Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Purwanto
"ABSTRAK
Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik merupakan gerakan yang paling cepat pertumbuhannya dalam Gereja Katolik. Tujuan utama gerakan ini adalah untuk menghidupkan kembali peranan karisma-karisma Roh Kudus dalam kehidupan Gereja. Wujud nyata dari gerakan ini adalah terbentuknya kelompok-kelompok persekutuan doa pembaharuan karismatik di Paroki. Kegiatan utama kelompok persekutuan doa adalah penyelenggaraan acara persekutuan doa secara rutin. Studi ini berusaha untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong muncul, bertahan dan berkembangnya kelompok persekutuan doa serta untuk mengetahui sejauh mana kelompok tersebut telah mencapai tahap institusionalisasi.
Dengan menggunakan teori Berger-Luckmann dan metodologi penelitian kualitatif, studi ini difokuskan pada kelompok persekutuan doa Maria Bunda Perantara dan Fransiskus Asisi yang bertempat di Paroki Maria Bunda Perantara dan Paroki Hati Kudus, Keuskupan Agung Jakarta.
Hasil studi menunjukkan bahwa kelompok persekutuan doa bisa muncul, bertahan dan berkembang karena kelompok ini mampu memenuhi kebutuhan individu para anggotanya akan keselamatan. Orientasi gerakan pembaharuan karismatik katolik yang tidak menolak atau mengubah dunia (tatasosial yang ada), memudarnya bentuk kehidupan komunitas dan kurangnya intensitas interaksi antara para fungsionaris Gereja Katolik dengan umatnya merupakan faktor yang bersifat konduksif bagi muncul, bertahan dan berkembangnya kelompok persekutuan doa. Hasil studi juga menunjukkan bahwa telah ada proses habitualisasi dan tipifikasi maknamakna dunia pembaharuan karismatik di antara para anggcta kelompok persekutuan doa. Namun demikian, kelompok persekutuan doa belum mencapai tahap institusionalisasi. Kelompok persekutuan doa belum menjadi institusi.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salindeho, Sergey Vincentio Lendy
"Kegiatan ibadat utama yang dilakukan pada gereja Katolik adalah Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak (fons et culmen) seluruh ibadat dan hidup orang Katolik.  Kegiatan ini diadakan di dalam gereja.  Gereja sebagai tempat ibadat umat Katolik mengalami perubahan dari masa ke masa.  Perubahan fisik bangunan gereja tersebut mengikuti perkembangan ilmu Arsitektur dari abad ke abad dan pengaruh budaya lokal berikut keterbatasan yang dihadapi oleh gereja setempat.  Skripsi ini membahas Interpretasi para perancang terhadap Perayaan Ekaristi yang diimplementasikan pada bangunan Gereja Katolik.

The main worship activity conducted in the Catholic Church is the Celebration of the Eucharist which is the source and summit (
fons et culmen) all worship and Catholic life.  This activity is held in the church.  The Church as a place of Catholic worship change from time to time. The church building physical changes follow the development of the science of architecture over the centuries and the influence of local culture following limitations faced by the local church. This thesis discusses the designer's interpretation of the Eucharist which is implemented in the building of the Catholic Church."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gereja Katolik Hati Kudus Yesus merupakan salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda, yang dibangun pada
tahun 1920-an. Bangunan gereja masih bertahan hingga saat ini dan tidak mengalami banyak perubahan pada aspek
arsitektur dan interiornya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri gaya kolonial Belanda yang berpengaruh pada
Gereja Hati Kudus Yesus Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen-elemen pembentuk ruang dan perabot
yang ada pada Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya mendapatkan pengaruh dari gaya desain kolonial Belanda yang berkembang di Surabaya pada periode tahun 1900 sampai 1920-an."
