Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Heriyanti Untoro Dradjat
"ABSTRAK
Orang Cina yang bermukim di Indonesia, ternyata masih banyak yang memelihara adat kebiasaan sebagaimana layaknya ketika mereka bertempat tinggal di negeri Cina. Sebagian adat tersebut terlihat dari kepercayaan yang dianutnya, meskipun ada. juga sebagian kebiasaannya yang sudah berubah. Salah satu adat yang tampak jelas masih berlangsung adalah upacara sembahyang yang ditujukkan kepada penyembahan roh nenek moyang atau leluhur yang biasanya dilakukan di rumah. Upacara-upacara keagamaan lainnya dilaksanakan di tempat peribadatan orang Cina yang di Indonesia lazim disebut kelenteng. Di dalam bangunan ini terdapat bermacam-macam dewa/dewi sesuai dengan dewa/dewi apa yang diunggulkan dalam ibadah tersebut. Oleh karena itu arca dewa/dewi yang ditemukan dalam kelenteng berbeda satu sama lain.
Kepercayaan orang Cina yang terpancar dari berbagai wujud dewa/dewi yang dipujanya itu, bersumber dari ajaran agama Buda, ajaran Kong Hu Cu dan Tao, ditambah dengan ajaran dari agama Cina. Pilihan terhadap dewa/dewi dalam kepcrcayaan Cina agaknya ditentukan pula mitologi setempat. Oleh karena itu berbagai upacara maupun dewa/dewi orang Cina yang bermukim di Indonesia tetap menampakkan unsur "kecinaannya?. Sangat menarik bila dari area-area tersebut dapat diketahui sehingga dapat menambah pengetahuan kita mengenai sebagian aspek religi mereka.
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan untuk memperoleh data tentang kepercayaan orang Cina asli dan kepercayaan yang diterapkan di Indonesia. Selain itu dilakukan pula pengamatan lapangan di beberapa kelenteng untuk memperoieh data mengenai upacara-upacara yang dilakukan dan data bandingan tentang arca dewa/dewi yang ada di dalam kelenteng tersebut.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa scbagian ada! istiadat Cina berupa beberapa upacara yang sudah tidak dilaksanakan lagi di Indonesia diduga karena adanya perbedaan ekologi di dua negara ini. Namun sebaliknya, penyembahan terhadap area dewa/dewi yang pengaruh mitologi Cinanya amat dominan tetap dilakukan di Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, M. Rajab
Jakarta: Pustaka Widyasarana, 1995
302 LUB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hari Poerwanto
"ABSTRAK
POKOK PERMASALAHAN
Wang Gungwu menilai bahwa Indonesia merupakan contoh sebuah negara yang mempunyai masalah Cina amat kompleks(1981:261-264) 1. Salah satu dari masalah tersebut adalah erat kaitannya dengan identifikasi diri mereka terhadap negara tempat mereka tinggal 2. Sebagai akibat hal tersebut adalah timbal masalah seperti yang dikemukakan oleh Leo Suryadinata (1986:191-193). Dikatakannya bahwa sekalipun orang Cina di Indonesia telah meninggalkan identitasnya sebagai orang Cina dan mengidentifikasikan dirinya sebagai golongan peranakan, mereka tetap masih dianggap sebagai orang Cina. Di kalangan kebanyakan orang Indonesia, mereka belum dapat diterima sepenuhnya sebagai warga bangsa Indonesia. Banyak di antara pemimpin bumiputera menilai bahwa sebagai bagian dan nasion Indonesia, orang Cina sebagai pendatang masih dirasa perlu untuk dipertimbangkan. Sementara itu Suryadinata juga betpendapat bahwa meskipun orang Cina telah memiliki status kewarganegaraan Indonesia, berbagai simbol dan identifikasi rasional Indonesia masih sukar diserap dalam kehidupan mereka sehari-harinya. Hal tarsebut disebabkan kuatnya pengaruh kebudayaan negeri leluhur dalam membentuk identitas nasional orang Cina sebagai bangsa Indonesia.
Menurut penilaian Maly G. Tan (1979:vii), posisi orang Cina di Indonesia pada dewasa ini adalah sebagai berikut:
" Tak ada yang bersikap acuh tak acuh terhadap mereka, malahan biasanya sikap itu bersifat ekstrim; membenci atau sebalikaya menyenangi mereka. Sikap ekstrim ini pun tidak konstan pada orang atau kelompok-kelompok tertentu dalam keadaan tertentu bisa disenangi, dalam keadaan lain dibenci. Pendeknya jelas terdapat suatu sikap yang ambivalen terhadap mereka. Hal ini tercermin gala dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak menentu dari satu pemerintah ke pemerintah yang lain, sejak zaman kolonial sampai kini ".
