Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krauss, Ellis S.
Berkeley: University of California Press, 1974
322.44 KRA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Henry Dewitt
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1972
952.04 SMI j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhini Asterina Pertiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini memberikan gambaran mengenai perempuan dalam sistem politik Jepang kontemporer, bagaimana keterlibatan perempuan di dalam lembaga legislatif Jepang yaitu parlemen atau Diet. Hak perempuan dalam politik dijamin penuh, termasuk untuk terlibat di dalam politik sejak disahkannya UUD 1947 Shinkenp? yang menghapus segala bentuk diskriminasi. Namun, hingga kini masih sedikit jumlah perempuan Jepang yang terlibat dalam sistem politik Jepang. Ditetapkannya kuota 30 keterwakilan perempuan di dalam parlemen oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dalam konferensi di Beijing pada tahun 1995, diharapkan dapat membangkitkan motivasi perempuan untuk masuk ke dalam dunia politik yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Dengan kehadiran kaum perempuan dalam lembaga legislatif, maka masalah-masalah seputar perempuan akan dibahas dan dapat mengubah agenda serta membawa perspektif baru dalam menentukan arah kebijakan-kebijakan politik.

ABSTRACT
This study gives an overview of women in the contemporary Japanese political system, Japanese parliament or Diet. The rights of women in politics are fully guaranteed since new constitution of Japan Shinkenp was made in 1947 which eliminates all discrimination forms. However, the fact that there is still a small number of Japanese women who involved in the Japanese political system The establishment of a 30 quota of women 39 s representation in parliament by the United Nations at a conference in Beijing in 1995, is expected to inspire women to enter politics that has been dominated by men. With the presence of women in the legislative, women 39 s issues will be discussed and can change the agenda, also bring new perspectives in determining the direction of political policies. "
2017
S67592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Yanuar H.
"Dalam perkembangannya, Gerakan Mahasiswa angkatan 1998 pasca jatuhnya rezim Orde Baru, sangat sulit dilihat sebagai suatu unsur monolitik dari bagian civil society karena meliputi berbagai varian dan mempunyai banyak perbedaan afiliasi dari masing-masing kelompok Gerakan Mahasiswa tersebut. Fenomena-fenomena ini seringkali menyebablcan terjadinya perselisihan bahkan perpecahan di antara kelompok-kelompok Gerakan Mahasiswa itu sendiri.
Penelitian ini difokuskan pada Gerakan Mahasiswa 1998 khususnya di Jakarta, pada tiga kelompok aksi mahasiswa yang muncul di permukaan menggerakan berbagai aksi, pasca jatuhnya rezim orde baru. Permasalahan yang diajukan mengenai Iatar belakang kelompok gerakan, basis massa, strategi gerakan, dan eksistensi masing-masing kelompok dalam mengusung agenda reformasi dan salah satunya yang marak dibawakan dalam setiap aksi mahasiswa adalah pemutusan hubungan total dengan rezim lama (cleansing regime) pada masa sesudah kejatuhan Soeharto. Untuk menjawab permasalahan tersebut dipinjam teori teori hegemoni dari Antonio Gramsci, teori demokratisasi dan kebangkitan kekuatan civil society dari Samuel P Huntington dan Richard Robinson, serta teori gerakan sosial baru dari Sylvia Bashevkin dan Jeff Haynes untuk menjelaskan munculnya gerakan mahasiswa 1993, dan pemetaan kelompok- kelompok aksi gerakan mahasiswa di Indonesia yang diajukan oleh Anders Uhlin untuk menganalisa tipologi dan perbedaan dari kelompok-kelompok gerakan mahasiswa 1998.
Dengan menggunakan teknik wawancara dan Studi pustaka, dikumpulkan data-data yang kemudian di analisa dengan menggunakan analisa kualitatitf Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa : gerakan mahasiswa 1998 sebenarnya memiliki kesamaan visi dalam melihat suatu masalah, perbedaan justru terlihat pada alat yang digunakan, seperti metode aksi dan strategi pergerakan, yang seringkali justru menimbulkan perpecahan pada gerakan mahasiswa 1998 itu sendiri. Hal ini diperburuk dengan masuknya kooptasi elit dan problem eksistensi, sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan hanya bersifat aktualisasi egoisme dan heroisme semata, dan cenderung masuk kedalam kooptasi elit kekuasaan sehingga hanya menjadi alat permainan para elit politik.

