Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilie Suratminto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
959.803 LIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Resink, Gertrudes Johan, 1911-
Jakarta: Bhratara, 1973
959.8 RES n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Resink, Gertrudes Johan, 1911-
Jakarta: Bhratara, 1973
340.09 RES i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Toursino Hadi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang makna yang terkandung dalam bentuk dan sosio-historis yang terdapat dalam busana pengantin Melayu Tanjung Pinang dan Tanjung Puteri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan bentuk dan makna dari segi sosio-historis masing-masing jenis busana. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara narasumber dan tinjauan pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah busana pengantin Melayu Tanjung Puteri memiliki perbedaan bentuk dan makna dibandingkan busana pengantin Melayu Tanjung Pinang. Perbedaan keduanya adalah dalam busana pengantin Melayu Tanjung Puteri menggunakan Baju Kurung Teluk Belanga, songkok, dan tanpa menggunakan keris sebagai kelengkapan pengantinnya, sedangkan pada busana pengantin Melayu Tanjung Pinang menggunakan Baju Kurung Cekak Musang, tanjak, dan keris sebagai kelengkapan pengantinnya.

ABSTRACT
This thesis discusses the meaning of costume and socio historical Tanjung Pinang rsquo s and Tanjung Puteri rsquo s Malay bridal fashion. This study aims to see the differences in the form and meaning based on socio historically each type of costume. This is qualitative research with interview and literature study method. The result of this research is the Tanjung Putri rsquo s Malay bridal fashion has different form and meaning compared to the Tanjung Pinang rsquo s Malay bridal fashion. The both difference is the Tanjung Puteri rsquo s Malay bridal fashion use Baju Kurung Teluk Belanga, songkok, and without keris as bridal accessories, whereas in the Tanjung Pinang rsquo s Malay bridal fashion use Baju Kurung Cekak Musang, tanjak, and keris as bridal accessories."
2017
T49708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, 1967-
Jakarta: Komunitas Bambu, 2008
959.8 WIL o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
"Disertasi ini membahas dinamika pariwisata di Hindia Belanda tahun 1891-1942. Dari perubahan penggunaan konsep vreemdelingenverkeer lalu lintas orang asing menjadi toeristenverkeer lalu lintas wisatawan di Hindia yang kemudian bermakna toerisme/ tourisme pariwisata dapat dilihat dinamika kegiatan pariwisata di wilayah tersebut, mulai dari kemunculan hingga keruntuhan.Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan dinamika kegiatan pariwisata di Hindia-Belanda, dari proses pembentukan embrio kegiatan pariwisata hingga situasi pada masa pendudukan Jepang. Pariwisata di sini adalah kegiatan yang merupakan konstruksi budaya dari barat yang dipraktikkan di Hindia, terutama kegiatan pariwisata yang diatur dan bersifat massal.Sebagai alat bantu analisis digunakan pendekatan siklus Arnold Toynbee yang diawali dengan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Pendekatan ini dipadukan dengan konsep Tourism Area Life Cycle TALC dari Richard W.Butler, terutama digunakan untuk menganalisis perkembangan objek wisata di Hindia-Belanda. Ada tujuh tahap yang diajukan Butler. Tahap pertama berupa exploration penjelajahan, lalu involvement keterlibatan . Tahap berikut adalah development pembangunan, setelah itu consolidation konsolidasi. Berikutnya adalah stagnation stagnasi. Pasca stagnasi ada dua bagian yaitu decline penurunan dan rejuvenation peremajaan. Pendekatan lain adalah konsep asosiasi sukarela voluntary association dibantu dengan agency untuk menganalisis proses pembentukan berbagai organisasi/klub yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa embrio kegiatan pariwisata di Hindia muncul pada akhir abad ke-19. Kemunculan itu ditandai dengan kegiatan-kegiatan organisasi sukarela di beberapa kota besar di Hindia yang mengacu pada organisasi di negeri induk dan gagasan beberapa individu yang berprofesi sebagai pendeta, jurnalis, praktisi perhotelan, pegawai pemerintah. Kegiatan pariwisata di Hindia yang diatur ditandai dengan pembentukan Vereniging