Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suparwan G. Parikesit
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995
920.71 Par H
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1995
320.092 ALA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Sugih Nugroho
"Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi Pemukiman skala semi mikro, dengan perspektif ekologi dan pendekatan adaptasi manusia. Kompleks Kraton Ratu Baka merupakan situs pemukiman yang dihuni sejak masa sebelum tahun 714 Saka (792 M). Pemukiman yang pertama tercatat dalam prasasti adalah pada masa abad VIII M s.d abad X M. Namun sebagai pemukiman, kompleks Kraton Ratu Baka yang terletak di bukit Ratu Baka ini mempunyai kondisi lingkungan yang kurang memadai sebagai tempat bermukim. Kekurangan-kekurangan meliputi keadaan topografinya sangat curam, merupakan bukit berbatu, mengandung kapur dan berdaya serap rendah. Karena itu wilayah ini tidak mempunyai sumber daya air yang didapat dari dalam tanah. Namun, walau begitu curah hujan di wilayah ini tinggi, sehingga masalah air dapat diatasi dengan mendapatkan air dari air hujan. Tetapi, curah hujan tinggi juga menimbulkan bahaya sampingan, yaitu erosi dan tanah longsor yang bisa datang setiap saat. Erosi tinggi lebih muncul lagi apabila tanah di wilayah ini merupakan tanah urugan, berdaya serap rendah, sedikit flora yang dapat menahan erosi serta tipisnya jarak permukaan tanah dengan batuan dibawahnya. Dengan berbagai kekurangan tersebut masyarakat di Kompleks tersebut membangun sebuah jaringan teknologi yang dapat mengatasi keadaan alamnya. 1. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Air. Hujan merupakan sumber utama dalam penyediaan air di Kompleks Kraton Ratu Baka. Keadaan tanah yang sulit memerangkap air, menyebabkan air cenderung menjadi air permukaan dan mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah ataupun menggenang. Untuk mengendalikan air agar tidak mengalir ke tempat-tempat datar, maka dilakukan usaha_-usaha yang memerlukan kemampuan teknik memadai. Kemampuan teknis penghuni kompleks Kraton Ratu Baka adalah dalam mewujudkan suatu teknologi yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan lingkungan fisik di wilayah tersebut. Secara detail, sistem pengelolaan air yang ada membagi menjadi tiga buah bentuk, (1) Saluran Air Distribusi, (2) Saluran Air Penbuangan dan, (3) Kolam Penampungan Air. Pengandalian terhadap air dilakukan dengan pembuatan penampungan air dan sistem drainase yang tepat. Penampungan dan peresapan air dilakukan dengan membuat kolam-kolam penampung air yang dapat juga berfungsi sebagai penjernihan air dan kolam persediaan untuk kebutuhan sehari-hari baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Sistem drainase dibuat dengan membuat saluran-saluran penghubung di tempat-tempat tertentu untuk menjaga air tetap mengalir ke tempat-tempat yang ditentukan dan tidak menggenang sehingga tempat menjadi becek dan tidak sedap dipandang mata. Dengan cara pengendalian air tersebut maka diperoleh persediaan air yang mencukupi dan kondisi lingkungan tetap terjaga, serta dapat mengatasi kesulitan air terutama pada musim kemarau. 2. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan. Pada tanah yang terdapat perbedaan ketinggian dibuat talud yang disangga dengan tatanan batu putih untuk memperkuat dan mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Usaha lain untuk memperkuat daya tanah adalah membuat tanah yang berundak-undak atau disebut terasering. Hampir di semua kelompok bangunan di kompleks Kraton Ratu Baka ini terlihat dibuat dengan cara terasering. Seperti pada Kelompok Barat, yang dibagi menjadi tiga teras, yaitu teras 1, teras 2 dan teras 3. Secara mekanis, fungsinya adalah untuk mengurangi laju air turun ke tempat yang lebih rendah, Sedangkan fungsi spiritualnya adalah untuk membedakan kesakralan tempat, karena tempat yang lebih tinggi mempunyai tingkat kesakralan lebih tinggi daripada teras yang lebih rendah."
