Ditemukan 13146 dokumen yang sesuai dengan query
Chaniago, Andrinof Achir
Jakarta: Universitas Paramadina dan Center for political studies FISIP UI, 2006
330.959 8 CHA t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This article distills the economic and current significance contained in the political economy of J.R. Commons. It compares descriptions of his three main works that discuss “sovereignty”: A Sociological View of Sovereignty (SVS), Legal Foundations of Capitalism (LFC), and Institutional Economics (IE). Through this comparison, we find that the role of sovereignty in his theory changed dramatically. First, in the period from SVS (1899–1900) to LFC (1924), the theory of sovereignty changes significantly from the standpoint of natural rights, which imply permanence of privileged customs, to “pragmatic philosophy” of the courts, in which laws are relevant to customs at certain times and places. Second, from the manuscripts of IE (1927–1928), sovereignty is defined as comprising part principles, which relate to each other and make up the whole principle, willingness. In other words, Commons views sovereignty as one perspective, which in turn has a high capability of explaining the socioeconomic system. Additional descriptions of IE (1934) derived from its original manuscripts repeatedly emphasize the “power” of economic concerns that are equal to or exceed the power of the state, as well as the importance of the “function” of sovereignty in pragmatic investigations of economic disputes. We distill the economic and current significance of IE. First, the value theory that constructs values institutionally and collectively starts from an analysis of sovereignty and joint evaluations. Second, sovereignty cannot be separated from an analysis of economic transactions. Third, this paper concretely shows elements of a “deliberate space” in which sovereignty and economic interests act in concert"
KER 84 (1-2) 2015
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yanuar Ikbar
Bandung: Angkasa, 2002
338.9 YAN e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tobing, Bey
"Dominik Lekisha seolah hidup dalam dunia dongeng ketika bertemu cinta pertamanya di Heidelberg, tempat yang dijuluki Fairy Tale Town. Hubungannya dengan lelaki itu berjalan sangat mulus, mudah, dan menyenangkan. Namun semua berubah ketika lelaki itu memutuskan hubungan mereka yang hampir menuju jenjang pernikahan. Dominik hancur berkeping-keping. Saat Dominik kehilangan arah, dia bertemu Rian Keano, mantan atlet lari yang juga sedang patah hati. Dengan cepat mereka menjadi partner in crime, yang kemudian bersama-sama menyembuhkan diri lewat maraton. Dominik akhirnya berhasil meninggalkan luka masa lalu dan tidak ingin berharap banyak lagi dalam kehidupan asmaranya. Hingga sebuah reuni mempertemukan Dominik dengan seseorang yang belum bisa melupakan dirinya sejak sepuluh tahun yang lalu."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2020
899.221 TOB a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Musfiroh
"Sebagai negara dengan perekonomian yang berada di ranking keenam belas di dunia pada tahun 2018, kerjasama perdagangan internasional merupakan hal penting bagi Indonesia. Kerjasama perdagangan internasional pada awalnya hanya difokuskan pada negara-negara yang menjadi mitra dagang utama saja, baik dalam skala global maupun regional seperti ASEAN. Pada perkembangannya, Indonesia juga membuka diri dengan menjalin kerjasama perdagangan bebas atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara lain di luar kawasan yaitu Chile yang terletak di kawasan Amerika Latin. Akan tetapi jika ditinjau dari perdagangan internasional, nilai perdagangan antara Indonesia dan Chile tidak signifikan dibanding dengan negara lainnya yang berada di kawasan tersebut seperti Brazil dan Argentina. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Indonesia justru menjalin kerjasama perdagangan bebas dengan Chile dalam skema Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA)? Melalui pendekatan kualitatif (studi literatur dan wawancara) dengan menggunakan teori pemilihan Mitra FTA oleh Solis dan Katada (2008), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif keterlibatan Indonesia dalam IC-CEPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tiga motif atas keterlibatannya dalam IC-CEPA. Pertama, motif ekonomi, yakni untuk mendapatkan akses pasar bagi produk manufaktur khususnya produk unggulan alas kaki dan menghindari adanya trade diversion. Kedua, motif politik yaitu untuk meningkatkan status Indonesia melalui upaya menjadi trade hub bagi kawasan Amerika Latin di Asia Tengara. Ketiga, motif leverage yakni untuk meningkatkan kapasitas Indonesia di sektor pertanian mengingat Chile merupakan salah satu negara memiliki sistem pengelolaan sektor pertanian yang terbaik di dunia.
