Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cagan, Phillip
Washington: American Enterprise Institute for Public Policy Research, 1981
338.5288 CAG c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Gracia Keinamada
"Ketika ditawarkan produk secara gratis konsumen cenderung rela mengorbankan waktunya untuk mendapatkan produk tersebut. Fenomena ini adalah manifestasi dari fenomena zero price effect, dimana konsumen menilai barang dengan nilai terlalu tinggi saat ditawarkan produk gratis. Apabila waktu tunggu memengaruhi perceived value dan keputusan membeli konsumen, maka waktu tunggu sebelum mendapatkan produk gratis, menyebabkan perceived value konsumen terhadap produk gratis akan semakin meningkat, membuat konsumen mengalami fenomena zero price effect, dan meningkatkan keputusan konsumen untuk membeli. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efek moderasi waktu tunggu dalam keputusan membeli konsumen terhadap produk gratis yang ditawarkan. Penelitian eksperimental memiliki 2 (harga: gratis vs. diskon) × 2 (waktu tunggu: tidak ada waktu tunggu vs ada waktu tunggu) between subject desain faktorial. Partisipan (N 54) ditugaskan secara acak pada kelompok berbelanja produk diskon atau gratis kemudian diminta untuk memilih produk yang ingin mereka beli. Mereka kemudian segera diberikan produk atau diminta untuk menunggu sebelum mendapatkan barang yang mereka pesan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari keputusan membeli antara kelompok yang ditawarkan produk secara gratis dengan kelompok harga diskon, baik ketika mereka berada dalam situasi ada waktu tunggu atau tidak ada waktu tunggu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 16:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Paresh Kumar Narayan
"Using the Consumer Price Index (CPI) data of 82 Indonesian cities, we propose the hypothesis of heterogeneity in the cities’ contribution to the aggregate Indonesian CPI. Using a price discovery model fitted to monthly data, we discover that (1) of the 23 cities in the province of Sumatera, five contribute 44% and nine contribute 66.7% to price changes, and (2) of the 26 cities in Java, four alone contribute 41.6% to price changes. Even in smaller provinces, such as Bali and Nusa Tenggara, one city alone dominates the change in aggregate CPI. From these results, we draw implications for maintaining price stability."
Jakarta: Bank Indonesia Institute, 2019
332 BEMP 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Harryputra
"[ABSTRAK
Secara umum konsumen menggunakan informasi harga sebagai sinyal kualitas (price-quality cue). Namun hal tersebut tidak berlaku secara universal pada semua jenis jasa. Penelitian ini ingin meneliti tingkat penggunaan price-quality cue dan perbedaan penggunaannya pada jasa-jasa yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan price-quality cue ada pada semua jasa yang diteliti. Meski demikian penggunaan price-quality cue berbeda-beda antara satu jasa dengan jasa lainnya. Penggunaan price-quality cue memiliki korelasi yang signifikan dengan persepsi kompleksitas produk pada semua jasa yang diteliti. Namun tidak pada semua jasa ditemukan korelasi yang signifikan antara price-quality cue dengan persepsi heterogenitas penyedianya.

ABSTRACT
It has been a market belief that price is a proxy of a product?s quality. However, the use of it comes with various level depends on the service type. This research try to study the usage of this price-quality cue on consumer services perceived to have different product and market characteristics. The result shows that, even though at the various level, consumer use price as quality cue in all kind of services researched. Price-quality cue usage has strong correlation with perceived product complexity for all services researched. However not at all researched services found significant correlation between price-quality cue with perceived provider heterogeneity.;It has been a market belief that price is a proxy of a product?s quality. However, the use of it comes with various level depends on the service type. This research try to study the usage of this price-quality cue on consumer services perceived to have different product and market characteristics. The result shows that, even though at the various level, consumer use price as quality cue in all kind of services researched. Price-quality cue usage has strong correlation with perceived product complexity for all services researched. However not at all researched services found significant correlation between price-quality cue with perceived provider heterogeneity., It has been a market belief that price is a proxy of a product’s quality. However, the use of it comes with various level depends on the service type. This research try to study the usage of this price-quality cue on consumer services perceived to have different product and market characteristics. The result shows that, even though at the various level, consumer use price as quality cue in all kind of services researched. Price-quality cue usage has strong correlation with perceived product complexity for all services researched. However not at all researched services found significant correlation between price-quality cue with perceived provider heterogeneity.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryota Nagasawa
Tokyo: Kinokuniya Book-store Co. Ltd, 1964
338.52 Ryo m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herjuno Bagus Wicaksonoputro
"Studi ini menguji pergerakan dari indeks harga saham syariah di Indonesia terhadap perubahan pada sentimen investor dan faktor-faktor makroekonomi. Dalam studi ini, sentimen investor proksi yang digunakan adalah Consumer Confidence Index CCI, sementara variabel faktor-faktor makroekonomi variabel yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, Indeks Produksi Industri IPI, Consumer Price Index CPI, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, tingkat penawaran uang, dan tingkat suku bunga BI Rate. Penelitian ini menggunakan metode pengujian Ordinary Least Square dengan frekuensi data bulanan dari bulan Januari 2006-Juni 2016. Studi ini melaporkan bahwa CCI, IHSG, dan tingat penawaran uang, memiliki pengaruh signifikan terhadap imbal hasil saham syari'ah JII.

