Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawatri Durban Ardjo
Bandung: Pusbitasari Press, 2007
R 793.3195982 IRA t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Irawatri Durban Ardjo
Bandung: Pusbitasari Press, 2008
R 793.3195982 IRA t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Irawatri Durban Ardjo
Bandung: Pusbitasari Press, 2008
R 793.3195982 IRA k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Yetti Herayati
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
641.3 YET m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pustaka Jaya, 1984
793.199 2 TAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Indah Sundari
"Artikel ini membahas rekacipta Ketuk Tilu menjadi Jaipongan yang dilakukan oleh Gugum Gumbira. Ketuk Tilu pada mulanya merupakan tarian ritual yang mengalami perubahan fungsi menjadi pertunjukan. Meskipun telah lama hadir dalam kesenian Jawa Barat, Ketuk Tilu kurang diminati dan mulai tergeser keberadaannya oleh kesenian Barat. Gugum Gumbira kemudian menghidupkan kembali kesenian tradisional tersebut agar dapat diminati oleh kaum muda dengan merekacipta menjadi Jaipongan. Sejauh ini penelitian tentang Ketuk Tilu dan Jaipongan lebih ke arah seni pertunjukan. Penelitian ini lebih membahas tentang perubahan dalam proses berkesenian dengan mengangkat tradisi yang hampir punah menjadi kesenian yang diminati masyarakat. Penulisan artikel ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 4 tahapan yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Jaipongan merupakan hasil Rekacipta dari Ketuk Tilu. Hal tersebut dibuktikan dengan penamaan Jaipongan diawal kemunculannya dengan nama Ketuk Tilu Perkembangan. Selain itu, pola musik pengiring Jaipongan juga didominasi oleh tepak kendang Ketuk Tilu. Begitu pula dengan gerakan dan busana Jaipongan yang memiliki kemiripan cukup identik dengan Ketuk Tilu. Melalui proses rekacipta, Gugum Gumbira berhasil menjadikan tari tradisi yang hampir punah dan terkesan negatif menjadi tarian pergaulan yang diminati oleh segala kalangan. Meskipun pada awalnya Jaipongan menimbulkan kontra dari masyarakat karena terkesan terlalu erotis, Jaipongan berhasil menjadi sebuah trend di era 1980-an. Bahkan Jaipongan menjadi seni tradisi yang digemari kalangan muda dan simbol karakteristik dari perempuan Sunda masa kini. Sehingga Jaipongan menjadi karya seni yang memiliki fungsi dan manfaat bagi masyarakat seperti prinsip yang dikemukakan Gugum Gumbira.

This article discusses the creation of Ketuk Tilu by Gugum Gumbira in creating Jaipongan. Ketuk Tilu was originally a ritual dance that has shifted its function into a performance. Although it has long been exist in West Javanese art, Ketuk Tilu is less attractive and has begun to be displaced by Western art. Gugum Gumbira then revived the traditional art so that it could attract the youth by creating it into Jaipongan. So far, the research on Tap Tilu and Jaipongan is more towards the performing arts. This study discusses the changes in the artistic process by elevating an almost extinct tradition into an art that is of interest to the public. This article is written using historical method which consists of 4 stages, namely Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography. This study proves that Jaipongan is the result of the creation of Ketuk Tilu. This is evidenced by the naming of Jaipongan at the beginning of its appearance with the name Ketuk Tilu Developments. In addition, the musical accompaniment of Jaipongan is also dominated by the slap of the drums of Ketuk Tilu. Likewise, Jaipongan's movements and clothing have a fairly identical resemblance to Ketuk Tilu. Through the process of creation, Gugum Gumbira has succeeded in turning a traditional dance that is almost extinct and has a negative impression into a social dance that is in demand by all groups. Although at first Jaipongan caused contra from the public because it seemed too erotic, Jaipongan managed to become a trend in the 1980s. In fact, Jaipongan has become a traditional art favored by young people and a characteristic symbol of today's Sundanese women. So that Jaipongan becomes an artwork that is useful for the community as stated by Gugum Gumbira."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Gusti Hari
"ABSTRAK
Variabilitas iklim di Cekungan bandung memberikan dampak terhadap curah hujan sehingga mendorong perubahan karakteristik banjir yang terjadi khususnya pada wilayah rentan terhadap banjir. Salah satu langkah untuk meminimalkan kerugian akibat banjir adalah dengan mengetahui pola keterpaparan banjir di wilayah yang rentan banjir. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keterpaparan yaitu, frekuensi kejadian banjir, kedalaman banjir dan durasi banjir. Penilaian keterpaparan dilakukan di Cekungan Bandung pada wilayah yang rentan terhadap banjir tahun 2014 hingga tahun 2016. Pola keterpaparan banjir di wilayah rentan banjir yang terbentuk tidak selalu mengikuti arah aliran sungai. Wilayah yang rentan terhadap banjir memiliki wilayah keterpaparan tinggi yang paling luas terjadi pada tahun 2016. Pada beberapa daerah dengan nilai kerentanan sedang juga memiliki nilai keterpaparan yang tinggi. Curah hujan pemicu kejadian banjir di Cekungan Bandung terutama berasal dari 3 hari berturut-turut sebelum kejadian banjir