747 DIM 7:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Christina Fara Alfrida
"Penelitian ini merupakan pemaparan mengenai Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta sebagai living monument yang dilakukan dengan kajian morfologi melalui upaya rekonstruksi bentuk dan gaya Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia – Kramat). Metode penelitian yang digunakan meliputi formulasi, pengumpulan data, analisis data (analisis morfologi dan gaya), dan interpretasi. Selanjutnya pada analisis morfologi dipaparkan informasi mengenai bentuk bangunan gereja pada awal abad ke-20 yang dibandingkan dengan bentuk bangunan gereja saat ini. Pada analisis gaya bangunan dibandingkan dengan bangunan gereja katolik di kawasan yang sama, yaitu Gereja Katedral dan Gereja Santa Theresia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja ini merupakan gereja katolik tertua kedua di Jakarta setelah Gereja Katedral. Gereja ini memiliki bentuk dasar fasad persegi, denah berbentuk persegi panjang, sehingga mempengaruhi bentuk volume bangunannya, atap berbentuk gabel, dan memiliki satu buah menara berbentuk persegi panjang. Gereja ini mengadopsi gaya Indische yang merupakan gaya bangunan Eropa yang berkembang di Indonesia sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

This research is an description of the Hati Kudus Catholic Church in Jakarta as a living monument with a morphological study through effort to reconstruct form and style of the Catholic Church Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia - Kramat). The methods used formulation, data collection, data analysis (morphology and style analysis) and interpretation. Furthermore, In the morphological analysis, information about the shape of the church building in the early 20th century is presented which is compared with the shape of the church building today. In the analysis, the building style is compared with the catholic church buildings in the same area, namely the Cathedral Church and the Church of Santa Theresia. The results showed that this church is the second oldest Catholic church in Jakarta after Cathedral Church. This church has basic shape of a square fasad, rectangular floor shape, so that it affects the volume of the building, the roof is gable, and has one rectangular tower. This church adopted Indische style which is a European building style that developed in Indonesia around the late of 19th century to early 20th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Brigita Chikita Anggradiani Rosemarie
"Ketika kita berbicara mengenai kelompok sosial secara umum maupun kelompok agama secara khusus, kita juga akan berbicara mengenai nilai-nilai dari kelompok tersebut. Dalam tubuh Gereja Katolik, nilai-nilai yang dibawa oleh kelompok diejawantahkan melalui konsep communi atau persekutuan. Konsepsi ini dipelopori oleh Konsili Vatikan II, sebuah gerakan revolusioner yang dimulai oleh Gereja Katolik semenjak tahun 1962 hingga sekarang. Gerakan tersebut didasari oleh paham kolegialitas yang menghasilkan communio sebagai suatu konsepsi akan kehidupan menggereja yang ideal pada konteks masyarakat modern. Nilai-nilai tersebut tentunya tidak akan berjalan tanpa adanya penerus. Maka dari itulah, terdapat kaum muda Gereja Katolik yang berada di dalam organisasi kepemudaan Paroki atau OMK (Orang Muda Katolik).
Penelitian ini melihat sebuah proses konstruksi sosial yang terjadi dalam tubuh Gereja Katolik melalui konstruksi nilai-nilai communio atau persekutuan terhadap OMK itu sendiri. Penelitian ini menemukan bagaimana dalam tubuh kelompok agama sendiri, terdapat ketidakseragaman di dalam sub-kelompoknya, yang mana hal ini berpengaruh pada proses konstruksi tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan dapat merepresentasikan kondisi kaum muda serta kelompok agama di tengah dinamika masyarakat perkotaan serta konteks masyarakat modern.

When we`re talking about social groups in general or religious groups in specific manner, we`ll also be talking about the groups` values. In Catholic Church, the values carried by the group are projected through the concept of communio or communion. This concept was pioneered by a revolutionary movement of Catholic Church from 1962s until now, Second Vatican Council. Such movement was based by the idea of colegiality which surfacing communio as the concept of ideal Church life in the context of modern society. Those values wouldn`t be succeed without successors. Hence the existence of Catholic Youths through OMK (Orang Muda Katolik) which also the internal part of Youth Organizations in the Parish.
