Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9597 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paludi, Michele A.
London: Praeger, 2003
331.4 PAL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paludi, Michele Antoinette
Albany State University of New York Press 1991,
331.4 Pal a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Orlov, Darlene
""Can you say anything about sex at the office anymore? Yes, maybe, but read this first. Sexual harassment is a malign specter hovering over workplaces everywhere. One touch of its foul breath can devastate businesses, causing them to lose millions of dollars, not to mention waste bundles of time and energy. Needless to say, organizations are running scared. This book provides managers with vital information to protect themselves and their companies from lawsuits, bad publicity, decreased employee morale, and other associated miseries. Topics covered include: * laws and court decisions (including the most recent Supreme Court rulings) * what behavior is acceptable--and what isn't * preventive policies and staff training * investigating complaints, and more. With one of every three cases filed with the EEOC involving a sexual harassment claim, managers need help. This complete ""answer book""--with real-life scenarios, self-help quizzes, checklists, and thoughtful analysis--gives them just the guidance they need.""
New York: [American Management Association;, ], 1999
e20438354
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fiana Dwiyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pelecehan seksual pada perempuan di tempat kerja dengan lokasi studi kasus di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta. Ditulis dengan menggunakan perspektif kriminologi feminis, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi-partisipatoris yang memungkinkan peneliti untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh subjek penelitian dan memahami langsung fenomena yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggambarkan bentuk-bentuk pelecehan yang terjadi di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor penyebab pelecehan seksual di Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, dan resistensi dari para korban pelecehan seksual di kantor tersebut.

This thesis described the sexual harassment in the workplace with the Office of Study Sites in Jakarta municipal police. Written using feminist criminology perspective, this study used a qualitative approach with participatory observation method which enables researchers to come to feel what is experienced by the subject of research and understanding the phenomena that occurs directly in it. This study describes the forms of abuse that occur in the Office of DKI Jakarta municipal police, the factors that cause sexual harassment in the Office of DKI Jakarta municipal police, and the resistance of the victims of sexual harassment in the office."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini Paimin
"Kaum wanita Amerika sudah mengalami ketidaksetaraan ratusan tahun yang lalu. Mereka merasa bahwa sebagai warga Amerika mereka tidak diberi kesempatan yang sama dengan pria yaitu mendapat pendidikan yang sama dengan pria serta mendapat kesempatan bekerja di luar rumah. Dengan adanya ketidaksetaraan ini, kaum wanita kelas menengah yang tergabung dalam kelompok feminisme menentangnya. Kaum wanita ini berkumpul di Seneca Falls pada tahun 1848 dan mencetuskan suatu deklarasi yang disebut Declaration of Sentiment and Resolutions yang isinya adalah pria dan wanita diciptakan sama. Atas dasar inilah kaum wanita menuntut persamaan hak dan kesempatan dengan pria.
Perjuangan feminisme mulai berhasil ketika pada tahun 1920 kaum wanita mendapatkan hak pilih mereka setelah menunggu selama 72 tahun. Selain itu, mereka juga sudah mendapat kesempatan bekerja di luar rumah ketika Perang Dania II pecah sekitar tahun 1945. Mereka menggantikan tenaga kerja pria yang harus pergi berperang. Sejak itu, tenaga kerja wanita terus bertambah bahkan melampaui angka tenaga kerja pria. Meskipun secara kuantitas jumlah tenaga kerja wanita lebih besar dari pria tetapi kualitas pekerjaan mereka lebih rendah dari pekerjaan pria. Karena banyaknya tenaga kerja wanita serta rendahnya kualitas pekerjaan mereka, muncullah tindakan yang tidak menyenangkan dari pria terhadap wanita yang dikenal dengan tindakan pelecehan seksual.
Pelecehan seksual terhadap wanita di lingkungan kerja adalah bentuk diskriminasi terhadap wanita serta bentuk pelanggaran terhadap Title VII of the Civil Rights Act of 1964. Salah satu kasus pelecehan yang sangat terkenal di Amerika adalah kasus pelecehan seksual oleh Thomas terhadap Hill. Kasus ini terjadi pada tahun 1981 tetapi oleh Hill baru diungkapkan pada tahun 1991 ketika Thomas dicalonkan oleh Presiden Bush sebagai hakim di Supreme Court.
Umumnya kasus pelecehan terjadi karena adanya unsur ras, jender dan power (kekuatan). Dalam kasus Hill, Thomas adalah atasannya dan Hill adalah sekretarisnya. Kedudukan mereka tidak sejajar sehingga tindakan pelecehan dapat terjadi.