ABSTRAK
Climatic variability in the Bandung basin has an impact on rainfall, thereby influence changes in flood characteristics occurring particularly in vunerable areas. One of the steps to minimize losses due to floods is to know the pattern of flood exposure in flood vulnerable areas. The indicators used to assess the level of exposure are, the frequency of flood events, the depth of the flood and the duration of the flood. The assessment of exposure is carried out in the Bandung Basin in vulnerable areas to floods from 2014 to 2016. Flood exposure patterns in flood vulnerable areas are not always in the direction of river flows. Flood vulnerable areas have high exposure region the most widely occur in 2016. In some areas with moderate vulnerability values also have high exposure values. Rainfall causes flood events in the Basin of Bandung mainly comes from 3 consecutive days before the flood."
2017
S69009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Surya Asri
"Banjir merupakan bencana hidrometeorologi yang paling sering terjadi jika dibandingkan dengan bencana hidrometeorologi lainnya. Kabupaten Majalengka termasuk salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki potensi dan luas bahaya banjir yang tinggi, selain itu kerugian yang dirasakan tidak hanya material namun immaterial seperti jatuhnya korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik curah hujan pada kejadian banjir di Kabupaten Majalengka tahun 2014 hingga 2018 dan mengidentifikasi faktor penyebab banjir pada wilayah banjir yang sudah ditentukan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi curah hujan, penggunaan lahan, ketinggian, dan lereng. Curah hujan dihitung dengan metode mononobe untuk menghasilkan intensitas harian dan dihitung dengan API5 untuk memperkirakan kelembaban tanah. Hasil menunjukkan bahwa kejadian banjir di Kabupaten Majalengka disebabkan oleh kelembaban tanah yang lembab dan sangat lembab, sedangkan variasi curah hujan dan intesitas hujan pada saat kejadian tidak mempengaruhi banjir. Berdasarkan penggunaan lahan, banjir di Kabupaten Majalengka terjadi pada wilayah lahan terbangun (permukiman atau aksesbilitas) atau sawah, kemudian banjir berdasarkan morfologi terjadi di dataran banjir (floodplain) ataupun rawa belakang (backswamp).

Flood is one of the most common hydrometeorological disasters that occur in West Java, especially Majalengka Regency that has high potency of flood hazards. Furthermore, the floods did not only cause the loss in material, but also non-material things such as the loss of life. This study discussed the characteristics of rainfall in flood events in Majalengka District from 2014 to 2018 and regulated the flood causes in predetermined flood areas. The variables used in this study included rainfall, land use, altitude, and slope. Rainfall was calculated by the mononobe method to produce daily intensity and was calculated by API5 to calculate soil moisture. The results showed that the incidence of flood in Majalengka Regency was caused by moist and very moist soil moisture, while variations in rainfall and rainfall intensity during the incident did not affect flood. Based on land use, floods in Majalengka Regency occurred in built areas (settlements or accessibility) or fields; meanwhile flood based on morphology occurred in the floodplain through the backswamp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfanza Andromeda
"ABSTRAK
Angka Kematian Ibu Maternal merupakan salah satu indikator untuk memonitor pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Oleh Karena itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sebaran wilayah Angka Kematian Ibu Maternal di kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan analisis spasial dan analisis statistik dengan metode pearson product moment maka dapat diketahui hubungan antara aksessibilitas, indeks pendidikan, ekonomi, dan jumlah fasilitas kesehatan dengan Angka Kematian Ibu Maternal. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah Angka Kematian Ibu Maternal yang tinggi berada pada wilayah dengan klasifikasi aksessibilitas yang rendah dan wilayah dengan indeks pendidikan yang rendah. Wilayah tersebut terdapat di bagian selatan, di bagian timur laut, hingga ke bagian tenggara Provinsi Jawa Barat.