Toeristenverkeer perhimpunan pariwisata di Batavia pada 13 April 1908. Organisasi ini mengacu pada Kihinkai Welcome Society , perhimpunan pariwisata yang dibentuk pada 1893 di Jepang. Alasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan pariwisata adalah alasan ekonomi.Periode 1891-1908 merupakan periode kelahiran kegiatan pariwisata di Hindia yang diatur. Dilihat dari perkembangan objek wisata, periode ini merupakan tahap penjelajahan. Objek wisata yang dikunjungi berada di wilayah Jawa, beberapa wilayah di Sumatra. Periode 1908-1941 adalah periode pertumbuhan. Berbagai strategi promosi dirancang dan dilakukan. Pada periode ini jika dilihat dari perkembangan objek wisata masuk pada tahap keterlibatan dan sekaligus pembangunan. Objek wisata pada periode ini selain Jawa, Sumatra, Kepulauan Sunda Kecil Bali, Lombok , adalah Kepulauan Maluku, beberapa wilayah di Sulawesi. Namun, pada 1942 kegiatan pariwisata di Hindia mengalami keruntuhan karena masuknya pemerintah pendudukan Jepang. Oleh karena itu tahap berikut konsolidasi dan stagnasi tidak dialami oleh Hindia-Belanda.

This dissertation discusses the dynamics of tourism in the Dutch East Indies in 1891 1942. From the change in the use of the concept of vreemdelingenverkeer foreigners rsquo traffic into toeristenverkeer tourist traffic in the Indies which then means toerisme tourisme tourism can be seen the dynamics of tourism activities in the region, from the emergence to the collapse.The main purpose of this study is to uncover the dynamics of tourism activities in the Dutch East Indies, from the process of formation embryo tourism activities to the situation during the Japanese occupation. Here, tourism is an activity that is a western cultural construction practiced in the Indies, especially organized and mass tourism activities.As an analytical tool, used Arnold Toynbee rsquo s cyclical approach that begins with birth, growth, and collapse. This approach is combined with the concept of Tourism Area Life Cycle TALC from Richard W. Butler, primarily used to analyze the development of tourist attractions in the Dutch East Indies. There are seven stages proposed by Butler. The first stage is exploration, then involvement. The next stage is development, then consolidation. After consolidation stage is stagnation. In the post stagnation stage there are two scenarios namely decline and rejuvenation. Another approach is the voluntary association and agency concept to analyze the process of establishing various organizations clubs relating to tourism activities.The results show that the embryo of tourism activities in the Indies emerged at the end of the 19th century. The emergence was characterized by voluntary organizational activities in several major cities of the Indies that referred to the organization of the motherland the Netherlands and the ideas of some individuals who worked as priest, journalist, hospitality practitioner, government officials. The organized tourism activities in the Indies are characterized by the establishment of the Vereniging Toeristenverkeer tourism association in Batavia on 13 April 1908. This organization refers to Kihinkai Welcome Society, a tourism association established in 1893 in Japan. The reasons for Dutch East Indies rsquo government involvement in tourism activities were largely economic.The period 1891 1908 was the period of birth of the organized tourism activities in the Indies. From the development of tourist attraction, this period is in the stage of exploration. Tourist attractions who visited are located in Java, some areas of Sumatra. The period 1908 1941 is the growth period of tourism activities. Various promotional strategies are designed and performed. In this period, viewed from the development of tourist attractions get into the stage of involvement and simultaneously development. Tourist attractions in this period addition to Java, Sumatra, the Lesser Sunda Islands Bali, Lombok, are the Maluku Islands, some areas of Sulawesi. However, in 1942 tourism activities in the Indies collapsed due to the entry of the Japanese occupation government. Therefore the stages consolidation and stagnation were not experienced by the Dutch East Indies."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2351
