Ditemukan 8428 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
709.598 IND a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Priyo S. Winardi
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
709.598 PRI a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bobin A.B.
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan,
709.598 BOB a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bobin A.B.
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan, [date of publication not identified]
709.598 BOB a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bobin A.B.
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan, [date of publication not identified]
709.598 BOB a (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Shafira Deiktya Emte
"Teman Tuli adalah identitas yang disematkan kepada tunarungu di Indonesia. Identitas Tuli dengan huruf T kapital dianggap lebih berterima bagi kelompok Tuli. Namun, identitas tunarungu nyatanya lebih populer digunakan di kalangan masyarakat dengar. Selain itu, Tuli juga sesungguhnya memiliki pilihan identitas lain yang dapat berdiri di antara kedua identitas tersebut, yakni bikultural. Penelitian ini ingin memahami pembentukan konstruksi identitas budaya teman Tuli di Jambi: apakah mereka memilih menjadi Tuli, tunarungu, atau bikultural. Pengambilan data dilakukan dengan metode etnografi. Peneliti melakukan observasi, FGD (focus group discussion), dan wawancara mendalam terhadap teman Tuli di Jambi yang berusia 18—26 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mengidentifikasikan diri mereka sebagai Tuli alih-alih tunarungu dan bikultural. Namun, dalam praktiknya, peneliti menemukan bahwa terdapat responden yang menerapkan praktik bikultural. Selain itu, peneliti juga menemukan adanya pengaruh yang besar dari ketergabungan dengan organisasi Tuli, terutama Gerkatin dan Pusbisindo, dalam pengonstruksian identitas teman Tuli di Jambi.
Deaf (Tuli) is an identity pinned to the deaf in Indonesia. Deaf identity with a capital D is considered more acceptable for the Deaf group. However, the deaf (tunarungu) identity is in fact more popularly used among the hearing community. In addition, Deaf also has a choice of other identities that can stand between the two identities, namely bicultural. This study aims to understand the construction of the cultural identity of the Deaf in Jambi: whether they choose to be Deaf (Tuli), deaf (tunarungu), or bicultural. Data collection was done by ethnographic method. Researchers conducted observations, focus group discussions (FGD), and in-depth interviews with Deaf in Jambi aged 18-26. The results showed that all respondents identified themselves as Deaf (Tuli) instead of deaf (tunarungu) and bicultural. However, in practice, the researchers found that there were respondents who applied bicultural practices. In addition, the researcher also found that there was a big influence from joining the Deaf organizations, especially Gerkatin and Pusbisindo, in the construction of the identity of Deaf in Jambi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Bhremaalya Enzovani Wiratno Putra
"Sejak tahun 1990-an, PT Freeport Indonesia mensponsori festival-festival besar yang bertujuan untuk merevitalisasi dan memberdayakan masyarakat Kamoro, penduduk asli Mimika, Papua Tengah. Festival-festival ini memberikan kesempatan kepada para pemahat Kamoro untuk menjual karya mereka dengan harga yang menguntungkan dan menampilkan budaya mereka kepada khalayak yang lebih luas. Inisiatif ini memicu terjadinya kebangkitan budaya Kamoro yang signifikan, khususnya di kalangan maramowe, sang pengukir Kamoro. Seiring berjalannya waktu, kebangkitan budaya ini berkembang menjadi misi preservasi, pemberdayaan, dan promosi budaya Kamoro yang kini dilakukan oleh Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe di bawah naungan PT Freeport Indonesia. Penelitian ini mengkaji proses kompleks yang terlibat dalam inisiatif-inisiatif ini, dengan fokus pada fenomena komodifikasi budaya dan rekacipta tradisi. Selain itu, tulisan ini juga memberikan wawasan mengenai perkembangan ini dari sudut pandang masyarakat Kamoro sendiri.
Since the 1990s, PT Freeport Indonesia has sponsored major festivals aimed at revitalizing and empowering the Kamoro people, the indigenous people of Mimika, Central Papua. These festivals give Kamoro carvers the opportunity to sell their work at profitable prices and showcase their culture to a wider audience. This initiative sparked a significant cultural revival, especially among Maramowe, the Kamoro carvers. Over time, this cultural revival developed into a mission to preserve, empower and promote Kamoro culture which is now carried out by the Maramowe Weaiku Kamorowe Foundation under the auspices of PT Freeport Indonesia. This research examines the complex processes involved in these initiatives, focusing on the phenomena of cultural commodification and the reinvention of tradition. In addition, this paper also provides insight into these developments from the perspective of the Kamoro people themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Herskovits, Melville Jean, 1895-1963
New York: Alfred A. Knoff, 1967
301.2 HER c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andi Acdian
"Tesis ini merupakan kajian terhadap siasat dan politik budaya masyarakat adat kasepuhan dalam pertarungan mendapatkan hak atas sumberdaya atas lahan dan hutan adat di kawasan konservasi Halimun-Salak, Jawa Barat dan Banten. Fokus kajian diarahkan pada sosok dan peran para pemimpin adat di dua wilayah kasepuhan, masing-masing adalah Kasepuhan Cisitu di Kabupaten Lebak, Banten dan Kasepuhan Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perhatian terhadap dua sosok pemimpin masyarakat adat itu memberikan penulis sebuah gambaran menarik tentang bentuk-bentuk siasat dan politik budaya yang menjadi sumber inspirasi dalam aksi-aksi kolektif masyarakat kasepuhan berhadapan dengan kebijakan negara, khususnya terhadap klaim atas wilayah konservasi oleh Departemen Kehutanan dan eksploitasi emas oleh PT Aneka Tambang (PT Antam). Studi ini menunjukan bahwa lebih dari sekedar sebuah gagasan adat yang statis, adat menjadi sebuah konstruksi dinamis yang bergerak sesuai dengan proses kontestasi yang terjadi antara masyarakat kasepuhan tersebut berhadapan dengan negara, diwakili oleh pemimpin mereka, dan sekaligus juga sebuah inovasi dalam menjaga dan mempertahankan lembaga adat dalam proses perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut.
This thesis is a study about cultural politics and strategy of indigenous peoples (Kasepuhan) in the struggle obtain rights to resources of land and forests in the conservation areas of Halimun-Salak, West Java and Banten. The study focused on the figure and the role of traditional leaders in the two kasepuhan areas, Kasepuhan Cisitu in Lebak , Banten province and Kasepuhan Sinar Resmi, Sukabumi, West Java. The focus to the leaders role and function in designing cultural politics and strategy in their contestation against the state policies, especially the claim of conservation areas by Forestry Department and gold mining by PT Aneka Tambang, provides an interesting findings of adat as dynamic construction along with their daily struggles, as well as an inovative strategy by the leaders to maintain adat institution under rapid social changes in their environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28974
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
London: Routledge, 1995
306 CUL
Buku Teks Universitas Indonesia Library