2000
S12062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Soebachman
Yogyakarta: Syura Media Utama, 2013
959.8 AGU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Yazid
"Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga pokok pembahasan. Bagian pertama tentang riwayat Agus Salim yang membahas mengenai pendidikan dan lingkungan yang mempengaruhi Agus Salim. Daintaranya pendidikan yang diterima secara formal dan informal. Kemudian dibahas juga tentang sikap dan cara Agus Salim dalam mendidik dan membina keluarga. Selain itu meninjau karya dan tulisan Agus Salim. Bagian kedua membahas kegiatan Agus Salim terutama tentang peranannya dalam organisasi seperti Sarekat Islam dan Jong Islamieten Bond. Begitu juga dalam persiapan Indonesia mencapai kemerdekaan Agus Salim menjadi salah seorang anggauta Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan pembahasan peranan Agus Salim sesudah Indonesia merdeka. Bagian ketiga membahas pemikiran Agus Salim. Meskipun sebenarnya pemikiran Agus Salim mencakup berbagai bidang, tetapi penulis hanya membatasi dalam bidang politik dan agama. Dalam bidang politik dibahas mengenai pemikiran Agus Salim untuk mencapai kemerdekaan dan pendapatnya mengenai pemerintahan sendiri. Begitu juga tentang cinta tanah air atau nasionalisme menurut Agus Salim yang berbeda pendapat dengan Soekarno. Pemikiran dalam bidang agama mengenai pengertian ajaran tauhid dan masalah takdir dan tawakkal. Selain itu tentang pandangan dan pendapat Agus Salim dalam menafsirkan Quran."
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Putri Yusiani
"Jumlah prasasti berbahasa Sansekerta yang ditemukan di Indonesia sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah prasasti berbahasa Jawa Kuno. Hal itu mungkin disebabkan oleh rumitnya aturan yang terdapat dalam tata bahasa Sansekerta dan terbatasnya masyarakat yang memahami bahasa tersebut. Maka, berbeda dengan prasasti berbahasa Jawa Kuno yang biasanya memuat tentang perihal kehidupan sehari-hari dan lain-lain, prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta hanya berfungsi sebagai sarana legitimasi, puji-pujian kepada dewa, ajaran keagamaan, silsilah raja dan pernyataan kemenangan. Salah satu dari sedikitnya prasasti berbahasa Sansekerta di atas adalah tiga buah prasasti dari bukit Ratu Baka yang berangka tahun 778 Saka. Baik aksara, isi dan interpretasi dari ketiga prasasti ini telah diteliti oleh J.G. de Casparis dalam bukunya Prasasti Indonesia II. Dalam bukunya tersebut de Casparis menyebutkan tentang adanya penyimpangan tata bahasa Sansekerta pada ketiga prasasti tersebut, yaitu prasasti Krttikavasalinga, Tryamvakalinga, dan Haralinga. Namun, dalam penjelasannya tersebut de Casparis hanya memberikan sedikit contoh tentang penyimpangan yang terjadi.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui letak penyimpangan penggunaan tata bahasa Sansekerta yang digunakan pada kalimat-kalimat dalam prasasti Krttikavasalinga, Tryamvakalinga, dan Haralinga sekaligus mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan tata bahasa yang terjadi pada ketiga prasasti tersebut. Apabila penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan-_permasalahan yang diajukan, dapat diketahui pula fungsi prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta dalam masyarakat Jawa Kuno. Setelah dilakukan pembacaan dan analisis ulang, ditemukan empat jenis penyimpangan tata bahasa Sansekerta. Diantaranya adalah lima belas penyimpangan fonologi, tiga penyimpangan morfologi, dua penyimpangan samdhi, dan tujuh penyimpangan deklinasi. Empat jenis penyimpangan tersebut kemudian setelah dikorelasikan dengan beberapa hipotesa penyebab penyimpangan tata bahasa, dapat memberikan kemungkinan jawaban tentang faktor penyebabnya.
Maka diperkirakan terdapat dua penyebab dari penyimpangan tata bahasa Sansekerta yang terjadi pada ketiga prasasti ini, yaitu : (1) Kurangnya penguasaan citralekha terhadap aturan tata bahasa Sansekerta tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena penyimpangan yang terjadi cenderung acak, tidak konsisten dan ditemukan banyak kalimat yang menggunakan tata bahasa yang benar, (2) Adanya pengaruh dari bahasa Jawa Kuno yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa penyimpangan fonologi berupa penggandaan konsonan yang biasa terjadi dalam bahasa Jawa Kuno. Apabila melihat isi dari sebagian besar prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta, termasuk ketiga prasasti ini, maka makin jelaslah fungsi prasasti berbahasa Sansekerta dalam masyarakat Jawa Kuno. Fungsinya bukan sebagai uraian putusan biasa, tetapi sebagai putusan sakral yang isinya dilandaskan atau dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat kedewaan. Hal yang sama berlaku pada kedudukan bahasa Sansekerta pada masyarakat Jawa Kuno. Bahasa Sansekerta berfungsi sebagai bahasa 'tinggi', yang hanya digunakan untuk mengumumkan sesuatu yang penting atau sakral, baik itu yang berkaitan dengan keagamaan atau dengan kelegitimasian raja"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartono Kartodirdjo, 1921-2007
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984
959.802 SAR r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>