Ditemukan 118440 dokumen yang sesuai dengan query
P. Hariyono
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1994
303.482 HAR k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Martiana Noviopy Rae Rato
"Pencampuran dua budaya menjadi suatu budaya baru merupakan pengertian dari akulturasi budaya. Salah satunya yakni percampuran budaya Indonesia dengan Cina. Banyak hasil akulturasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia utamanya dalam makanan. Namun makanan tersebut tidak diketahui oleh banyak orang bahwa makanan yang sering mereka konsumsi adalah hasil dari akulturasi. Adapun hasil dari akulturasi tersebut yang kini lebih dikenal sebagai makanan khas Yogyakarta, yakni Bakpia. Dengan adanya akulturasi budaya, Bakpia diolah dengan resep dan bahan yang disesuaikan untuk masyarakat Yogyakarta sehingga dapat diterima dengan baik dan digemari oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan manajemen yang baik dalam berbisnis dan juga dapat melihat peluang, produsen bakpia semakin menjamur dan konsumen pun semakin meningkat. Dari situlah Bakpia sebagai produk hasil dari akulturasi budaya Cina-Indonesia dapat menjadi makanan khas dari Yogyakarta bahkan mengalahkan makanan asli dari Indonesia.
Cultural acculturation is the mixing of two cultures into a new cultures. One of them is the mixing of Indonesian and Chinese cultures. Many results of acculturation have been embedded in the daily lives of Indonesian people, especially in food. But food is not known to many people that the food they often consume is the result of acculturation. The result of this acculturation is now better known as Yogyakarta's specialty food, namely Bakpia. With cultural acculturation, Bakpia is processed with recipes and ingredients thare are tailored to the people of Yogyakarta so that it can be well received and favored by the public. Over time, with good management in doing business and also able to see good opportunities, Bakpia producers are mushrooming and consumers are increasing. From there, Bakpia as a product of Chinese-Indonesian cultural acculturation can become a specialty food from Yogyakarta and even beat the original food from Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aurandhani Aritsa
"Cina, selain terkenal akan kebudayaannya yang tinggi, juga terkenal akan pemikiran yang dihasilkan oleh para filosof-nya sejak jaman dinasti Zhou (1027-256 SM)'. Salah satu dari filusuf Cina terkenal yang hidup pada jaman tersebut adalah Konfusius (551-479 SM), filusuf Cina pertama yang pemikirannya dituangkan ke dalam tulisan secara teratur. Kemudian muncul aliran Daoisme, dan Buddhisme yang dalam perkembangannya hingga saat ini ketiga aliran tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan orang Cina. Filsafat Cina berbeda dengan Filsafat Barat. Perbedaan ini diakibatkan adanya perbedaan keadaan masyarakat dan perbedaan kondisi alam pada daerah tempat pemikiran itu dihasilkan, penggunaan gaya bahasa yang berbeda dalam menuangkan konsep pemikiran dalam bahasa tulis, dan beberapa perbedaan dalam memandang hubungan sosial. Sebuah pemikiran yang dihasilkan tidak akan lepas dari kondisi daerah pada masa itu dan kondisi sosial masa itu. Hal ini terlihat dengan jelas dalam pemikiran Cina, yaitu dalam hirearki kelas sosial sarjana atau cendekiawan (_) dan petani ditempatkan di kedudukan sosial yang paling atas sedangkan pedagang ditempatkan di kedudukansosial yang paling bawah. Hal ini disebabkan oleh kondisi masyarakat Cina pada masa itu bahkan sampat saat ini yang mayoritas adalah petani, sedangkan sarjana adalah kalangan berpendidikan yang telah mempelajari ajaran filsafat atau bahkan seorang filosof, Kalangan sarjana pada umumnya berasal dari keluarga bangsawan atau tuan tanah. Salah satu yang menjadi keunikan dari filsafat Cina adalah gaya bahasa yang digunakan ketika dituangkan ke dalam bahasa tulis tidaklah sama dengan gaya bahasa lisan. Gaya bahasa yang digunakan dalam tulisan lebih bersifat penggambaran metafora, tidak langsung kepada permasalahan atau kejadian sebenarnya dan pesan yang ingin disampaikan dituliskan secara tersirat bukan tersurat"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S12821
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
P. Hariyono
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1993
303.482 HAR k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Studi ini mengeksplor berbagai ruang terkait komunitas musik gamelan diaspora di Inggris. Selagi mereka terlepas secara fisik dari negari asal, anggota-anggota komunitas Indonesia ini mempertegas indentitas nasional mereka lewat aktivitas permainan musik gamelan, dalam konteks komunitas praktik. Praktik-praktik ini mencakup terjadinya pengumulan konstan antara partisipasi dalam mempelajari musik serta reifikasi dalam mempertunjukkannya pada masyrakat dispora lain dan juga masyarakat Inggris pada umumnya. Dalam kedua bidang praktik ini, sebagai agen atas pembentukan identitas dan komunitas klaim-klaim mengenai tradisi dan modernitas—sebagaimana fenomena ini merupakan bagian dari fenomena besar deteritorialisasi, relokasi budaya, dan globalisasi."