During the movement of the New Order regime, the rise of class of 1998 , its hard to be recognized as the monolhitic element from the part of civil society, because its covering very complicated to see that movement as a monolithic element divide of civil society, because its covering many variant and having a lot of diversites of affiliation from each of the student movement, this phenomena always make the student movement groups fall apart.
This research is Focus from the movement of class of 98 especially in Jakarta, with three group of the student action, which active to move a student campaign, after the fall of the new order regime. Set of problem from this research concerning the student movements background mass bases, movement strategy dan the existence each of student movement group, to champaign the reformation agenda. The mast interesting agenda is make severance relations with old regime (cleansing regime) after the fall of Soeharto. To answer that questions, this research borrowed the Hegemony theories from Antonio Grantsci, the democratization and civil society theories from Samuel P. Huntington and Richard Robinson, which connected with the social movement theory from Slyvia Bashevkin and Jeff Haynes to explained the emerge the student movement in 1998, and mapping of student movement in lndonesia from Anders Uhlin to analysed the difference and tipology the student movement of class of 98 groups.
Collecting the data process with reviewing the literature and in-depth interview technigne, then analysed with the qualitatif approach. From that analysis, the writer result: In fact, the movement of class of 98 has a same perspective to see the problem, but had different opinion to see how the instruments worked like movement strategy and action methods, that difference always make a friction between the movement action groups. This fact also influenced by elite interest and exsistence problem, which cause characteristic of the movement onLy base on egoism actualitzation and heroism, and inclined begin come into elite circle interest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harari, Ehud
Berkeley, California: University of California Press, 1973
331.026 52 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Erwandi
"Sebagai salah satu komponen masyarakat yang memiliki status intelektual, mahasiswa dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap kondisi yang ada di masyarakat. Mahasiswa memiliki daya kritis terhadap kebijakan maupun dampak dari kebijakan pemerintah tersebut terhadap rakyat. Untuk mewujudkan sikap idealismenya, pada umumnya mahasiswa menggunakan sarana kelompok/organisasi kemahasiswaan baik yang bersifat formal dan informal yang ada di dalam lingkungan kampus maupun luar kampus.
Dalam konteks ini, kelompok/organisasi memberikan pengaruh bagi diri mahasiswa baik secara internal dan eksternal. Seorang individu merasa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok (in-group) maka secara otomatis ia akan menganggap individu di luar kelompoknya sebagai out-group. Untuk memahami setiap perbedaan yang terjadi sikap toleransi merupakan salah satu elemen kunci untuk menghindari konflik berkembang menjadi besar. Sikap toleransi yang dimaksud adalah sikap toleransi politik.
Di dalam kelompok yang kohesif, setiap anggota kelompok berusaha untuk menjaga norma kelompok dengan cara mempengaruhi anggota yang lain atau mengucilkan anggota yang melanggar norma tersebut Tindakan, anggapan, keyakinan atau penilaian yang menganggap bahwa kelompok tertentu memiliki sifat yang sama disebut stereotipi.
Di dalam kehidupan berbangsa yang multi etnik dan golongan, sikap toleran untuk membiarkan kelompok lain yang berbeda dengan kelompoknya untuk melakukan aktivitasnya adalah suatu keharusan. Kesiapan masing-masing kelompok untuk dapat saling menghargai satu dengan yang lainnya bahkan dapat saling bekerja sama dalam memperjuangkan prinsip-prinsip idealismenya yang dalam bidang politik sangat terkait dengan sikap toleran dalam politik (toleransi politik) yang dikembangkan oleh masing-masing kelompok.
