Ditemukan 57096 dokumen yang sesuai dengan query
Achmad Suhawi
Jakarta: Rajawali, 2009
320.54 ACH g (1);320.54 ACH g (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Chaidir Basrie
Jakarta: Institut Indonesia, 1995
320.5 CHA w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Gerakan Jalan Lurus, 2006
320.5 NAS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sahda Ardelia Chalik
"Artikel ini mengkaji tentang pemikiran Sultan Hamengku Buwono IX dalam Kontrak Politik Kesultanan Yogyakarta tahun 1940. Kontrak Politik merupakan sebuah kontrak yang mengatur pemerintahan di daerah swapraja dan hubungannya dengan Pemerintah Kolonial. Terdapat beberapa perbedaan baik dalam proses perundingan maupun hasilnya jika dibandingkan dengan kontrak terdahulu. Kajian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan terdiri dari sumber primer dan sekunder, seperti arsip, koran sezaman, buku serta jurnal yang berkaitan dengan kajian mengenai kontrak politik dan Kesultanan Yogyakarta. Kajian ini berbeda dengan kajian sebelumnya yang membahas mengenai kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX setelah penobatan. Fokus kajian ini terdapat pada pembahasan mengenai proses perundingan kontrak politik sebelum Sultan Hamengku Buwono IX bertakhta yang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya serta hasil dari kontrak tersebut. Kajian ini membuktikan bahwa latar belakang pendidikan dan pola asuh yang didapatkan oleh Sultan Hamengku Buwono IX mempengaruhi pemikirannya dalam perundingan kontrak politik. Hal ini dapat ditemukan pada laporan-laporan dan koran sezaman yang menyebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwono IX mendapatkan pengaruh pendidikan dan budaya barat. Pendidikan tersebut menyebabkan adanya keterbukaan pemikiran yang sangat berpengaruh pada hasil dari perundingan kontrak politik
This article discusses the thoughts of Sultan Hamengku Buwono IX on Yogyakarta Sultanate’s Political Contract 1940. A political contract is a contract that regulates government in the self-governing territory and their relation with the Dutch East Indies Government. There are some differences in both the negotiation process and the outcome when compared to the previous contract. This study uses the historical method which includes four stages, heuristic, criticism, interpretation and historiography. The primary and secondary sources such as archives, newspapers, books and article journals that related to the political contract and Yogyakarta Sultanate were used in this article. This study was different from other studies that discuss the life of Sultan Hamengku Buwono IX after his coronation. The focus of this study is to discuss the political contract negotiation process that was affected by the life of Sultan Hamengku Buwono IX before his coronation. This study proves that the educational background and upbringing obtained by Sultan Hamengku Buwono IX affected his thoughts during the political contract negotiation process. It can be found from reports and newspapers that mention Sultan Hamengku Buwono IX was influenced by western education and culture. This education leads to open-mindedness which greatly influences the outcome of political contract negotiations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Darji Darmodiharjo
Bandung: Jendela Mas Pustaka, 2010
320.5 DAR m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Harry A. Poeze
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2019
320.5092 HAR t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Harry A. Poeze
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2019
320.5092 HAR t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Deliar Noer
Jakarta: Rajawali, 1982
320.5 DEL p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Soediman Kartohadiprodjo
Jakarta: Gatra Pustaka, 2010
320.5 SOE p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
M. Musa Al Hasyim
"Penelitian ini membahas tentang Neo Ottomanisme yang menjadi perhatian Turki sejak Erdogan menjabat sebagai perdana menteri lalu presiden dari 2014-2021. Neo Ottomanisme merupakan nostalgia, romantisasi, dan glorifikasi sejarah masa lalu Kesultanan Utsmaniyah yang juga cukup mirip dengan apa yang selama ini dilakukan oleh Ottomania di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pola kebangkitan Neo Ottomanisme dan pengaruhnya terhadap Ottomania di Indonesia. Teori dan konsep yang digunakan adalah Konstruktivisme, Memori Kolektif, dan Diplomasi Publik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memaksimalkan kajian pustaka, analisis konten media sosial, dan wawancara mendalam dengan berbagai narasumber yang memiliki perasaan kagum terhadap sejarah masa lalu Kesultanan Utsmaniyah. Hasil penelitian menemukan bahwa Neo Ottomanisme sebagai simbol diplomasi publik yang dibawa Erdogan ini membangkitkan memori kolektif dan membentuk identitas muslim serta perasaan bangga sebagai individu muslim. Selain itu, Neo Ottomanisme memberi pengaruh di Indonesia sehingga sejarah Kesultanan Utsmaniyah semakin populer dan dipandang positif oleh masyarakat luas. Neo Ottomanisme dan Ottomania juga membuka jalan peluang kerja sama yang lebih luas antara Turki dan Indonesia di berbagai bidang.
This study discusses Neo Ottomanism which has become a concern for Turkey since Erdogan served as prime minister and then president from 2014-2021. Neo Ottomanism is a nostalgia, romanticization, and glorification of the past history of the Ottoman Empire which is also quite similar to what has been done by the Ottomania all over the world, including Indonesia. This study aims to explore the pattern of the rise of Neo Ottomanism and its influence on Ottomania in Indonesia. The theories and concepts used are Constructivism, Collective Memory, and Public Diplomacy. This study uses qualitative research methods by maximizing literature review, analyzing social media content, and deeply interviewing various respondents who have feelings of admiration for the past history of the Ottoman Empire. The results of the study found that Neo Ottomanism as a symbol of public diplomacy brought by Erdogan evoked collective memory and formed Muslim identity and being pride as Muslims. In addition, Neo Ottomanism had an influence in Indonesia so that the history of the Ottoman Empire was increasingly popular and viewed positively by the wider community. Neo Ottomanism and Ottomania also open opportunities between Turkey and Indonesia in various fields."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library