Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irigaray, Luce
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005
305.42 IRI jx
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raden Rafika Dwinanda Kirana
"Skripsi ini membahas kritik dari pemikiran seorang Fatima Mernissi, yang merupakan sosiolog sekaligus Feminis Islam, terhadap tradisi harem. Sejarah harem adalah sejarah kelam perempuan. Tradisi opresif ini terlahir dari rahim sistem masyarakat yang patriarkis, dengan eksistensi perempuan dipandang sebagai pelengkap belaka dari keberadaan laki-laki. Bahkan, secara teologis kaum perempuan dituding sebagai penyebab terusirnya Adam dari surga. Harem juga diartikan sebagai sebuah ruang pribadi, dengan segala aturan di dalamnya. Sekali perempuan diberitahu apa yang dilarang, berarti perempuan tersebut telah memiliki harem di dalam diri. Sebuah hukum yang terpatri di dalam benak itulah yang membuat Fatima Mernissi selalu risau. Eksistensi harem yang sengaja diperuntukkan buat pengekangan perempuan dari aktivitas dengan dunia luar, bagaimanapun juga merupakan sebuah produk institusi budaya patriarkhi yang menindas perempuan. Menurut Fatima Mernissi, dibutuhkan suatu paradigma tradisi baru yang lebih relevan. Untuk merealisasikan tujuan agama yang ada pada suatu tradisi itu sendiri, yakni keadilan. Untuk melaksanakan proyek tersebut, kita memerlukan metodologi baru terhadap tradisi keagamaan yang tidak bias jender. Demi menghadirkan paradigma baru keagamaan, metodologi yang dibutuhkan adalah intelektualisme-kritis untuk menerobos tradisi keagamaan yang menjadi pedoman. Dengan kata lain, diperlukan reinterpretasi dan rekonstruksi terhadap bangunan pemikiran keagamaan dalam konteks sosial kekinian. Telaah terhadap salah satu tema sentral dalam hal ini adalah mengenai penciptaan manusia, karena superioritas laki-laki atas perempuan dibangun di atas kepercayaan bahwa perempuan diciptakan dari dan untuk laki-laki.Oleh karena itu, Fatima Mernissi berharap. teologi Islam rasional dapat mendudukkan perempuan pada posisi yang _ideal_ di antara wilayah publik dan wilayah domestik. Atas dasar kesadaran realitas modernitas, dan perlu ditekankannya prinsip-prinsip kesetaraan.

This bachelor thesis describing critical of Fatima Mernissi as Sosilog and Islamist Feminis, to harem. Hsitorical of harem is historical of women_s darkness. This opresif tradition is appears from system of pathriarchy societies. Women only regarded as a complete of a man. Moreover, as a teology Women supposed as a cause of evicted Adam from heaven. Harem also meant as a privat room, with anykind obligations there. When the women informed what interedicted, means that women must being have harem in their self. The obligation that was planted in mind, and that_s makes Fatima Mernissi restless. He existence of Harem for excluded of women from outside of world, however constitute of product institution from patriarchy culture that oppresses women. Fatima Mernissi said, needed a padigm of _tradition_ that more relevant. To realize the purposed of religion at one tradition , that is justice. To execute that project , we need the new methodology to tradition of religion that no gender refraction. To perform the new paradigm, methodology that nedeen is critical-intelectualism to break through religion tradition that being orientation. The other word, needen the new reinterpretation dan reconstruction to structure of thinking religion in society contextual. Study of the central them is about human creature because the superiority of man upon the women based on beliveness that women created from and to a man. Because of that, Fatima Mernissi expect Islam teology rational able to bethroth women to the ideal position beyond public regional and domestic regional. Based on consciousness to the reality modernity, and need to pressured the principal of equality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16141
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susilastuti Sunarya