Penelitian ini bersifat deskriptif karena peneliti memiliki dugaan-dugaan tertentu terhadap permasalahan ini. Dugaan peneliti adalah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kohesi kelompok dan stereotipi kelompok terhadap terhadap tingkat toleransi politik mahasiswa. Ini berarti semakin tinggi kohesi kelompok dan stereotipi kelompok yang positif terhadap kelompok lain akan diikuti oleh toleransi politik mahasiswa yang positif/tinggi. Variabel yang terdapat pada penelititan ini adalah variabel kohesi kelompok, stereotipi kelompok dan toleransi politik mahasiswa.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil konstruksi dan adaptasi dari alat ukur yang telah ada namun telah disesuaikan dengan teori kohesi kelompok, stereotipi kelompok dan toleransi politik mahasiswa serta hasil elisitasi terhadap sejumlah subyek. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling, di mana subyek adalah mahasiswa aktif dari perguruan tinggi dan terlibat atau tergabung dalam organisasi kemahasiswaan di FORKOT atau KAMMI. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 181 responden. Untuk menguji validitas dan reliabilitas item-item dalam kuesioner digunakan perhitungan internal consistency dan alpha cronbach. Untuk menguji hubungan antara kohesi kelompok dan stereotipi kelompok terhadap toleransi politik mahasiswa digunakan analisis regresi. Sedangkan untuk melihat perbedaan masing-masing kelompok menggunakan uji t.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi kelompok memberikan pengaruh terhadap toleransi politik sedangkan kohesi kelompok tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Nilai kohesi kelompok dan toleransi politik mahasiswa yang berasal dari FORKOT lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari KAMMI. Sedangkan stereotipi mahasiswa yang berasal dari FORKOT lebih rendah dibandingkan dengan yang berasal dari KAMMI.
Disarankan untuk penelitian lebih lanjut melakukan perbaikan pada alat ukur dan teori lebih diperluas agar faktor-faktor yang lain dan bersifat laten dapat diketahui."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T17982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Suryadi
"Skripsi ini bermaksud menguraikan seputar kelahiran dan kontroversi NKK/BKK, yaitu kebijakan yang dibuat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, dengan mengangkat tiga permasalahan utama: (I) Apa yang melatarbelakangi kemunculan kebijakan tersebut, (2) Bagaimana proses lahirnya, dan (3) Sejauh mana kontroversinya. Penelusuran latar belakang kemunculan kebijakan tersebut dikaitkan dengan logika Orde Baru, yaitu bagaimana menciptakan stabilisasi politik. Pada saat-saat tertentu. mahasiswa dipandang sebagai ancaman stabilitas negara yang harus diredam dan dikontrol. Seperti halnya keradikalan mahasiswa tahun 1978 yang mengkoreksi figur Presiden Soeharto, serta menolak pencalonannya menjadi presiden untuk ketiga kalinya. Fenomena ini melatarbelakangi kelahiran serta penerapan kebijakan NKK/BKK. Pembuatan kebijakan tersebut secara teknis oleh Daoed Joesoef, merupakan fokus lainnya dari skripsi ini. Seperti melalui rapat-rapat pimpinan perguruan tinggi. Disamping itu, pengaruh latar belakang pribadi dan pendidikan Daoed Joesoef ikut mewarnai kebijakan tersebut. Terakhir, skripsi ini juga akan membahas kontroversi NKK/BKK dengan melihat pro_kontra sejak dimulai pemberlakuannya. Kontroversi muncul tidak hanya dari mahasiswa yang menjadi obyek kebijakan tersebut, tetapi juga dari elite-elite politik, seperti dari sebagian anggota DPR melalui pengajuan Hak Interpelasinya. Penggunaan hak ini merupakan tonggak baru bagi DPR karena pertama kali digunakan pada masa Orde Baru."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia bekerja sama dengan Yayasan AP, 1988
378.198 POL (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Seta Basri
"Penelitian menyelidiki motif sejumlah aktivis mahasiswa untuk terlibat ke dalam gerakan sosial di masa Orde Baru (1990-1996), Project atau organ gerakan sosial yang diteliti adalah PIJAR Indonesia. Organisasi ini bersifat terbuka dalam menentang rezim Orde baru, dan sebab itu banyak aktivisnya yang dipenjarakan pemerintah. Penyelidikan mengenai motif didahului oleh penyelidikan faktor-faktor perangsang politik, karakteristik pribadi, karakteristik sosial, dan pandangan informan yang membuat mereka terlebih dahulu mengenal PIJAR Indonesia.
