Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung : Team Survey Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 1978
499.221 UNI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1962
S11312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Basuki Suhardi
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran mengenai situasi kebahasaan di Sumatra Barat; khususnya Kepulauan Mentawai khususnya mengenai jalinĀ­ menjalinnya bahasa daerah di sana satu sama lain di satu pihak dan jalinannya dengan bahasa Indonesia di pihak lain.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan setempat, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para responden,yang dipilih dengan mempertimbangkan berbagaifaktor sosial seperti jenis kelamin usia,pekerjaan dan daerah asal mereka. Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980. Kedua jenis data diramu menjadi seru dan dibahas bersama-sama.
Dari penelitian awal ini diperoleh gambaran bahwa di Kepulauan Mentawai terdapat lima bahasa daerah setempat yang berbeda, dengan alokasi fungsinya masing-masing yang jelas sekali.
Di samping itu sebagai perbandingan dibahas juga hubungan antara bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan bahasa daerah umumnya.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"The marine copepods of the genus centropages form a very important component of tropical marine ecosystem,but are poorly known.In a continuing study of the copepods of Indonesian coatal waters,eight species of Indonesian coastal waters,eight species of centropages were collected from 11 sites during 1996-2006..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Sukesti
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2007
499.221 RES p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Drewes, G.W.J. (Geradus Willebrodus Joannes), 1899-
"Buku ini berisi prosa dan sajak dari beberapa karya penulis kesusastraan Indonesia. Antara lain karya dari Muhammad Jamin, Merari Siregar, J.E. Tatengkeng, St. T. Alisjahbana, Rustam Effendi, A. Hasjmy, Abdul Muis, Sanusi Pane, Tulis St. Sati, Amir Hamzah, Nur St. Iskandar, Rifai Ali, dan lain-lain."
Djakarta: J.B. Wolters , 1953
K 899.221 DRE m
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dini Warastuti
"Klausa relatif merupakan klausa subordinatif yang berfungsi mewatasi fungsi sintaksis tertentu dalam suatu kalimat. Fungsi sintaksisi ini dapat berupa subjek, predikal, objek, keterangan maupun pelengkap. karena berfungsi sebagai pewatas, maka klausa ini sering sekali muncul di dalam kalimat majemuk bertingkat. Untuk mewujudkan terjemahan klausa relatif yang sepadan, yaitu terjemahan yang dipahami oleh pembaca BSa seperti pembaca BSu memahami klausa relatif BSu, terdapat beberapa prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, misalnya tranposisi, modulasi dan pemdananberkonteks. Terdapat 140 klausa relatif yang diambiI secara random dari buku yang berjudul Culture and imperialism yang ditulis oleh Edward W. Said pada tahun 1994 beserta terjemahannya. Buku terjemahannya berjudul Kebudayaon dan Kekuasaan oleh Rahmani Astuti pada tahun 1995. Data ini dianalisis melalui beberapa tahap yaitu analisis perilaku sintaksis konstituen induk yang berkonstruksi dengan klausa relatif dalam tataran kalimat, analisis kesepadanan, untuk mengetahui sepadan atau tidaknya TSa sebagai terjemahan TSu, analisis gramatikal yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya pergeseran struktur gramatikal dalam TSa sebagai terjemahan TSu dan analisis semantis TSa sebagai terjemahan Tsu; analisis ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya pergeseran sernantis dalam TSa sebagai terjemahan TSu. Karena pada akhirnya terjemahan akan dinilai, maka peneliti terlebih dahulu menentukan syarat minimal suatu terjemahan dapat dinilai yaitu memiliki padanan makna referensial. Temuan penelitian menunjukkan bahwa seluruh data memenuhi syarat minimal walaupun data yang berupa terjemahan tersebut terasa kaku dan kurang wajar karena masih terikat dengan bentuk. Pada dasarnya, menganalisis klausa relatif tidak dapat lepas dari analisis konstituen konstituen induk yang diwatasinya. Dengan demikian, analisis dimulai dari analisis perilaku sintaksis konstituen induk yang berkonstruksi dengan klausa relatif tersebut. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan konstituen induk yang mengisi satuan fungsional subjek, objek, keterangan dan pelengkap, sedangkan konstituen induk pengisi satuan fungsional predikat tidak ditemukan. Penelitian ini juga menemukan bahwa klausa relatif dapat mewatasi 1 klausa. Klausa ini berjumlah empat. Karena berupa klausa, maka klausa ini tidak menduduki satuan fungsional apa pun.