"Sejarah perkembangan drama di Australia menunjukkan bahwa sampai ,dengan paruh kedua abad 20 karya-karya dramawan Australia laki-laki berfokus pada tokoh bushman dan kemudian ocker yang diyakini merupakan tokoh yang khas Australia dan mencakup segenap ciri masyarakat Australia yang male-dominated. Tokoh perempuan tidak mendapat peranan dan sengaja ditampilkan hanya sebagai foil characterdan pendukung tokoh laki-laki. Menyimak hal ini, maka karya-karya Louis Nowra merupakan suatu pengecualian dan pembaruan karena keberaniannya untuk menentang arus dengan menciptakan tokoh-tokoh perempuan yang kuat dan berperan, yang tidak hanya kulit putih saja, tetapi juga berasal dari kelompok etnis non-kulit putih. Pembaruan dalam penciptaan tokoh perempuan ini juga membawa pembaruan dalam unsur tematik dan perspektif gender dibanding karya-karya dramawan pendahulunya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
D1822
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathlia Sari Martokusumo
"Penelitian mengenai problematika identitas dan eksistensi perempuan dalam kultur patriarkhat yang terkandung dalam teks Undine geht karya Ingeborg Bachmann. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa teks tersebut merupakan sebuah karya sastra feministis. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan bentuk, cara penyajian dan isi teks Undine geht dapat dipandang sebagai sebuah karja sastra feministis dan dapat digolongkan ke dalam karya ecriture feminine."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S14685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Winata
"Since antiquity, representation (henceforth: RPT) has been a fundamental concept in aesthetics and semiotics. It has also been a crucial concept in political theory, forming the basics of representational theories of sovereignity, legislative authority and relations of individuals to the state (Lenthriccia. 1990, 11-13). In contemporary theories of RPT, both definitions have intersected. Relationship between language & politics is crucial to much contemporary works on RPT. Recent criticism also focuses on the links between texts and power. All RPTs have, either explicitly or implicitly, a political content. (Childers, 1995: 260-261). RPT has also been an issue of importance for postcolonialists and feminists. RPT is an area of contestation between the dominant and the dominated (Ascroft, 1995: 85-87). Hall (1990: 222-237) problematises the concept and relates it to (cultural) identity and speaking position. According to Hall, (cultural) identity is a process, always constituted within RPT, which in turn. produced from a particular speaking position_a particular time and place. van .Toorn (1995:1-12) distinguihes two kinds of speaking-position, those are fixed unitary-speaking position and postmodern speaking-position.RPT is a relevant issue in a multicultural and a settlers' community like Australia. The fact that Australia has over a hundred ethnic groups as its population and that since 1973, multiculturalism has been launched to manage migrants' population, does not automatically increase the participation of non-Anglo-Celtic (women) immigrants in political, economic or even in social and cultural arenas. Non-Anglo-Celtic women (henceforth: NAC women) immigrants are still doubly-marginalised. They are invisible and hardly represented in the dominant Anglo-Celtic discourse. They are marginalised in the dominant women's anthologies or also in their own ethnic's (male's) anthologies. When represented, they are represented stereotipically as the Other, problem, victim or as a threat. And yet, they had contributed quite siginificantly in the development of (public) services and in manufacturing industry. They also have their own share in promoting Australia as a multicultural society through their cuisine, costume, dancing and other cultural artefacts. However, since the 1970s, the situation has changed gradually with the increasing quantity and quality of multicultural women writers articulating their own (migrant) experiences. In this study, I use the term 'multicultural women-texts' for all kinds of cultural expressions produced by the NAC women. those are writers or cultural producers coming from outside British."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
D1641
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giska Admiko
"Skripsi ini membahas tentang stereotype perempuan yang diiternalisasi melalui dongeng Cinderella dengan pemikiran Sigmund Freud. Film Shrek sebagai dongeng perlawanan, dalam cerita dan penokohannya telah mendekonstruksi stereotype yang terkandung dalam dongeng Cinderella. Pengukuhan bahwa film Shrek adalah sebuah bentuk dongeng perlawanan dilakukan dengan memakai teori Judith Butler yang dalam pemikirannya memisahkan antara sex, gender dan sexuality dan menciptakan politik performatif.