This research seeks the proccess of social construction emerged in the very own Catholic Church through the construction of the values of communio to OMK. This researh also finds how diversities are found in a religious group`s sub-groups, which resulting in the whole proccess of social construction itself. The conclusion of this research is hoped to represent the both youths and religious groups` condition in the middle of the urban society`s dynamics in the context of modern society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seperti tampak pada unsur-unsur ornamennya, interior Gereja Katolik Santo Yakobus di Surabaya kaya dengan tandatanda
yang penuh makna. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai representasi liturgi Katolik dengan ciri-ciri universal dan
menjadi sebuah referensi bagi perancangan gereja Katolik di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
makna tanda-tanda ini dari sudut pandang semiotika menurut teori yang dikemukakan Charles Sanders Peirce. Dalam hal
ini tanda-tanda dianalisis melalui kategori ikon, indeks, dan simbol dan kemudian dikombinasikan dengan analisis
pemaknaan denotasi, konotasi dan aspek sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada gereja
ini menyampaikan makna, tidak hanya yang berkaitan dengan liturgi Katolik tetapi juga makna yang melampaui hal ini, yakni makna yang berkaitan dengan konteks sosial."
747 DIM 7:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ignasio Sebastian Prasojo Satiagraha
"Skripsi ini membahas Pastur Militer, sebuah peran yang menempatkan individu dalam dua institusi total. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkap peran Pastur Militer di dalam TNI dan Gereja, sembari melihat relasi di antara kedua institusi tersebut menggunakan studi pustaka. Subyek penelitian studi kasus ini adalah seorang Pastur Militer di lingkungan TNI AU. Setelah menyelesaikan pendidikan imamat, beliau melanjutkan ke dalam pendidikan militer. Data yang ditemukan menggambarkan bahwa dalam banyak hal, ternyata militer dan Gereja memiliki karakteristik yang serupa sehingga melatar-belakangi relasi yang tercipta. Dinamika relasi kedua institusi tersebut dalam koteks Indonesia ikut menggeser perubahan fungsi Pastur Militer. Pada level individu, diketahui bahwa peran ganda subyek penelitian ini telah dan masih berpotensi menimbulkan konflik peran, walaupun pada lain pihak habitus yang muncul justru membangun sebuah karakteristik khas seorang Pastur Militer di Indonesia.

This thesis elaborates the Catholic Chaplaincy, a role that puts a person at two total institutions. This research used qualitative approach to uncover the role of Military Priest within the military base and as well the Church, while looking at the relation between the two institutions aforementioned using literature research. The subject of this case study is a military priest in the Air Force. After completing the education from seminary as well teological studies, he went into the military academy. The data found is this research suggest that in many cases, it turns out the military and the church have same characteristics that allowed the relation to be established between them. The dynamics upon this relation triggered the role shift for the Military Priest. Moving focus at the individual extent, we will see how the multiple roles for the Priest increase the possibility of a role conflict to occurs, while on the other hand, his habitus creates a new characteristic as a priest and soldier."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeane Sushinta Ariefyani
"Setiap agama mempunyai tempat untuk melakukan upacara dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Biasanya tempat ibadah merupakan sarana untuk melakukan upacara suatu aliran agama, misalnya: candi untuk umat Buddha atau Hindu, mesjid untuk umat Islam dan gereja untuk urnat Kristen. Gereja merupakan suatu bangunan atau wadah tempat jemaat berkumpul untuk menerima sakramen-sakramen yang bertujuan mendewasakan rohani dan menjadi penerang bagi umatnya melalui sikap dan ketaatannya terhadap Yesus Kristus.
Bangunan arsitektur gereja mempunyai ciri tersendiri yang disebabkan oleh faktor si pembuat, persedian material, dana serta berkaitan dengan teknologi yang berkembang pada masa itu. Sehubungan dengan hal tersebut maka suatu tinjauan deskriptif arsitektur terhadap gereja merupakan tema dalam skripsi ini.
