi, ragam, dan cara penganugerahannya. Akan tetapi ketiganya sama-sama berfungsi mengantarkan alasan dibalik peristiwa yang diabadikan dalam prasasti. Dinamika masa pemerintahan Balitung berkembang dalam setiap periode. Berdasarkan sambandha dari prasasti-prasastinya, masa pemerintahan Balitung sangat penuh dinamika dan gejolak terutama pada akhir-akhir pemerintahannya.

Sambandha is one element of the inscription sima, the inscription commemorating a land made sima. Sambandha is the reason or the cause of an event which in turn perpetuated in an inscription. The unique thing is apparently sambandha not only found in the inscriptions sima, but also the inscriptions jayapatra and inscriptions oftaxes. Sambandha of the three types of inscriptions may have differences in terms of function, range, and how it is given. However, they have in common is to deliver the reasons behind the events warned in inscriptions. The dynamics of Balitung reign developing in every period. Based sambandha from his inscriptions, Balitung reign is full of dynamics and turbulence, especially in the late reign."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43006
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damais, Louis-Charles
Jakarta : Ecole Francaise d'Extreme-Orient , 1995
930.1 DAM e (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Damais, Louis-Charles
[T.t.] [T.p.] [t.th.]
913.926 D 33 e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejarah Majapahit dimulai dengan jatuhnya kerajaan Singhasari dan kembalinya (untuk sementara) kekuasaan politik di Jawa ketangan keluarga raja-raja Kediri, setelah hampir tiga perempat abad lamanya beralih ketangan keluarga raja-raja yang berkedudukan di Singhasari. Akan tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama, sebab dengan direbutnya kekuasaan Kediri, itu oleh Raden Wijaya yang pada hakekatnya keturunan Singsari, kekuasaan Kediri dapat dipatahkankembali. Dengan dipatahkannya kekuasaan keluarga raja-raja kKediri itu untuk selam-lamanya, tahta kerajaan Jawa pun jatuh ketangan Raden Wijaya sepenuhnya. akan tetapi tradisi tidak pernah mengagap Raden Wijaya/Krtarajaan sebagai pendiri dari suatu Dinasti baru, demikian pula kerajaan Majapapahit selalu dirasakan sebagai lanjutan dari kerajaan Singhasari. Dari tradisi pula kita mengetahuai bahwa pendiri dinasti dan kerajaan Singhasari adalah Rajasa, salah satu tokoh yang sejak munculnya karangan-karangan Prof. Dr. C.C Berg disangsikan adanya. Disusunnya skripsi ini untuk mencari kenyataan sejarah terhadap tokoh tersebut dan hubungannya dengan raja Kratarasajayawarddhana, pendiri kerajaan Majapahit."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1960
S11330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teksnya berisi tentang kisah kerajaan Singasari, dimulai dari Ken Arok sampai dengan Prabu Kertawijaya yang menjadi raja menggantikan raja putri Suhita di Majapahit. Teks ini juga menyebutkan nama-nama raja di Tumapel dan Majapahit. Asal koleksi R. M. Sajid. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Dhandhanggula; 2. Sinom; 3. Pangkur; 4. Durma; 5. Dhandhanggula; 6. Megatruh; 7. Durma; 8. Dhandhanggula; 9. Asmarandana; 10. Mijil; 11. Pangkur; 12. Kinanthi; 13. Sinom; 14. Asmarandana; 15. Dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.6-KS 88
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati
Jakarta: Museum Nasional, 2005
726.1 END c;726.1 END c (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Aryanto
"Prasasti sebagai sumber sejarah kuna mempunyai kualitas yang tinggi, dan merupakan sumber yang dapat dipercaya, karena apabila diteliti dengan seksama isinya dapat memberikan gambaran yang amat menarik tentang struktur kerajaan, birokrasi, kemasyarakatan, perekonomian, agama, kepercayaan, dan adat istiadat di dalam masyarakat Indonesia Kuna. Sejumlah besar prasasti banyak yang belum diteliti secara tuntas. Sebagian besar prasasti diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya raja, itu pun tidak seluruhnya lengkap. Beberapa diantaranya dilengkapi dengan terjemahan, namun telaah atas isinya belum banyak dilakukan. Prasasti Munggut telah lama ditemukan dan muncul pertama kali dalam satu laporan yang terbit pada tahun 1887, namun hingga saat ini belum ada yang membahasnya secara khusus dan tuntas. Sehubungan dengan hal tersebut maka suatu kajian awal terhadap prasasti merupakan tema dalam skripsi ini. Mengingat pentingnya prasasti sebagai salah satu sumber sejarah kuna dan sekaligus berfungsi sebagai historiografi, maka harus dilakukan telaah terhadap isi prasasti Munggut, yaitu mencoba mengetahui latar belakang sebab-sebab dikeluarkannya prasasti Munggut oleh raja Airlangga, dan juga mencoba memberikan gambaran aspek-aspek kehidupan masyarakat pendukungnya saat prasasti Munggut ini dikeluarkan. Tetapi yang lebih penting pada awal penelitian skripsi ini adalah memecahkan persoalan pertanggalan yang dibaca secara berbeda-beda oleh beberapa sarjana. Apakah prasasti Munggut ini dikeluarkan tahun 944 S atau 955 S. selain itu ada hal yang menarik di dalam prasasti Munggut ini, yaitu penyebutan tanda rakryan ri pakirakiran makabehan sebagai golongan pejabat. Penyebutan itu tidaklah umum pada masa Airlangga, dan diketahui pula bahwa belum ada prasasti Airlangga lainnya yang telah diterbitkan hasil penelitiannya menyebutkan istilah tersebut. Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam skripsi ini menyatakan bahwa prasasti Munggut memiliki angka tahun 944 S. hal ini didasarkan pada hasil pengajian terhadap fisik prasasti dan isi prasasti, yang lazim disebut dengan kritik ekstern dan intern, suatu bagian dari urutan metode penelilian yang biasa digunakan dalam ilmu sejarah, Sedangkan masalah penyebutan istilah tanda rakryan ri pakirakiran yang disebut dalam prasasti Munggut kemungkinannya merupakan bentuk istilah baru yang belum umum digunakan pada masa Airlanngga, terutama prasasti-prasastinya. kemungkinan lain muncul dari penyebutan istilah tanda ri pakirakiran tersebut, yaitu bahwa istilah itu telah dipergunakan terlebih dahulu oleh masyarakat Bali Kuna yang merupakan tanah asal kelahiran Airlangga untuk kemudian dibawa dan diperkenalkan oleh Airlangga ke tanah Jawa, khususnya Mataram Kuna pada masa pemerintahannya. Hal ini didapatkan melalui perbandingan terhadap prasasti-prasasti dari masa Bali Kuna. Namun hal ini masih perlu banyak diteliti kembali, karena masih diperlukan banyak waktu untuk dapat membuktikan apakah ada prasasti lain dari masa Airlangga yang juga menyebutkan istilah tanda rakryan ri pakirakiran. Masalah itu nantinya akan menimbulkan satu masalah baru yang menunggu waktu untuk pembahasan lebih lanjut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>