This thesis discusses the stereotypes of women which is internalized through the tale of Cinderella with the thought of Sigmund Freud. Shrek movie as a tale of resistance, in the story and figuring had been deconstructing stereotypes contained in the fairy tale of Cinderella. The confirmation that Shrek the movie is a fairy tale of resistance is done using Judith Butler_s theory that split between sex, gender, and sexuality and create a politcs of performative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16028
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Ihsan
Jakarta: Noura Books, 2013
899.221 IRF c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Rachmatika Dewi Andayani
"Budaya Patriarkal merupakan budaya yang sangat mengakar dan melembaga, budaya ini berusaha mendominasi dunia dan mengeluarkan posisi perempuan. Pembongkaran budaya patriarkal telah dilakukan oleh rentetan tiga gelombang besar feminisme, namun akar dari keberadaan patriarkal sebenarnya adalah politik. Oleh karena itu usaha pendobrakan patriarkal harus dilakukan dengan mendobrak sistem politik yang bekerja di dalamnya. Politik sendiri sejak muncul telah menghilangkan perempuan dan hal ini telah berlangsung hingga saat ini.Persoalan politik dan perempuan merupakan sebuah usaha dalam pencapaian identitas perempuan sebagai political being, sebuah identitas yang secara alamiah dimiliki oleh perempuan namun tidak dapat dimilikinya bahkan dikenalnya. Akar dari peminggiran politik perempuan adalah terjadinya pembatasan uang privat dan publik yang bersumber pada persoalan nature dan culture. Perempuan selalu dipatok pada yang privat sehingga akses mereka untuk mencapai ranah publik sangat sulit, padahal kebebasan ruang publik merupakan salah satu instrument prasyarat penting dalam mendukung subjek politik. Diperlukan sebuah system politik yang mampu mengakomodir perempuan ke dalamnya dan menuju pada telos keadilan sesuai dengan Esensi sebenarnya dari politik.
Patriarchal culture is a culture that really strong and have legitimate, this culture try to dominated world and excluding women. Deconstruction to patriarchal culture had been done by big three feminism wave, but the truth root of patriarchal is politics. Politics growing in patriarchal and work with sturdy, cause of that effort to deconstruct patriarchal must done by deconstruct politics system that work inside. Since politics emerge, it had been eliminating women and this situation happen till today. Politics problem and women try to reaching women identity as political being, this identity stay naturally in women self but women never have that identity even to know more about it. The roots of boundary women politics happen in demarcation private and public emerge from nature and culture problem. Women always stay in private; it makes their access to reaching public room very difficult, though the freedom of public room is one of the important criterion instruments in supporting politic subject. We needed a politics system that has capability to accommodate women to the system and goes to target justice according with the essential meaning of politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Wulandari
"Emansipasi merupakan suatu bentuk pembebasan perempuan agar dapat sejajar dengan pria. Emansipasi perempuan Rusia muncul sebagai pengaruh dari ide-ide pembaratan yang diadopsi golongan Zapadniki, dan Ivan Sergeevic Tugenev termasuk didalamnya. Hal inilah yang ingin diangkat penulis dari novela ...../pervaia liubov'/Cinta Pertama karya Ivan Sergeevic Tugenev. Tokoh perempuan dalam novela ini sesuai dengan ide-ide kesetaraan Alison Jaggar, yang mengatakan bahwa masyarakat yang adil akan memungkinkan seorang individu untuk menunjukkan otonominya, dan juga memuaskan dirinya dan menurutnya, hak harus diberikan sebagai prioritas di atas kebaikan. Pada akhirnya, isu emansipasi perempuan yang ditampilkan digunakan sebagai wacana untuk memajukan perempuan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14777
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>