Abstract
Maternal mortality rate is an indicator for monitoring the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs). Therefore, the author conducted this research with the aim to find out how the distribution of the Maternal Mortality Rate in the cities and counties in Province of West Java and then the factors that influence it are. This research using spatial analysis and statistical analysis by the method of Pearson product moment, it is known relationship between accessibility, education index, economy, and the number of health facilities with the Maternal Mortality Rate. The result showed that the Maternal Mortality is high in areas with low accessibility and areas with low education index. The region is scattered in the south, in the northeast down to the southeastern province of West Java."
Universitas Indonesia, 2012
S43566
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Pelegia Samira Pattdiana
"Tuberkulosis paru BTA positif adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada organ paru paru. Seseorang dikatakan mengidap tuberkulosis BTA positif apabila pemeriksaan sputum menunjukkan hasil positif ataupun pemeriksaan radiologik yang menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Kasus baru tuberkulosis paru di Provinsi Jawa Barat termasuk tinggi dan cenderung meningkat. Pada tahun 2015 kasus tuberkulosis paru BTA positif terdapat sebanyak 30704 kasus, 34070 kasus pada tahun 2016, sebanyak 28595 kasus pada tahun 2017, sebanyak 33883 di tahun 2018, dan sebanyak 37846 kasus pada tahun 2019.
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis s dan bivariat dengan menggunakan analisis spasial serta uji korelasi pada variabel untuk mengetahui hubungan faktor yang ada terhadap jumlah kasus baru tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 135 yang merupakan seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat pada tahun 2015 hingga 2019.
Hasil analisis korelasi yang dilakukan menunjukkan terdapat jumlah keluarga miskin (p-value = 0,000), jumlah puskesmas (p-value = 0,003), jumlah desa siaga (p-value = 0,000), jumlah rumah sakit umum (p-value = 0,007), dan jumlah dokter umum (p-value = 0,038) dimana keenam variabel memiliki p-value dibawah 0,05. Koefisien korelasi yang didapatkan menunjukkan variabel jumlah dokter umum (0,153) memiliki hubungan yang sangat rendah dan variabel jumlah keluarga miskin (0,306), jumlah puskesmas (-0,236), jumlah desa siaga (-0,283) dan jumlah RSU (-0,210) memiliki hubungan yang rendah terhadap insiden tuberkulosis paru BTA positif di Jawa Barat. Program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Barat penting untuk dilaksanakan dengan baik untuk mengurangi jumlah penyakit tuberkulosis kedepannya.

Pulmonary tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs. New cases of pulmonary tuberculosis in West Java Province are high and tend to increase. In 2015, positive pulmonary tuberculosis cases were 30704 cases, 34070 cases in 2016, 28595 cases in 2017, 33883 cases in 2018, and 37846 cases in 2019.
The study was conducted with bivariate analysis using spatial analysis as well as correlation tests on variables to determine the relationship of existing factors to the number of new cases of positive smear pulmonary tuberculosis in West Java. The sample used in the study were all districts and cities in West Java from 2015 to 2019.
The results of the correlation analysis showed poverty (p-value = 0.000), comunity health center (p-value = 0.003), alert village (p-value = 0.000), general hospitals (p-value = 0.007), general practitioners (p-value = 0.038) are affecting the tuberculosis in West Java. The correlation coefficient shows that general practitioners (0.153) has a very low relationship. Poverty (0.306), comunity health center (-0.236), the number of standby villages (-0.283) and the number of RSU (- 0.210) have a low relation with tuberculosis. Controlling tuerculosis in West Java is important to be implemented properly to reduce the number of tuberculosis in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>