Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106964 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ichlasul Amal
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998
343.015 REG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aidil
"Monumen merupakan suatu bangunan yang sengaja dibuat untuk memperingati sebuah peristiwa yang pemah tefjadi atau seseorang yang pantas dikenang oleh masyarakat banyak. Monumen ada yang berbentuk patung, prasasti, tugu atau bangunan lain yang dianggap dan dinyatakan sebagaimonumen. Tetapi pada umumnya monumen berbentuk tugu dan patung. Sehubungan dengan guna monumen untuk memperingati suatu peristiwa yang telah terjadi atau seseorang telah meninggal, maka monumen sangat erat kaltannya dengan kesejarahan. Karena itu ada beberapa monument yang dilengkapi dengan museum guna memberikan informasi lebih banyak tentang peristiwa atau seseorang yang disimbolkan oleh monumen tersebut. Salah satu monumen yang terkenal diIndonesia adalah Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya guna mengenang para Pahlawan Revolusi yang gugur dibunuh olek PKI pada peristiwa G30 S/PKI di Lubang Buaya tanggal 30 September 1965. Dengan mengunjungi monumen dan museum diharapkan masyarakat lebih memahami sejarah kebangsaannya yang selanjutnya akan memperkuat rasa nasionalismenya.
Peristiwa G30 S/PKI merupakan akhir petualangan Partai Komunis di Indonesia. Peristiwa ini pula yang menyebabkan berakhlmya kepernlmpinan Sukamo dan sekaligus awal dari kepemimpinan Suharto di Republlk Indonesia. Peristiwa G30 S/PKI menjadl sangat menarik untuk dibahas dan diteliti.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan quesioner untuk menjaring persepsi para pelajar Pendidikan Menengah yang berkunjung ke monumen khususnya monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya. Data yang didapat dianalisis menggunakan metoda stalistik regresi sederhana dan regresi berganda.
Hasil penelitian pertama, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Peran dan Fungsi Monumen terhadap nasionalisme. Dari persamaan regresi, koefisien besarnya pengaruh tersebut adalah 0,258. Artinya, setiap peningkatan 1 satuan, Peran dan Fungsi Monumen akan meningkatkan nasionalisme pelajar Pendidikan Menengah sebesar 0,258 satuan. Kedua, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Pemahaman Sejarah Kebangsaan terhadap nasionalisme yang artinya semakin tinggi pemahaman sejarah kebangsaan, maka semakin tinggi nasionalisme pelajar Pendidikan Menengah. Dari persamaan regresi, koefisien besarya pengaruh pemahaman sejarah kebangsaan tersebut sebesar 0,340. Artinya peningkatan pemahaman sejarah kebangsaan sebesar 1 satuan, akan meningkatkan nasionalisme sebesar 0,340 satuan. Ketiga, Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari pemahaman sejarah kebangsaan dan peran dan Fungsi Monumen terhadap Nasionalisme pelajar Pendidikan Menengah. Adapun pengaruhnya sebesar 59,8 %.

A monument is a building that is deliberately made to commemorate an event that has happened or someone who deserves to be remembered by the public at large. There are monuments in the form of statues, inscriptions, monuments or other buildings that are considered and declared as monuments. But in general, monuments are in the form of monuments and statues. With respect to the use of monuments to commemorate an event that has occurred or someone has died, monuments are very closely related to history. Because of that there are several monuments that are equipped with museums to provide more information about the event or person symbolized by the monument. One of the well-known monuments in Indonesia is the Pancasila Sakti Monument in Lubang Buaya to commemorate the Revolutionary Heroes who were killed by the PKI during the G30S/PKI incident in Lubang Buaya on September 30, 1965. By visiting monuments and museums, it is hoped that the public will better understand their national history and that later strengthens their sense of nationalism.
The G30 S/PKI incident was the end of the adventures of the Communist Party in Indonesia. This event also led to the end of Sukamo's leadership and at the same time the beginning of Suharto's leadership in the Republic of Indonesia. The events of the G30 S/PKI are very interesting to discuss and research.
The research method used was a survey method using a questionnaire to capture the perceptions of secondary education students visiting monuments, especially the Pancasila Sakti Lubang Buaya monument. The data obtained were analyzed using simple and multiple regression statistical methods.