JKSUGM 1:2 (2010)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Hafshoh Arrobbaniyah
"Skripsi ini membahas tentang "Bentuk dan Makna Sorban di Indonesia". Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk serta makna sorban yang berkembang di Indonesia. Metode penulisan yang digunakan adalah studi kepustakaan (library search) dengan mencari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan sorban dan perkembangannya di dunia dan Indonesia, serta metode wawancara dengan narasumber untuk menunjang sumber referensi. Analisis yang digunakan adalah teori akulturasi yang dikemukakan oleh Yong Yun Kim serta konsep komodifikasi agama dalam menganalisis makna sorban di Indonesia oleh Pattana Kitiarsa. Hasil dari analisis ini adalah bentuk sorban di Indonesia merupakan hasil akulturasi dengan bentuk sorban di Timur Tengah, khususnya Yaman dan India. Selain sebagai komodifikasi agama, sorban juga dapat bermakna sebagai komoditas.
This undergraduate thesis discusses about "The Form and Meaning of Turban in Indonesia". To determine the form and meaning of turban in Indonesia is the purpose of this study. The methodology which is used in this study is the study of literature (library search) to find the source of references which relating to the turban and its development in the world and Indonesia, also the interviews with informants to support the reference. This undergraduate thesis used the theory of acculturation propounded by Young Yun Kim to analyze the forms of a turban in Indonesia, and the concept of commodification of religion propounded by Pattana Kitiarsa to analyze the meaning of turban in Indonesia. The results of this study is the form of turban in Indonesia is an acculturation product with the turban in Middle East, especially in Yemen and India. Aside from being a religious symbol, turban can also meaningful as a commodity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58718
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yizli Cecyllie Mikhael
"Etnis Cina Benteng adalah sebutan untuk etnis Cina Peranakan yang bermukim di kawasan Tangerang. Mereka umumnya menempati rumah yang bentuknya melebar, dengan halaman depan yang luas serta tata ruang yang seimbang pada bagian kiri dan kanan rumah. Susunan tata ruang pada sisi kiri rumah akan sama dengan tata ruang sisi kanannya. Melalui metode kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan tata ruang rumah Cina Benteng dan juga menguraikan unsur budaya yang terdapat dalam rumah Cina Benteng, khususnya di rumah milik Oen En Cung yang terletak di desa Cukanggalih, Tangerang. Untuk itu, penulis melakukan observasi langsung dengan mendatangi beberapa rumah Cina Benteng di Tangerang, khususnya rumah Oen En Cung. Penulis juga mengadakan wawancara dengan narasumber untuk verifikasi data yang diperoleh. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meja abu yang merupakan manisfestasi dari xiao masih terdapat dalam rumah Cina Benteng, begitu pula dengan penolak bala. Namun, tata ruang rumah yang diatur berdasarkan hongshui tidak lagi diperhatikan.