This study examines the level of exposure Islamic stock price indices in Indonesia to the relative change in investor sentiment index and macroeconomic factors. For investor sentiment, the proxy is the Consumer Confidence Index CCI. For macroeconomic variables, the proxies are Indonesia Composite Index, industrial production index, consumer price index, the exchange rate of rupiah against the US dollar, money supply, and interest rates the data used for this variable is the BI Rate. The author conducts the ordinary least square OLS test with the monthly data from January 2006 to June 2016. The study reports that CCI, Indonesia Composite Index, and money supply have the significant influence in Islamic Price Index in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
McCloskey, Donald N.
New York: Macmillan, 1985
338.521 Mcc a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sukarno
"Studi ini tentang penilaian harga saham berdasarkan analisa fundamental dengan pendekatan PER. Meskipun ada modifikasi, tapi model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik dalam maupun luar negeri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui relevansi penentuan PER dalam keputusan investasi di BEJ. Kemudian dirinci, untuk mengetahui : apakah growth rate, dividen payout ratio dan financial leverage mempengaruhi besarnya PER; variabel manakah (earning growth atau dividen growth) yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER; apakah pengaruh masing-masing variabel eksplanatori terhadap PER tetap konsisten dari tahun ke tahun dan apakah model empiris yang diajukan dapat dipakai sebagai security selection serta mengkaji apakah kebijaksanaan BAPEPAM tentang PER maksimal 15 kali memadai.
Hasil analisa tahun 1989-1993 maupun keseluruhan menunjukkan bahwa semua persamaan regresi (kecuali 1989) memiliki F-test signifikan dan adjusted R2 minimal 75%. Berarti di samping secara serentak berpengaruh, perubahan variabel eksplanatori mampu menjelaskan perubahan variabel PER paling rendah 75%. Pengaruh secara parsial, berdasarkan t-test, umumnya variabel growth rate dan dividen payout ratio signifikan berpengaruh. Tapi variabel financial leverage tidak signifikan berpengaruh.
Akan tetapi bila ditinjau koefisien regresi masing-masing variabel eksplanatori menunjukkan bahwa umumnya terdapat arah dan hubungan positif antara variabel growth rate dan dividen payout ratio terhadap PER. Sebaliknya terdapat arah dan hubungan negatif antara variabel financial leverage dengan PER . Jadi meskipun pengaruhnya kurang signifikan, dengan semakin meningkatnya financial leverage akan mendorong risiko financial makin tinggi dan PER menjadi makin menurun.
Sementara itu variabel earning growth diketahui lebih berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER daripada variabel dividen growth. Hanya pada 1990 saja variabel dividen growth memiliki adjusted R2 dan t-test lebih signifikan. Diketahui pula bahwa variabel growth rate dari tahun ke tahun tetap dominan berpengaruh terhadap besarnya PER. Namun demikian besar dan arah pengaruhnya berubah-ubah. Dan model empiris yang diajukan ternyata kurang cocok untuk security selection.
Akhirnya, bertolak dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa anjuran BAPEPAM tentang batas PER tidak lebih dari 15 kali untuk perusahaan yang akan go public semua sektor industri adalah kurang tepat. Memang rata-rata PER empiris dibawah 15 kali bila variabel eksplanatori konstan (=0). Yaitu 6,1271 kali (1989); -0,0027 kali (1990); -35,6735 kali (1991); 0,1289 kali (1992); 12,2483 kali (1993) dan 0,099 kali(1989-93).
Tapi jika salah satu variabel, misalnya growth rate, bernilai positif maka hasil P/NE menjadi diatas 15 kali. Tentunya setiap perusahaan memiliki prospek untuk tumbuh. Karenanya BAPEPAM disarankan meninjau kembali himbauan tentang batas PER."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>