The results of the first study, there is a positive and significant influence. The Role and Function of the Monument against nationalism. From the regression equation, the coefficient of the magnitude of the effect is 0.258. This means that for every increase of 1 unit, the Role and Function of the Monument will increase the nationalism of Secondary Education students by 0.258 units. Second, there is a positive and significant influence. The understanding of national history towards nationalism means that the higher the understanding of national history, the higher the nationalism of secondary education students. From the regression equation, the magnitude coefficient of the influence of understanding national history is 0.340. This means that an increase in understanding of national history by 1 unit will increase nationalism by 0.340 units. Third, there is a positive and significant influence from understanding national history and the role and function of monuments on the nationalism of secondary education students. The effect is 59.8%.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T24999
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Erwin N. Ginting
"Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang didasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan penampilan awal perwujudan nyata aspirasi bangsa Indonesia secara formal. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diproklamirkan itu harus diisi melalui perjuangan-perjuangan nasional berikutnya guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana yang diinginkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Perjuangan pengisian kemerdekaan itu baru dilakukan secara terarah dan terkonsepsional setelah Orde Baru ingin kembali secara murni dan konsekwen kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Berlandaskan kepada ideologi negara, pandangan hidup bangsa dan dasar strategi nasional yaitu Pancasila dan dari tempaan pengalaman hidup yang dialami lewat seragkaian sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri, agar dapat hidup layak sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat sejajar dengan bangsa - bangsa lain, maka bangsa Indonesia menentukan pandangan hidupnya sendiri sesuai falsafah yang dianut. Disamping itu dengan mensyukuri rakhmat dan karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia-bumi, tanah air yang terletak di daerah katulistiwa dengan daerah tropisnya, yang berbentuk negara kepulauan dengan posisi silangnya yang bernilai strategis tinggi serta kekayaan alam yang melimpah ruah, maka bangsa Indonesia telah menetapkan cara pandang atau wawasan tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Cara pandang atau wawasan itu adalah apa yang dinamai dengan "Wawasan Nusantara". Wawasan Nusantara itu adalah pandangan geopolitik dan geostrategi bangsa Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia dengan segala apa yang terdapat di atmosfir, di permukaan dan di dalam bumi/tanah serta di dalam laut/tanah laut sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dengan segenap potensi kekuatan bangsa. Wawasan.husantara ini tidak lain merupakan penerapan dan pengejaan dari Pancasila serta prinsip-prinsip yang terkandung dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu wawasan nusantara diberi kedudukan sebagai doktrin nasional dalam upaya bangsa Indonesia untuk mencapai cita - cita nasionalnya.
Wawasan Nusantara sebagai doktrin nasional yang digunakan sebagai landasan operasionalisasi seluruh kegiatan kehidupan nasional, memiliki penjabaran wajah sebagai berikut:
a. Wawasan wilayah, melandasi kewilayahan nasional.
b. Wawasan pembangunan nasional, melandasi dan berperan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
c. Wawasan nasional, melandasi konsepsi ketahanan nasional.
d. Wawasan pertahanan keamanan nasional, melandasi dan berperan untuk pelaksanaan pertahanan keamanan rakyat semesta.
Penampilan penjabaran wajah yang demikian rupa itu maka wawasan nusantara akan memberikan peranannya dalam kehidupan nasional untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Juga menumbuhkan rasa tanggung-jawab atas pemanfaatan lingkungan, membangun dan menegakkan kekuatan guna melindungi kepentingan nasional. Serta merentang kendali antar hubungan internasional dalam rangka keikutsertaan bangsa Indonesia menegakkan ketertiban dan kebahagiaan umat manusia dunia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karakter negara kepulauan seperti Indonesia mengandung potensi disintegrasi yang tinggi, dengan minimal mengandung potensi fragmentasi dan atau kontraksi negara yang sangat tinggi pula. Dapat dilihat dari upaya pemekaran wilayah (administratif) yang menggebu-gebu, untuk tingkat provinsi ke bawah. Diselenggarakan pemilihan umum pada berbagai jenjang, mulai dari nasional hingga pemilihan kepala daerah (pilkada), sebagai ajang konpetisi terbuka. Secara hipotesis maupun faktual, potret seperti itu menimbulkan serangkaian pertanyaan mengenai instrumen apa yang dapat meredusir dan meredam kecenderungan fragmentasi sosial-politik, sekaligus meningkatkan ketahanan nasional yang mana salah satu cara yang dapat ditempuh melalui pemanfaatan iptek, khususnya teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemilu. Pada akhirnya, sistem sebagus apapun tidak ada yang sempurna. Semua akan kembali kepada manusia yang membangun, menerapkan, dan memanfaatkan perangkat lunak dan perangkat keras dalam kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi, termasuk iptek, bagi peningkatan ketahanan nasional yang muaranya adalah kemaslahatan publik.
"
IKI 5 : 28 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soemarno Soedarsono
Jakarta : Intermasa, 1997
320.12 SOE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1996
320.12 KET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gajah Mada University Pers, 1999
320.12 KET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketahanan nasional suatu negara, peradaban, dan karakter suatu bangsa dapat dilihat ketika kita menyaksikan drama televisinya. Kebangkitan, kesadaran jiwa, intelektualitas, spiritualitas, nasionalisme bangsa-bangsa Eropa, Amerika, Iran, China, Jepang dan Korea salah satu faktornya adalah dengan melibatkan atau terlibatnya peranan media televisi dengan program drama yang mendidik. Bangsa yang sadar terhadap potensi karakter media televisi tentu akan memanfaatkan serta mengeksploitasi programming drama televisi yang mendidik dengan pesan dan informasi yang menanamkan bibit-bibit kebaikan, pengembangan dan peningkatan kualitas jiwa, DNA (faktor genetik), dan karakter bangsa…."
IKI 5:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhyaksa Dault
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005
297 ADH i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Pustaka-Lemhannas, 1997
338.959 8 LEM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>