Tuduhan Hill terhadap Thomas mengundang kontrovesi baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan senator. Bagi kaum wanita yang tidak bekerja di luar rumah, mereka lebih percaya kepada Thomas karena ia pria kulit hitam yang berhasil di pekerjaan yang biasanya dilakukan pria kulit putih. Sementara itu, kaum wanita yang bekerja di luar rumah lebih mempercayai Hill karena menurut mereka pelecehan seksual memang terjadi di lingkungan kerja mereka. Senator Partai Republik yang sangat mendukung Thomas menginginkan agar pengukuhan Thomas segera dilaksanakan. Sedangkan Partai Demokrat menginginkan agar tuduhan terhadap Thomas dibuktikan dahulu kebenarannya. Hill akhirnya dikalahkan dan Thomas dimenangkan.
Masalah yang dibahas di sini adalah bahwa kekalahan Hill lebih banyak dipengaruhi oleh unsur ras daripada jender ataupun politik kepentingan. Sekalipun Hill sebagai korban pelecehan mengatakan yang sesungguhnya tetap saja ia tidak dipercayai karena ia tidak dapat membuktikan kebenarannya. Tujuan penulisan ini ialah untuk menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual Hill gagal diselesaikan karena faktor ras lebih berpengaruh daripada faktor jender atau faktor politik kepentingan. Hal ini dikarenakan adanya kolaborasi kepentingan antara presiden yang berkuasa saat ini dengan para senator dari Partai Demokrat dan Republik, dengan Clarence Thomas, dan juga dengan kelompok minoritas kulit hitam. Metode penulisan yang dipakai adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif interpretatif sebagai sumber informasi utama ditunjang oleh informasi dari internet dan CD-ROM.

Sexual Harassment towards Women at Working Environment: Anita Hill vs. Clearance Thomas's Case American women had experienced inequality since hundred years ago. They felt that as American citizen they were not given equal opportunity in getting the same education as well as getting the rights to work out side the home. The feminist group whose members were middle class women opposed this inequality. These women gathered in Seneca Falls in 1848 and declared what was called as Declaration of Sentiments. This declaration stated that all men and women were created equal. Based on this statement, women demanded equality of rights as well as opportunity with men.
In 1920, the struggle of feminism equality was successful because they got their right to vote after waiting for 72 years. Beside that, they had also got a chance to enter the work force especially when World War II broke in 1945. Since then, the women labor force even outnumbered their constituent that was men's labor. Even though the number of women who entered the labor force was greater but their occupation was considered lower than men's job. Due to this condition, unwelcome advances or acts from men to women happened which was known as sexual harassment.
Sexual harassment towards women at working environment is a form of discrimination and the violation of Title VII of the Civil Rights Act off 964. One of the sexual harassment cases which were famous in America was Anita Hill's case. This case happened in 1981 and was emerged by Hill in 1991 when Thomas was nominated as a judge at the Supreme Court by President Bush.
Generally, sexual harassment happens because of race, gender and power factors. In Hill's case, Thomas was her supervisor while Hill was his secretary. Their position was unequal so the unwelcome advances might happen.
Hill's allegation towards Thomas arouses controversy both in the society and among senators. American women who didn't enter the workforce, they believed Thomas more than Hill because he was a Blackman who was successful in white men's world. On the other hand, women who worked outside believed Anita Hill because sexual harassment did happen in their working environment. Republican senators who strongly supported Thomas wanted no delay for his confirmation, while Democratic senators suggested investigating Thomas due to Hill's allegations. However, Hill at last was defeated and Thomas was supported.
The problem discussed in this thesis is that Hill's sexual harassment case is mainly influenced by race factor than gender or politics factor. The purpose of this writing is to show that Hill's sexual harassment case is unresolved. It is due to the race factor which is more decisive than the other two factors, namely gender and politics factors. This is caused by the collaboration between the president at that time with the Republican and Democratic senator as well as Clarence Thomas and the minority group that is African Americans.
Method of writing in this thesis is purely library research with descriptive interpretative approach as the main source supported by the information from internet and CD-ROM.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Ratnasari
"Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dengan desain penelitian analitik pendekatan cross sectional. Jumlah responden 138 orang dengan cara pengambilan sampel menggunakan proportionate random sampling. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan antara perencanaan kehamilan, usia gravida, usia suami, mitos, frekuensi hubungan seksual dan inisiasi dengan fungsi seksual.