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"ABSTRAK
Disertasi ini meneliti batu-batu nisan masa VOC di Museum Taman Prasasti, Museum Wayang, Gereja Sion, dan Pulau Onrust. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana memaknai pesan-pesan di batu nisan itu baik dalam bentuk ikonis maupun dalam bentuk verbal berupa teks dan bagaimana merekonstruksi temuan-temuan pada batu nisan sehingga dapat memberikan gambaran tentang struktur sosial komunitas Kristen di Batavia pada abad ke-17 dan ke-18. Hal ini mengingat bahwa VOC sebagai Serikat Badan Usaha Dagang di Asia lebih banyak berurusan dengan kepangkatan dalam komunitasnya. Pejabat-pejabat VOC pada umumnya diangkat dari para saudagar. Dari jumlah batu nisan yang ditemukan diseleksi sebanyak 50 buah batu nisan sebagai korpus data. Dari korpus data ini sebanyak 45 buah yang berdata ikonis dan verbal dan yang lima selebihnya tidak berdata ikonis. Keberadaan yang terakhir ini tidak dapat diabaikan dan menarik untuk dikaji sehingga mengundang berbagai interpreatasi karena dari representasinya ada eksepsi dibandingkan dengan kelompok pertama. Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan teori semiotik (untuk data ikonis) dan teori analisis teks (untuk data verbal). Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dan hubungan antartanda. Absennya suatu tanda juga merupakan tanda yang dapat mengundang bermacam interprestasi. Teori analisis teks yang digunakan adalah CDA (Critical Discourse Analysis) atau analisis wacana kritis.
Hasil analisis semiotik mikro dan makro pada data ikonis; analisis mikro dan makro pada data teks yang diperoleh berdasarkan metode penelitian teks analisis melalui pendekatan sosio-historis, ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, struktur, sosio dan budaya masyarakat kompeni di Batavia sangat kompleks karena adanya percampuran budaya. Kedua, sistem pemerintahan dan institusi keagamaan kristiani yang diterapkan di Batavia persis sama seperti di Belanda. Ketiga, lambang-lambang heraldik pada batu nisan menunjukkan adanya mata rantai hubungan masyarakat kompeni dengan nenek moyang mereka di Eropa. Keempat, adanya perbedaan elemen lambang heraldik pada bangsawan Eropa dan non bangsawan di Batavia. Meskipun yang terakhir ini karena kekayaannya atau prestasinya dapat menyamai bangsa Eropa, dan dalam kesehariannya banyak mengikuti budaya Eropa tetapi ada perbedaan dalam lambang heraldik mereka karena mereka bukan dari golongan bangsawan. Kelima, pesan verbal para pejabat dalam batu nisan mereka nampak lebih singkat, jelas, dan tegas, dan mereka lebih banyak memaknai lambang. Orang kebanyakan sebaliknya tidak memakai lambang tetapi lebih banyak dengan ungkapan verbal. Keenam, batu nisan VOC di Batavia tidak dapat dianggap paganistis (kafir) karena banyak ungkapan-ungkapan religius kristiani dalam lambang-lambangnya. Komunitas kristiani di Batavia bukan pengikut ajaran Calvin murni karena pengaruh situasi dan kondisi Batavia yang multietnik dan multikultural. Semangat dari ajaran Calvin sangat nampak pada ketekunan, kerajinan, dan keuletan mereka dalam bekerja, sehingga hidup mereka sangat berkecukupan. Ini nampak pada uparan-upacara pemakaman yang megah dan batu-batu nisan mereka yang monumental dengan pahatan yang indah. Ketujuh, batu nisan komunitas Kristen tidak pernah berkembang menjadi benda yang dikultuskan. Kedelapan, berdasarkan analisis semiotik makro proksemik (proxemics) bahwa untuk pemakaman di luar gedung gereja tinggi rendahnya letak batu nisan melambangkan tinggi rendahnya status sosial orang yang dimakamkan. Besar atau kecilnya jasa mereka di dalam komunitas di gereja, nampak dari jauh atau dekatnya letak makam mereka dari gedung atau pintu masuk gereja. Pemakaman di dalam gereja hanya diperuntukkan bagi seseorang yang berkedudukan tinggi dalam masyarakt, atau orang yang besar jasanya bagi komunitas gereja. Semakin besar jasa seseorang dalam gereka letak makamnya semakin dekat dengan mimbar gereja. Kesembilan, kesederhanaan representasi makam atau absennya nama atau lambang ikon dari batu nisan tidak merendahkan status sosial seseorang dalam masyarakat, karena degan dimakankannya seseorang dalam gereja sudah menunjukkan status sosial mereka. Yang terakhir ini mungkin adalah pengikut aliran Calvinisme garis keras.