Asumsi penelitian yang diangkat ada dua. Pertama, faktor-faktor seperti rangsangan politik, karakteristik pribadi, karakteristik sosial, dan pandangan internal dan external power position mendorong sejumlah aktivis mahasiswa sekadar mengenal PIJAR Indonesia. Setelah mengenal PIJAR Indonesia, asumsi kedua penelitian adalah Experience-Emotional Motivation merupakan motif utama yang membuat sejumlah aktivis mahasiswa terlibat aktif di PIJAR Indonesia.
Pendekatan penelitian yang diterapkan adalah studi kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data terdiri atas studi dokumentasi, rekaman arsip, dan wawancara. Jenis wawancara yang diterapkan adalah wawancara open ended dan wawancara terfokus. Wawancara dilakukan atas 19 informan dengan rincian 10 informan diminta menjelaskan organisasi PIJAR dengan wawancara open ended Indonesia serta 9 informan yang dalam periode 1990-1996 berstatus mahasiswa untuk menjelaskan motif keterlibatan mahasiswa ke dalam PIJAR Indonesia dengan wawancara terfokus. Lokasi wawancara tersebar di Jakarta, Pondokgede, dan Depok.
Informan terbagi dua dalam mengalami pembangkitan minat politik, pra dan pasca mahasiswa. Media yang menentukan pengenalan politik adalah surat kabar, radio, maupun pengalaman langsung. Karakter pribadi informan banyak yang mengindikasikan 'pemberontak' (rebellious). Mayoritas informan tidak memandang istimewa status mahasiswa dan mereka berasal dari keluarga kelas menengah. Di dalam kampus, informan mengalami politisasi akibat perseteruan antarkelompok. Di luar kampus, informan merasa terlibat dalam politik nasional selaku warganegara. Dari empat pendorong partisipasi politik, Karakteristik Pribadi dominan mengkondisikan munculnya motif mahasiswa terlibat ke dalam PIJAR Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif keterlibatan mahasiswa ke dalam PIJAR Indonesia tidak hanya dilandasi Experience Emotional Motivation, tetapi juga Value Rational Motivation, Personal Advantage Motivation, dan Traditional Motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rustandi
"ABSTRAK
Studi mengenai gerakan mahasiswa di Indonesia memang masih jarang dan belum menjadi kajian yang mandiri. Karena, selama ini studi tersebut masih berpola dalam konteks kajian dimensi budaya dan tidak memasuki wilayah ekonomi politik. Dengan pemahaman ekonomi politik akan lebih komprehensip dan memasuki akar permasalahan yang mandasar. Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk merefleksikan dan mengadakan rekonstruksi analisa terhadap parkembangan gerakan mahasiswa di Indonesia. Periode yang digarap adalah tahun 1966 sampai 1974. Dengan melihat berbagai persoalan yang timbul yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gejolak aktualisasi dari kelompok intelektual yang notabene bagian dari masyarakat Indonesia. Pemahauran tentang peran mahasiswa diantara pertarungan blok politik { kekuasaan } dalam peta percaturan politik nasional sangat tampak menonjol dan kompetitif, disamping peran dan dominasi kelompok militer, yang cenderung m endominasi. Tapi hal ini men j ad i wajar dan berpengaruh di setiap negara-negara berkembang. Selain itu penulis yang juga mantan aktivis gerakan mahasiswa mencoba membuat aktualisasi dari berbagai pengalaman dalam melihat apa dan bagaimana suatu gerakan mahasiswa itu terbentuk dan mempunyai tujuan terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara. Jadi hasil karya penulis cukup menarik untuk dipelajari dalam melihat fenomena-fenomena yang terjadi apabila timbul gejolak di dalam masyarakat terutama keresahan dan bangkitnya kembali gerakan mahasiswa. Selain refleksi penulis, karya ini juga merupakan salah satu puncak dari akhir perjuangan penulis dalam meayelesaikan kewaj iban akademisnya selaku mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) pada tahun 1996. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat bagi para pembaca yang tertarik pada studi tentang gerakan mahasiswa di Indonesia.

"
1996
S12219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>