Berdasarkan penilaian Lois(1951:29-35), sifat yang mendua juga dimiliki oleh kebanyakan orang Cina di Indonesia. Oleh karena itu agar mereka dapat menjadi orang Indonesia dalam arti sebenarnya, orang Cina yang telah berstatuskan sebagai warga negara Indonesia harus mampu membuktikan loyalitas dirinya, baik secara politik mau pun ekonomik terhadap negara barunya 3. Selanjutnya Somers Heidhues (1974: 43) juga menganjarkan sesuatu hal penting yang hares diperhatikan oleh orang Cina di Indonesia agar tidak mendapatkan perlakukan 'diskriminatif' , yaitu hendaknya menyadari bahwa status kewarganegaraan Indonesia yang telah dimilikinya sekaligus juga disertai suatu usaha agar bumiputera dapat menerimanya sebagai bagian dari mereka. Selama ini sering muncul pandangan dari kalangan bumiputera bahwa sekalipun telah mempunyai status kewarganegaraan Indonesia tetapi 'sekali Cina tetap Cina' 4. Terdapatnya pandangan seperti itu tidak terlepaskan dari adanya penilaian bahwa status mereka sebagai warganegara Indonesia itu hanya dipergunakan untuk mencari keuatungan dalam sektor perdagangan. Sementara itu uang sebagai hasil keuntungan yang diperolehnya, lebih dipakai untuk berbagai kegiatan yang eksklusif Cina atau dibawa ke luar negeri. Oleh karena itu mereka harus dapat membuktikan dirinya melalui kewajiban yang harus diberikannya kepada negara dimana mereka itu sekarang secara formal menyandang status kewarganegaraan dari negeri itu, ialah Indonesia. Suatu cara pembuktian yang harus dilakukan adalah kesediaan mereka untuk melakukan asimilasi dengan masyarakat atau negara tempat ia tinggal. Era modernisasi yang sedang melanda Indonesia, dapat dipakai sebagai momentum untuk saling berkerja sama sehingga jarak psikologis, sosial, ekonomi dan sebagainya dari kedua golongan tersebut semakin kabur.
Jika berbagai pandangan di atas ditelaah lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahwa penyelesaian masalah orang-orang keturunan Cina di Indonesia adalah erat kaitannya dengan proses pembangunan...."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
D257
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nana Nurliana
"Bangsa Amerika Serikat dikenal sebagai bangsa yang bersifat heterogen. Berbagai bangsa atau kelompok etnik datang dan bermukim untuk mencari kehidupan di benua baru yang kemudian menjadi negara Amerika Serikat. Oleh karena itu orang sering menyebut bangsa Amerika sebagai a nation of nations atau a nation of immigrants. Diantara para pendatang dari Asia yang telah mengalami sejarah yang panjang adalah orang Cina yang dalam perkembangannya telah menjadi Chinese American (orang Amerika keturunan Cina), karena proses regenerasi yang telah berlangsung lebih dari dua abad.
Dalam makalah ini akan ditelusuri pengalaman orang Cina yang datang di Amerika sejak awal abad ke-19 ketika negara Amerika Serikat mulai membangun negaranya setelah berakhirnya perang melawan Inggris yang terkenal sebagai Revolusi Amerika kedua atau Perang tahun 1812. Kita akan melihat bagaimana dan mengapa orang Cina datang ke Amerika dan bagaimana pengalaman kehidupan mereka di tempat yang baru itu. Secara kronologis sejarah kehidupan Chinese Americans ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu Masa Awal, masa berlakuknya exclusion Act 1882 dan Masa Pasca-Perang Dunia II."
2002
JSAM-VIII-JanDes2002-16
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Muthalib
"Fairchild dalam The Melting Pot Mistake menyatakan bahwa hidup di Amerika adalah hidup dalam suatu suasana norma-norma dan nilai-nilai yang tidak nyata. Norma-norma dan nilai-nilai itu ada dalam karakteristik diri seseorang dan menentukannya. Ini berarti hidup akrab tanpat dipaksa dengan orang-orang Amerika sehari-harinya. bagi mereka yang dilahirkan di Amerika dan berasal dari keturunan Amerika, maka hidup adalah normal dan spontan. Fairchild kemudian mengajukan suatu pertanyaan yaitu " What is it for the foreign immigrant?"."
2002
JSAM-VIII-JanDes2002-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti U. Dradjat
"ABSTRAK
Keramik Cina merupakan salah satu artefak panting dalam penelitian arkeologi. Di Indonesia keramik Cina seringkali ditemukan di berbagai situs, baik dari masa prasejarah, masa Hindu Budha maupun masa pengaruh agama Islam, bahkan berlanjut hingga masa kolonial. Dari berbagai hasil penelitian arkeologi yang telah dilakukan, terungkap bahwa fungsi keramik Cina tenyata beraneka ragam, ada yang digunakan sebagai peralatan hidup sehari-hari, alat upacara, dipakai sebagai bekal kubur dan juga dimanfaaikan sebagai wadah kubur. Lain daripada itu ditemukan pula sejumlah tipe barang keramik Cina, yang memiliki aneka ragam warna hiasan serta bahau dasar. Bertolak dari yang dapat diamati, maka penanggalan keramik Cina tersebut dapat diketahui, yakni berasal dari masa dinasti Han sampai dengan dinasti Ching. Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah tanah air kita ini, setidaknya dapat dijadikan data dasar bagi rekonstruksi masalah lalu terutama bertalian dengan negeri Cina, seperti hubungan Cina dengan beberapa pusat kekuasaan, yang ternyata bukan hanya karena perdagangan.
Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah Nusaniara ini ternyaia bukan hanya sebagai barang komoditi yang banyak dipenjual belikan, tetapi eksistensinya disababkau pula karena beberapa hal. Secara sepintas dapat diketahui bahwa pada masa lampau, keramik ini dipergunakan pula sebagai upeti atau hadiah persembahan dari raja Cina untuk beberapa orang raja di sini. Oleh karenanya maka dapat dikatakan sudah ada pula hubungan politik antara kedua negara. Selain itu ada pula keramik Cina yang sengaja dibawa sebagai peralatan yang digunakan oleh para awak kapal yang berkunjung dari daratan Cina."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>