Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Aris Munandar
Jakarta: Komunitas Bambu, 2008
959.801 Mun i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Widma Primordian Meissner
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk, aturan-aturan yang berlaku, serta perkembangan dari busana dan perhiasan yang digambarkan dalam relief cerita Sudamala dan Sri Tanjung pada candi-candi Majapahit di Jawa Timur.
Hasil dari penelitian ini adalah dapat terlihat perbedaan serta persamaan bentuk busana dan perhiasan yang dikenakan oleh para tokoh dalam relief berdasarkan kategorisasi yang telah dibuat.
The focus of this study is discussing about the form, rules that applies, and also the development of clothing and jewelry that are depicted on the narative reliefs of Sudamala and Sri Tanjung found in Majapahit temples in East Java.
The goal of this study is to determine the differences and also the similarity of form in clothing and jewelry which are wore by the characters on the reliefs, based on the categorization made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Dwi Prasdi
"ABSTRAK
Penelitian mengenai hiasan badan dilakukan berdasarkan pada arca batu masa Singasari dan Majapahit koleksi Museum Nasiona1 Jakarta (MNJ). Terdapat banyak variasi bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca batu dari dua masa yang berbe_da tersebut, sehingga hal itulah yang kemudian dijadikan satuan pokok pengamatan.
Dari hasil pengamatan terhadap variasi bentuk hiasan badan mulai dari kepala hingga ke kaki pada arca kedua masa tersebut diketahui bahwa masing-masing hiasan badan mempunyai beberapa variasi bentuk dan jumlah pemakaian. Hal ini dapat diketahui berkat metode klasifikasi taksonomi yang digunakan dalam penelitian ini dan bertujuan membentuk tipe, serta dibantu dengan memakai data kepustakaan berisi
tentang hiasan badan. Selain itu pula metode penghitungan frekuensi pemuncu_lan terbanyak (prosentase) juga digunakan untuk melihat kecenderungan bentuk dari hiasan badan yang diamati.
Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dari bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca sesuai dengan pembagian masanya, yaitu Singasari dan Majapahit. Pada masa Singasari terdapat ke_cenderungan bentuk hiasan badan yang sederhana dengan motif dasar untaian dan sulur daun. Sedangkan pada masa Majapahit bentuknya lebih variatif dengan ditambah adanya girlande untaian manik dan pada beberapa bentuk hiasan badan yang membentuk seperti motif hias sinar majapahit.
Lebih jauh lagi perbedaan tersebut terutama pada hiasan badan bagian mahkota, jamang, sumping, subang, upawita, ikat dada, kelat bahu, gelang tangan, ikat pinggang, kain dan cincin kaki. Sedangkan persamaan hanya terlihat pada bentuk: hiasan badan berupa kalung, cincin tangan, uncal, sampur dan gelang kaki. Hal ini juga dapat turut memperkuat adanya teori tentang pembagian gaya seni pada arca batu tersebut, yang secara garis besar terbagi menurut masa kerajaannya (masa kekuasaan pllitik), yaitu masa Singasari dan masa Majapahit.

"
1995
S12070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archangela Yudi Aprianingrum
"Pada bangunan candi banyak dijumpai berbagai bentuk hiasan. Salah satu bentuk ragam hias yang cukup menarik adalah bentuk hewan. Relief hewan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu relief ornamental (tanpa cerita) dan relief cerita. Pada relief cerita hewan, makna penggambaran tersebut dapat diketahui secara langsung melalui cerita yang digambarkan, sedangkan pada relief ornamental makna dari penggambaran hewan tersebut tidak dapat diketahui secara langsung. Penggambaran relief hewan ornamental ini banyak dijumpai pada candi di Jawa Timur, yaitu Candi Kidal, Candi Jago, Candi Simping, Candi Rimbi, Candi Surawana, Candi Sanggrahan, dan Kompleks Candi Panantaran. Hal inilah yang menjadi latar belaklang dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan penempatan jenis hewan tertentu pada bagian bangunan candi berdasarkan pola keletakan. Selain itu, juga menjelaskan bahwa relief hewan ornamental digambarkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi berhubungan dengan ajaran keagamaan tertentu. Penelitian dimulai dengan proses pengumpulan data berupa deskripsi dan foto relief hewan. Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian bentuk masing-masing hewan dan pengintegrasian dengan keletakannya pada bangunan candi. Setelah itu dilakukan penafsiran data untuk memahami adanya hubungan antara pemilihan hewan, letak relief, dan makna khusus dari penggambaran hewan tersebut yang dikaitkan dengan religi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bangunan candi terdapat tiga puluh sembilan jenis hewan yang ditempatkan pada bagian kaki, tubuh, dan atap candi. Relief tersebut memperlihatkan adanya suatu pola dan penempatannya sesuai dengan konsep bhurloka, bhuvarloka, dan svarloka. Relief hewan ornamental ini dipahatkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi sebagai representasi dari dewi-dewi dan berhubungan dengan ajaran keagamaan yang dapat mengarahkan pikiran pemuja kepada dewi di pusat candi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1995
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1995
LAPEN 03 Ari k
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nensi Yuliyanti Dewi
"Candi merupakan peninggalan arkeologis yang menjadi bukti berkembangnya kebudayaan masa lalu di Indonesia. Penelitian tentang candi memang banyak dilakukan, namun pembahasan mengenai Candi Bhre Kahuripan secara terperinci belum pernah dilakukan hingga sekarang. Oleh karena itu, karya ini bertujuan untuk memaparkan bentuk, gaya bangunan, serta peran Situs Bhre Kahuripan pada masa Majapahit. Candi ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh, hanya tersisa bagian batur dengan ukuran 14 x 14 m dengan yoni di tengahnya. Candi di situs Bhre Kahuripan diperkirakan merupakan jenis samkirna dikarenakan bahan pembuatannya lebih dari dua bahan. Baturnya dari susunan batu andesit, sumurannya campuran antara bata dan andesit, serta diatas batu-batu umpak diduga berdiri tiang kayu penopang atap dari bahan yang mudah rusak. Kemudian untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh Candi Bhre Kahuripan dilakukan metode analogi atau membandingkan dengan candi serupa yang sudah dapat diketahui atributnya sehingga didapatkan suatu informasi tertentu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Candi Bhre Kahuripan termasuk dalam jenis candi batur seperti yang dikemukakan oleh Agus Aris Munandar, dan memiliki latar belakang agama Hindu Saiwa. Berdasarkan peninggalan yang ada, candi ini berfungsi sebagai tempat pendharmaan sekaligus peribadatan.