Hasil analisa regeresi logistik berganda dengan uji regresi binomial didapatkan nilai p-value = 0.008 dengan OR 8.7 untuk mitos dengan keinginan seksual, p-value = 0.143 dengan OR 2.1 untuk perencanaan kehamilan dengan gairah seksual, p-value = 0.002 dengan OR 5.2 untuk frekuensi hubungan seksual dengan orgasme dan p-value = 0.021 dengan OR 3.7 untuk frekuensi hubungan seksual dengan kepuasan seksual. Disimpulkan mitos sangat memengaruhi fungsi seksual ibu hamil.

Sexual function in pregnant women perceived change due to changes in the physical, hormonal, psychological and socio-cultural. The purpose of this study to overview sexual function of pregnant women and the factors that influence. This study uses quantitative methods to design analytic approach of cross sectional study. Total respondents 138 people in a way proportionate random sampling using sampling.
Results of the study explained that there is a relationship between planning pregnancy, gravida age, the age of the husband, the myth, the frequency of sexual intercourse and initiation of the sexual response; desire, arousal, orgasm and sexual satisfaction.
Regeresi analysis results of the multiple logistic regression with binomial obtained p-value = 0.008 with OR 8.7 for the myth with sexual desire, p-value = 0143 with OR 2.1 for pregnancy planning with sexual arousal, p-value = 0.002 with OR 5.2 for frequency sexual intercourse with orgasm and p-value = 0.021 with OR 3.7 for the frequency of sexual intercourse with sexual satisfaction. Concluded myth influence with sexual function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T45336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Kresna
"Permasalahan korupsi di Indonesia, terutama dalam bentuk gratifikasi masih marak terjadi dan sulit diatasi, namun lebih jauh terdapat bentuk gratifikasi lain yang belum secara komprehensif diatur dan di kriminalisasi, yaitu gratifikasi seksual. Penelitian ini berupaya melihat gratifikasi seksual pada berbagai kasus korupsi di Indonesia sebagai bentuk kejahatan dan serta berupaya menawarkan model pencegahannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis terhadap kajian literatur ilmiah, disertai dengan wawancara mendalam terhadap pelaku gratifikasi seksual, KPK, jaksa, kriminolog dan LSM. Temuan penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa terdapat kekosongan norma hukum berkaitan dengan fenomena ini, begitu pula norma sosial yang kemudian membuatnya sulit dideteksi dan dipidanakan. Melalui teori fraud triangle oleh Cressey (1958) penelitian ini mengajukan strategi pencegahan gratifikasi seksual

The problem of corruption in Indonesia, especially in the form of gratification, is still rife and difficult to overcome, however, there are other forms of gratification that have not been comprehensively regulated and criminalized, namely sexual gratification. This study seeks to examine sexual gratification in various corruption cases in Indonesia as a \ crime and aim to offer a model of prevention. This research is a descriptive qualitative study with an analysis of the scientific literature review, accompanied by in-depth interviews with perpetrators of sexual gratification, KPK, prosecutors, criminologists and NGOs. Current study finds that there is a void in legal norms associated with this phenomenon, as well as social norms which then make it difficult to detect and criminalize. Through the fraud triangle theory by Cressey (1958), this study proposes a prevention strategy of sexual gratification"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Athirah
"Kemajuan teknologi informasi dan internet membuka peluang munculnya bentuk- bentuk baru dari pelecehan seksual terhadap perempuan. Media sosial seperti Twitter pun menjadi tempat bentuk baru pelecehan seksual marak terjadi. Meningkatnya penggunaan Twitter selama pandemi COVID-19 semakin memperbanyak kasus pelecehan seksual yang terjadi. Cyber flashing sebagai tindakan mengirim foto seksual eksplisit secara tiba-tiba dan tanpa persetujuan penerimanya menjadi salah satu bentuk pelecehan seksual yang difasilitasi teknologi serta terjadi di Twitter. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana cyber flashing dipraktikkan di Twitter. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup observasi partisipan serta melibatkan perempuan pengguna Twitter yang menjadi korban dari praktik cyber flashing dalam wawancara mendalam. Praktik cyber flashing sebagai bentuk pelecehan seksual online menghambat perempuan dalam mewujudkan agensi mereka melalui ekspresi diri di Twitter. Penelitian ini juga melihat bagaimana perempuan memahami praktik cyber flashing serta bagaimana perempuan menanggapi praktik ini melalui tindakan resistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan melakukan bentuk resistensi nontradisional dengan memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki di platform media sosial ini. Pada akhirnya, perempuan membentuk rasa aman dan mewujudkan agensi yang dimiliki dengan cara mereka sendiri.