A relative clause is a subordinate clause, which functions to modify certain syntactic function in a sentence. This syntactic function can be in the form of subject, predicate, object, adverb, as well as complement. The clause often occurs in a complex compound sentence because of its functions as modifier. There are several procedures implemented by the translator, such as translations, modulation, and contextual equivalence to create a translation of the relative clause equal, a translation by which the target language readers understand the relative clause translated as the source language readers understand it. There were 140 relative clauses taken randomly from a book entitled Culture anal Imperialism which was written by Edward W. Said in 1994 and its translation entitled Kebudayaan dan Kekuasaan which was written by Rahmani Astuti in 1995. The data was analyzed with several stages. These stages were the syntactic analysis of main constituent, which constructed with relative clause in a sentence; the equivalent analysis was to know whether or not the target language text was equal to the source language text; the grammatical analysis was done to know structural and grammatical shifts; and semantic analysis to know any semantic shifts. The researcher firstly decided the minimum requirements for a translation to be graded, in which it has referential meaning equivalence because the final aims of this research was to grade the translation. The research finding was that all data fulfilled the minimum requirement although the translation seemed right and not natural. Basically, analyzing relative clause could not be separated from analyzing main constituent which modify them. Thus, the analysis was started from syntactic analysis of main constituent which constructed with that relative clause. Based on the analysis results, most of main constituents filled functional units of subject, object, adverb, and complement and none of main constituent filled functional unit of predicate. This research found that a relative clause could modify a clause. There were four types of clause, These kinds of clause could not occupy any units because they were only clauses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kaswanti Purwo
"Penelitian yang saya lakukan semenjak bulan Juli 1976 ini merupakan usaha saya untuk mendalami dan memahami bahasa Indonesia; apa yang saya lihat dalam bahasa Indonesia itu kemudian saya tuangkan dalam karya tulis yang terdiri dari tujuh bab. Ada berbagai alat yang dapat dipergunakan untuk melihat atau mengamati sesuatu. Dalam mengamati bahasa Indonesia ini saya memilih memakai kerangka teori deiksis. Namun, kecondongan penelitian ini tidak saya tujukan pada usaha untuk mengembangkan teori deiksis itu sendiri (dengan memakai bahan-bahan yang ada dalam bahasa Indonesia) melainkan lebih saya arahkan pada pemergunaan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan seluk-beluk yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk tujuan penyingkapan itu saya perbandingkan pula beberapa fenomena dalam bahasa Indonesia dengan yang ada dalam bahasa-bahasa tak serumpun (seperti bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Rusia) dan bahasa-bahasa serumpun (seperti bahasa Tagalog, Batak Toba, Sunda, Jawa, Aceh).
Saya memulai penelitian dengan mengkhasanahkan leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. Kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu itu saya daftar dan saya perikan aspek semantis leksikalnya dalam Bab II. Uraian dalam Bab II membatasi diri pada bidang semantis leksikal karena yang dibahas dalam bab ini adalah masalah deiksis luar-tuturan (eksofora). Pembatasan bidang yang dianalisis ini membawa akibat adanya beberapa persoalan-antara lain hubungan antara bentuk verbal di- dengan kata ganti persona--yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut dalam Bab II; persoalan-persoalan itu kemudian dipaparkan secara terpisah dalam bab lain.
Kalau dalam Bab II yang dibicarakan adalah deiksis luar-tuturan (eksofora), dalam Bab III yang dibahas adalah deiksis dalam-tuturan (endofora). Uraian dalam Bab III menyangkut salah satu aspek sintaksis, yaitu perihal koreferensi. Salah satu akibat dari penyusunan konstituen﷓konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.mengalami penyebutan ulang, Kedua konstituen tersebut karena kesamaannya lazim dinyatakan sebagai dua konstituen yang berkoreferensi (memiliki referee yang sama). Ada tiga macam strategi dalam peristiwa koreferensi ini: {i) mempronominalkan salah satu konstituennya (masalah anafora termasuk ke dalam jenis pertama ini), (ii) melesapkan (menghilangkan) salah satu konstituennya, dan (iii) menyebut ulang konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Indonesia menempuh strategi yang berbeda dengan strategi yang ditempuh oleh bahasa lain yang tak serumpun (misalnya bahasa Inggris). Bahasa seperti bahasa Inggris lebih banyak menempuh strategi daripada bahasa Indonesia; bentuk-bentuk pronominal dalam bahasa Indonesia tidak sebanyak yang ada dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sama-sama dapat menempuh strategi tetapi kendala (constraint) yang mendasari struktur ini berbeda. Strategi lazim ditemukan dalam bahasa Indonesia tetapi tidak dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Masalah seperti ini-karena menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas-tidak diuraikan lebih lanjut pada Bab III melainkan pada Bab VII.