The temple is an archaeological relic that is evidence of the development of past culture in Indonesia. Research on temples has indeed been done a lot, but a detailed discussion of Bhre Kahuripan Temple has never been done until now. Therefore, this work aims to describe the shape, style of the building, and the role of the Bhre Kahuripan Site during the Majapahit era. The temple was found in an incomplete condition, only the batur section with a size of 14 x 14m remains with a yoni in the middle. The temple at the Bhre Kahuripan site is thought to be a type of samkirna because it is made of more than two materials. The batur are made of andesite stone, the sumuran are a mixture of brick and andesite, and on top of the umpak it is suspected that wooden pillars supporting the roof are made of easily damaged materials. Then to find out the approximate form of the Bhre Kahuripan Temple, an analogy method was used or compared with similar temples whose attributes could already be known so that certain information was obtained. The results of the analysis show that the Bhre Kahuripan Temple is included in the batur temple type as proposed by Agus Aris Munandar, and has a Saiwa Hindu religious background. Based on the existing relics, this temple functions as a place of pendharmaan as well as worship."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Yudo Wahyudi
"Penelitian ini membahas tentang fenomena Ṡiwa-Buddha yang tumbuh dan berkembang pada masa Kerajaan Singhasari hingga Kerajaan Majapahit dalam rentang waktu dua abad (13-15 M). Munculnya fenomena Ṡiwa-Buddha telah menjadi perhatian para sarjana dan banyak pendapat tentang hal tersebut. Kajian-kajian tersebut banyak hanya berhenti pada tataran konsep namun masih sedikit yang mencoba menelusuri fenomena yang nyata dalam jejak kebudayaan materi. Berdasarkan hal tersebut kajian ini mencari dan menganalisis unsur-unsur Ṡiwa-Buddha yang terkandung dalam percandian, arca, prasasti dan naskah Jawa Kuno pada kurun masa tersebut. Selain itu, fenomena tersebut dicari dalam penerapan kehidupan agama dan politik. Kerangka berpikir yang digunakan adalah kajian Melford E, Spiro yang mengaji tentang sejarah religi. Dalam kajian ini dibangun atas empat hal yang diungkapkan Spiro, yaitu (1) penjelasan sejarah, (2) penjelasan struktural, (3) penjelasan kausal, dan (4) penjelasan fungsional. Hasil temuan kajian ini mendapati adanya proses transformasi Ṡiwa-Buddha dalam ajaran agama, yaitu munculnya yang terikat dan bebas. Terikat mengacu pada kaidah agama pembentuknya dan bebas mengacu pada interpretasi konsep hakekat oleh pemeluknya. Transformasi Ṡiwa-Buddha tersebut diekspresikan dalam berbagai bidang baik kebudayaan materi, sumber tekstual maupun implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa Singhasari-Majapahit di abad ke-13-15 M.

This study discusses the Siwa-Buddhist phenomenon that grew and developed during the Singhasari Kingdom to the Majapahit Kingdom in a span of two centuries (13-15 AD). The emergence of the Siwa-Buddha phenomenon has attracted the attention of scholars and many opinions about it. These studies only stop at the conceptual level, but few trace real phenomena in the traces of material culture. Based on this, this study seeks and analyzes the Siwa-Buddhist elements contained in temples, statues, inscriptions and Old Javanese manuscripts at that time. In addition, the phenomenon is sought in the application of religious and political life. The framework used is the study of Melford E, Spiro who studies the history of religion. In this study, Spiro builds on four things, namely (1) historical explanations, (2) structural explanations, (3) causal explanations, and (4) functional explanations. The findings of this study found that there was a process of iwa-Buddha transformation in religious teachings, namely the emergence of the bound and free. Bound refers to the rules of its formation and free refers to the interpretation of the concept of essence by its adherents. The Siwa-Buddha transformation was expressed in various fields, both material culture, textual sources and implementation of national and state life during the Singhasari-Majapahit period in the 13th-15th centuries AD."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>