Diketahui disini bahwa Gereja Katolik Santa Maria de Fatima dahulunya merupakan bangunan yang bercorak Cina dibangun pada abad 18-19 Masehi dan menjadi kediaman dari seorang bangsawan Cina. Pada masa sekarang bangunan rumah tinggal ini beralih fungsi menjadi gereja. Gereja yang terletak di Jalan Kemenangan III No.47 Jakarta Barat ini lebih dikenal dengan nama Gereja Toasebio. Gereja ini pada beberapa bagian bangunan mengalami perubahan, tetapi beberapa bagian lainnya masih menampakan keasliannya sebagai bangunan rumah tinggaI Cina. Selain itu belum pernah ada yang meneliti mengenai bangunan gereja ini baik aspek arsitektur maupun kesejarahannya.
Untuk itu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah mengidentifikasikan dan menganalisis bagianbagian arsitekur bangunan Gereja Santa Maria de Fatima yang masih menunjukan ciri khas kecinaan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bangunan Gereja Santa Maria de Fatima mengalami beberapa bagian perubahan, yaitu dari segi denah secara keseluruhan sudah tidak menunjukan ciri kecinaan atau tidak sesuai dengan konsep rumah tinggal tradisional Cina. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya courtyard atau impluviun: yang merupakan unsur yang penting dalam konsep rumah Cina yang dirubah menjadi ruang misa utama. Selain itu juga tidak ada ruang utama di mana terletak altar untuk meletakan abu leluhur nenek moyang karena ruang tersebut tidak menjadi bagian dari bangunan gereja, tetapi menjadi bangunan rumah tinggal.
Pada bangunan Gereja Katolik Santa Maria De Fatima bagian yang masih menunjukan kekhasan dari rurnah tradisional Cina yang kuat adalah bagian atap pada bangunan utama dan bangunan sisi utara serta sisi selatan. Bagian pintu utama yang terdapat di sisi utara serta selatan tidak mengalami perubahan. Sama halnya pula dengan bagian cornice, bracket yang terdapat pada beranda utama masih menampakan keasliannya. Bagian ini masih menyisakan hiasan-hiasan dekoratif khas Cina yang ditandai dengan motif-motif fauna dan flora. Bagian-bagian bangunan atau hiasan-hiasan bangunan yang tidak mengalami perubahan wajar adanya karena dalain aturan pembangunan gereja tidak menganut suatu aturan arsitektur yang baku. Mengenai bentuk fisik bangunan gereja katolik unsur lokal masih dapat diterapkan. Seperti halnya disebutkan dalam Konsili Vatikan II bahwa gereja tidak menganggap gaya seni manapun sebagai gayanya yang khas, tetapi tetap mengijinkan mengikuti selera tiap jaman menurut watak dan keadaan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Currie, David B.
Jakarta: Fidei Press, 2006
248.2 CUR bt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Amrih Rahadjeng
"Perceraian perkawinan dalam agama Katolik tidak dimungkinkan bagi perkawinan ratum et Consummatum. Ini dikuatkan dengan sabda Allah daiam Matius 19:6 " Apa yang telah Kusatukan tak dapat diceraikan manusia" dan Kanon 1056 dikatakan bahwa sifat hakiki perkawinan adalah monogami dan tak terceraikan, serta sakral. Ini hanya dapat dimungkinkan pada perkawinan Matrimoium non Consummatum, Matrimonium Inter partem baptiza tam et non bapti zatam/ privilegium petrinum dan Matrimonium inter non baptizatos/Privilegium Paulinum. Urutan proseduralnya adalah melalui pastor paroki kemudian Tribunal melalui persetujuan Uskup dikirim ke Roma untuk disetujui Paus. Pandangan Gereja bagi perceraian yang dikukuhkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan Kanon 1141 "Tidak ada kekuatan manusiawi yang dapat memutuskan ikatan perkawinan kategori ratum et Consummabum" sehingga perceraian ini tidak efektif, karena perkawinan itu dianggap tetap berlangsung hingga salah satu pasangannya meninggal. Sehingga keberadaan lembaga pisah dan ranjang dapat dijadikan alternatif untuk menghindari perceraian. Untuk itu lembaga pisah meja dan ranjang dipandang perlu dihidupkan kembali. Dengan menggunakan metode studi dokumen dan wawancara, tulisan ini dibuat dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi orang yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai putusnya perkawinan karena perceraian bagi umat Katolik di Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S21197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>