As a country with sixteenth economic ranking in the world (2018), international trade is important for Indonesia. The cooperation is initially focused on countries which become the main trading partners, both on a global and regional scale such as ASEAN. On its development, Indonesia also opened up by establishing a Free Trade Cooperation (FTA) or Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) with other countries outside the region such as Chile in which it's located in Latin America. However, in terms of international trade, the total value of trade between Indonesia and Chile is small and unlike the trading with other countries in the same region. This matter then raises question, why Indonesia establish free trade cooperation with Chile in the Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) scheme? Through a qualitative approach (literature study and interview) using the theory of FTA partner selection by Solis and Katada (2008), this study aims to analyze the Indonesian motives behind its involvement and its decision to sign the IC-CEPA cooperation with Chile. The results of this study find that Indonesia has three motives for its involvement in IC-CEPA. First, economic motives, those are the need to export its manufactured products, particularly footwear and to avoid trade diversion. Second, political motive, that is to improve Indonesia's status through its efforts by becoming a trade hub for the Latin America countries in Southeast Asian regions. Third, leverage motive, that is to build Indonesia's capacity in the agricultural sector, considering that Chile is one of the countries with the best agricultural sector management system in the world."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Sudarsono
Yogyakarta: Matabangsa, 2003
330 SUD k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Syamsul Bahri
"
ABSTRAKDalam merespons krisis finansial Asia di tahun 1997-1999, pemerintah Indonesia dan Malaysia mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang berbeda. Pemerintah Indonesia menaikkan suku bunga, mengurangi alokasi anggaran, melepaskan intervensi nilai tukar, dan meliberalisasi berbagai sektor ekonomi; sementara pemerintah Malaysia menurunkan suku bunga, melakukan ekspansi anggaran, mempertahankan intervensi nilai tukar, dan mengaplikasikan kontrol modal. Mengapa krisis yang sama direspons dengan kebijakan ekonomi makro berbeda? Mengapa krisis ekonomi tersebut diikuti dengan perubahan kebijakan ekonomi ke arah yang lebih liberal di Indonesia, sementara tidak di Malaysia? Dalam riset-riset sebelumnya, faktor paradigma ekonomi terkesan kurang diperhatikan sebagai penentu preferensi kebijakan pemerintah sewaktu krisis. Lewat penelitian ini, penulis berargumen bahwa perbedaan kebijakan ekonomi makro saat krisis disebabkan oleh perbedaan paradigma yang berkembang di masing-masing rezim pemerintahan sebelum krisis. Paradigma ekonomi membangun ekspektasi pemerintah terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil sebelum krisis. Kemunculan krisis finansial mendorong perubahan kebijakan ekonomi makro karena (i) krisis tersebut memfalsifikasi ekspektasi paradigma ekonomi yang dianut pemerintah dan (ii) pendukung paradigma alternatif berhasil masuk ke dalam proses perumusan kebijakan ekonomi makro untuk mendelegitimasi paradigma lama, kemudian melembagakan paradigma baru. Dua faktor ini hadir di Indonesia, namun tidak di Malaysia."
Depok: Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2017
320 JURPOL 2:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lusia Handayani
"Pangan merupakan hak mendasar setiap manusia. Masyarakat atau bangsa yang tidak terpenuhi kecukupan pangannya akan berpotensi menimbulkan tidakstabilan ekonomi bahkan dapat menjatuhkan sebuah pemerintah. Ketergantungan terhadap beras sebagai pangan pokok dapat mengancam stabilitas ekonomi dan politik manakala pangan tersebut tidak tercukupi dengan baik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menghindari ancaman tersebut adalah beralih ke berbagai pangan sumber karbohidrat lainnya yang banyak tumbuh di Indonesia, antara lain ubi jalar, singkong, garut, dan ganyong. Namun demikian, aneka pangan lokal tersebut masih dianggap pangan kelas dua, karena masih kuatnya budaya pangan berbasis nasi dari beras. Karena itu, perlu kampanye pangan lokal di media internet. Internet saat ini berkembang menjadi media yang mampu menjangkau seluruh kalangan secara cepat dan tepat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan sumber data sekunder berupa buku, dokumen, dan jurnal terkait bela negara dan ketahanan pangan. Hasil kajian ini menunjukkan belum maksimalnya pemanfaatan internet sebagai media kampanye pangan lokal ke masyarakat baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Sejalan dengan perkembangan pesat internet dan pentingnya melakukan bela negara di semua aspek, kampanye pangan lokal melalui media internet perlu dilakukan oleh semua pihak."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2018
355 JDSD 8:2 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Diva Muhammad Alfirman
"Infrastructure projects in developing countries are crucial to improve the interconnectivity and equality of national economic development. However, infrastructure projects may lead to social impacts. For example, land acquisition may cause involuntary resettlement that may impact the livelihoods of Project-Affected People (PAP).The land is a critical resource for infrastructure development and the government has established regulations to stipulate land acquisition mechanisms and mitigate the social impacts. However, in practice, social impacts onPAP are usually insufficiently mitigated. Based on applicable regulation, the cost for land acquisition must be calculated with fair compensation, considering both physical and economic losses. It is common that residualimpacts remain as some aspects are not fully counted such as: post-land acquisition life management and sustainability of life for squatters without legal ownership assets and are usually left behind. On the otherh and, investors have concern with this risk as it can affect investment value and project sustainability. Here,we propose thoughts of improvements for a better practice of land acquisition mechanism and Institutional arrangement with a case study in Indonesia. The proposed improvement is expected to achieve a win-win solution for Project Proponent and PAP by minimizing the economic losses and increasing the benefits shared between land users and the affected communities. This paper also highlights the importance of Stake holders’ engagement on effective management of the residual impact of land for infrastructure development in Indonesia. In this case, Stakeholders include Regulators, Project Proponent, Financiers, Local Government,NGOs, and other relevant stakeholders)."
Jakarta: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2022
658 JIPM 5:1 (2022)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Gabriela Rigoni
"Preventing economic distortions and providing for gender equality should be a main goal that could be achieved not only by promoting labor laws and ensuring welfare benefits, but also with the design of a tax-benefits system that could address those issues.A gender-sensitive tax-benefits system would become a permanent safeguard policy for gender issues, promoting gender inclusion."
Jakarta: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2022
658 JIPM 5:1 (2022)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library