Advances in information technology and the internet open up opportunities for the emergence of new forms of sexual harassment against women. New forms of sexual harassment are rife on social media platforms such as Twitter. The increasing use of Twitter during the COVID-19 pandemic has increased the number of sexual harassment cases. Cyber flashing is one of the sexual harassment forms that is facilitated by technology and occurs on Twitter. This research describes how cyber flashing is practiced on Twitter. This research employs a qualitative method that includes participant observation and involves women users who are victims of cyber flashing in in-depth interviews. The practice of cyber flashing as a form of online sexual harassment prevents women from exercising their agency through self-expression. This research also looks at how women perceive the practice of cyber flashing and how they respond to it through resistance. The findings show that women carry out non- traditional forms of resistance by utilizing the resources they have on this social media platform. Women ultimately create a sense of security for themselves and expresstheir agency in their own way."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Kiani Indra
"Penelitian ini fokus terhadap masalah kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas di Indonesia, dan mendalami bagaimana pemasaran sosial dapat mengurangi terjadinya hal tersebut di konteks Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 pada masa pandemic COVID-19. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka, dimana penulis meninjau berbagai literatur seperti jurnal, buku, dan laporan terkait isu terkait. Hal tersebut dilakukan agar penulis dapat menjangkau berbagai data dan kasus di skala lebih luas dari luar negeri dan juga dari berbagai daerah di Indonesia. Pertama, penulis menganalisis bagaimana penyandang disabilitas dipandang dalam masyarakat Indonesia. Selanjutnya, penulis mendalami contoh kasus keberhasilan pemasaran sosial yang telah dilakukan dalam Indonesia, serta pemasaran sosial yang berfokus pada masalah diskriminasi terhadap penyandang disabilitas yang telah dilakukan di luar negeri. Hasil tinjauan pustaka menunjukan bahwa stigmatisasi terhadap penyandang disabilitas masih ditemukan dalam masyarakat, pemerintahan, dan juga di pusat rehabilitasi sosial. Stigmatisasi tersebut menjadi akar masalah dari munculnya kekerasan terhadap penyandang disabilitas. Pemasaran sosial dapat digunakan sebagai suatu intervensi untuk mengurangi stigma dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kampanye-kampanye pemasaran sosial yang pernah dilakukan di Indonesia. Dalam konteks kekerasan dan stigma terhadap penyandang disabilitas, kampanye pemasaran sosial juga telah dilakukan di luar negeri dengan hasil cukup baik. Akhirnya, penulis berfokus pada potensi pemasaran sosial di Indonesia. Pertama, kerjasama dengan tokoh masyarakat dapat membantu membuat masyarakat sasaran lebih berterima dan tertarik. Selanjutnya, penggunaan internet tinggi dapat meningkatkan efektivitas pemasaran sosial melalui media online. Disarankan bahwa perlu ada lebih banyak upaya untuk menghadapi masalah diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di Indonesia, dan juga perlu lebih banyak penelitian yang mendalami evaluasi pemasaran sosial hak disabilitas yang dilakukan di Indonesia.

This research focuses on the issue of sexual violence against people with disabilities in Indonesia, and explores how social marketing can reduce this in Indonesia. This study was conducted in 2021 during the COVID-19 pandemic. The research method used is literature review, where the writer analyzes various literatures such as journals, books, and related reports to form a conclusion. This is done so that the writer can obtain various data and cases on a wider scale from both abroad, as well as also from various regions in Indonesia. First, the writer analyzes how people with disabilities are seen in Indonesian society. Furthermore, the writer explores examples of successful cases of social marketing that have been carried out in both Indonesia, as well as social marketing that focuses on the problem of discrimination against persons with disabilities that has been carried out in other countries. The results of the literature review show that the stigmatization of people with disabilities can be found in the community level, government level, and in social rehabilitation centers. This stigmatization is the root cause of the emergence of violence against them. In this case, social marketing can be used as an intervention method to reduce stigma in society. This can be seen from the social marketing campaigns carried out in Indonesia. In the context of violence and stigma against persons with disabilities, social marketing campaigns have also been carried out abroad with good results. Finally, the writer focuses on the potential of social marketing in Indonesia. First, collaboration with prominent community figures can help make target communities more accepting and interested. Furthermore, high internet usage can increase the effectiveness of social marketing through online media. It is suggested that more efforts need to be made to address the issue of discrimination against persons with disabilities in Indonesia, and also more research is needed to investigate the evaluation of social marketing of disability rights conducted in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>