Percampuran antara deiksis luar-tuturan dan deiksis dalam-tuturan diuraikan dalam Bab IV; peristiwa percampuran ini dalam penelitian ini termasuk dalam apa yang disebut pembalikan deiksis (deictic reversal). Pembalikan deiksis dalam hal persona dapat dijumpai misalnya dalam kalimat kutipan tidak langsung bahasa Rusia (Brecht 1974:513 ff.). Pembalikan deiksis dalam hal waktu dapat ditemukan misalnya dalam fenomenon yang lazim disebut epistolary tense (misalnya dalam bahasa Latin Klasik) dan historical present (misalnya dalam bahasa Inggris). Bahasa Indonesia selain menunjukkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dahal persona dan waktu, juga memperlihatkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dalam hal ruang, seperti yang dapat dijumpai dalam pembicaraan dengan telepon dan dalam penulisan surat.
Aspek semantis situasional dari kata ganti persona dalam bahasa Indonesia yang belum dibahas dalam Bab II (karena dalam bab itu kerangka pembicaraannya terbatas pada aspek semantis leksikal saja) dipaparkan dalam Bab V. Aspek semantis situasional yang disoroti dalam Bab V ini dikritkan dengan masalah kepekaan-konteks (context-sensitivity) yang dapat dijumpai dalam struktur yang bermodus imperatif, adhortatif, dan dubitatif.
Beberapa leksem ruang dan waktu ada yang belum dapat dibahas secara tuntas dalam Bab II karena leksem-leksem yang bersangkutan memiliki permasalahan yang menyangkut salah satu aspek dalam bidang sintaksis, yaitu susunan beruntun (sequential order). Perihal pemetaan kronologis (chronological mapping), struktur beku (freezes), dan struktur korelatif ikut dibahas dalam Bab VI sehubungan dengan kaitannya pada susunan beruntun. Hal ini dilakukan demi pemahaman beberapa leksem ruang dan waktu yang perlu ditelusuri lebih lanjut.
Sebetulnya penulisan hasil penelitian saya dapat ditutup atau diakhiri pada Bab VI. Akan tetapi, karena ada beberapa masalah yang belum terselesaikan penguraiannya dalam bab-bab sebelumnya, dan. masalah tersebut hanya disinggung sepintas lalu saja, padahal masing-masing masalah tidak terkumpul menjadi satu karena pemaparannya tersebar ke dalam kelima bab terdahulu secara terpisah-pisah, maka kesemuanya itu saya kumpulkan menjadi satu dalam Bab VII. Beberapa masalah tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Bab VII karena mempunyai suatu kerangka kesatuan tersendiri, kerangka yang menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas (daripada yang ditelaah dalam bab-bab sebelumnya). Penelusuran permasalahan bidang sintaksis yang lebih luas ini ternyata menyeret saya lebih jauh ke salah satu aspek sintaksis yang penting dalam linguistik, yaitu tipologi bahasa. Akan tetapi, persoalan ini tidak ditelaah untuk dipecahkan dalam Bab VII karena, apabila ditelusuri lebih lanjut, hasilnya dapat menjadi suatu disertasi tersendiri. Oleh karena itu, apa yang dipaparkan dalam Bab VII hanyalah pemerian permasalahannya saja. Persoalan ini perlu dipecahkan bukan hanya demi pemahaman dari sudut pandang deiksis (karena hanya sedikit sekali kaitannya dengan deiksis) tetapi terlebih-lebih demi penyingkapan "misteri" dalam bidang sintaksis (terutama dalam bahasa Indonesia), suatu bidang studi linguistik yang hingga kini masih merupakan daerah yang "rawan". "
Depok: Universitas Indonesia, 1982
D264
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>