ABSTRACT
This dissertation is entitled The Christian Community in Dutch East-Indies Period Regardedjirom its Tombstones: of study of the history through the semiotics view point and textual analysis. Those examined are the East lndies Company?s tombstones in Jakarta`s Taman Prasasti Museum, the Wayang Museum, the Sion Church, and Onrust Island. The principal problem in this research is how to elucidate the meaning of the messages on those tombstones both in the form of icons as well as in verbal textual expressions, and how to reconstruct the findings on the tombstones in such a manner that a notion can be formed of the social and cultural structure, ofthe community around the East Indies Company in Batavia in the l7th and the l8th centuries. Out of the entire number of the studied tombstones a total of 50 units was selected as the data corpus. From this data corpus a number of 45 units have iconic and verbal data- The live remaining units have only verbal data. These tive units cannot be neglected and are indeed interesting enough to be examined, so that these then call for various interpretations since from their representation an exception is noticeable when compared to the first group of 45 units. The whole data was analyzed with the semiotics theory (for the iconic data) and with the text analysis (for the verbal data) namely with the Critical Discourse Analysis.
The result of the micro and macro semiotics analysis in the iconic data; The result ofthe micro and macro data text analysis; obtained based upon the text analysis method have both been analyzed through the socio-historical approach, which resulted a number ofconclusions as follows: Firstly, the social and cultural structure of the east Indies Company society in Batavia was extremely complex because of the presence of a mixing ofthe culture of the rulers who were the minority with that of the various ethnic in Asia whose numbers were large. Secondly, the govemmental and the Christian religious institutional systems which were applied in Batavia were exactly the same as it was in Holland. at that time. Thirdly The heraldic emblems on the tombstones indicate the presence of a link in the social intercourse between the society of the East India Company and their ancestors in Europe, which is apparent ttom principal elements in their heraldic symbols, namely the summit ofthe emblem, the war-helmet, the suit of armour, the shield?s contents and the mantling. Fourthbt, there is a difference in the elements of the heraldic symbols of the European nobility and that of the non-nobility in Batavia. Even though the latter mentioned could with their wealth or their achievements equal the European race, and in their everyday life followed the European culture to a great extent, there still was a difference in tl1eir heraldic emblems because they did not belong to the nobility. Fifihbr, the verbal messages on the tombstones of functionaries appear shorten, clear, and firm, and they made more use of symbols. The majority of people on the other hand did not make use of symbols but used more verbal expressions. Sixthly, the East Indies Company?s tombstones cannot be regarded as paganistic (heathen) since there are quite a number of religious Christian expressions on their emblems. The community of the East Indies Company were not followers of the pure Calvin teachings on account ofthe situation and the condition of Batavia that was multiethnic and multicultural. The spirit of Calvin?s teachings could very clearly be perceived in their perseverance, industriousness a|1d ability to endure great hardship in their work such an extent that they could an existence of ample sufiiciency. This was obvious from the pompous burial ceremonies and their monumental tombstones with magniiicent carvings. Se'venthly: lt is possible to consider the usage of heraldic symbols of the east Indies Company?s tombstones as sacred so far as it is regarded individually or in family relationship, however as not sacred in so far as the general opinion goes. Therefore the East Indies Company?s tombstones have never developed into becoming a cult form of worship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D603
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Cahyono
Jakarta: Yayasan Pancur Siwah bekerja sama dengan Yayasan Penebar, ©2003
899.208 EDI j (3)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Umi Sumbulah, 1971-
"On religious tolerance between Christian and Muslim in Ranurejo Village, Kabupaten Situbondo, Indonesia."
Malang: UIN-Maliki Press, 2015
201.5 UMI f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>