The Chinese Benteng ethnic group is a term for the Peranakan Chinese who live in the Tangerang area. They generally occupy a house that is wide in shape, with a large front yard and a balanced layout on the left and right of the house. The layout on the left side of the house will be the same as the layout on the right. Through qualitative methods, this study aims to describe the shape and layout of the Cina Benteng house and also describe the cultural elements contained in the Cina Benteng house, especially in the house of Oen En Cung located in Cukanggalih village, Tangerang. For this reason, the author made direct observations by visiting several Chinese Benteng houses in Tangerang, especially Oen En Cung's house. The author also conducted interviews with resource persons to verify the data obtained. From this study it was found that the table of ash which is a manifestation of the xiao is still present in the China Benteng house, as well as the repellent against reinforcements. However, the layout of the house that is arranged according to hongshui is no longer considered."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Maengkom, Laya
"Dalam menguraikan upacara religi tradisional ini, penulis membatasi permasalahan pada keluarga Cina yang merupakan unit sosial dasar di mana setiap anggotanya ikut ambil bagian dalam praktek dari pemeliharaan religi tradisional tersebut. Untuk dapat lebih memahami religi ini, penulis menguraikan pula latar belakang pemikiran yang mendasarinya. Pemujaan leluhur dalam masyarakat Cina bukan hanya merupakan suatu kepercayaan atau religi saja tetapi juga memiliki fungsi sosial dan turut berperan dalam kehidupan keluarga. Penulis akan menerangkan juga tentang perannya dalam kelangsungan keluarga. Membicarakan tentang religi ini, tidak lengkaplah jika tidak menerangkan tentang ritus upacaranya. Maka penulis mencoba untuk menggambarkan pelaksanaan upacaranya. Oleh karena kesempatan yang terbatas, selain menggambarkan bentuk upacara sembahyang Ce it cap go yang dilaksanakan pada tanggal 1 dan 15 setiap bulan menurut penanggalan Imlek - yin li, penulis juga menguraikan dua buah upacara yaitu pada hari menjelang Tahun Baru tanggal 29 bulan 12 Imlek yang jatuh pada tanggal 27-28 Januari serta pada tanggal 1 bulan 3 Imlek atau tanggal 5 April yang merupakan hari raya Ceng Beng."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Neni Kurniawati
"Pada era globalisasi ini, setiap kelompok masyarakat dituntut untuk bergerak dan berpikir dinamis sesuai dengan keadaan zaman. Begitu pula halnya dengan masyarakat etnis Cina yang sudah dikenaI dengan nilai-nilai budaya yang telah berusia ribuan tahun lamanya. Berbagai perubahan atau penyesuaian pun dilakukan untuk bisa bertahan hidup dalam kelompok masyarakat yang majemuk dengan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Ada kalanya nilai-nilai yang sudah dipertahankan selama ribuan tahun harus diubah dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka atau bahkan dihilangkan sama sekali karena berbagai faktorDalam tulisan ini, kasus yang penulis ambil sebagai bahan tulisan adalah Persepsi Kaum Muda Etnis Cina di Bandung Tentang Tradisi Ritual Qing Ming. Data-data yang diperoleh untuk tulisan ini diambil dengan dua cara atau metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Wawancara dilakukan setelah dilakukannya studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner, Sample yang diambil berjumlah 25 orang dengan dua puluh orang berasal dari golongan muda dengan rentang usia 15hingga 30 tahun, yang dipilih secara acak dari beberapa sekolah negeri dan swasta di kota Bandung, dan beberapa orang yang tinggal atau beraktivitas di sekitar wilayah Pecinan di Bandung. Bagaimana persepsi baru yang muncul pada kaum muda etnis Cina ini dan faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan iniHasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan persepsi kaum muda etnis Cina di Bandung mengenai tradisi ritual Qing Ming dan berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi tersebut. Ada dua faktor yang penulis anggap sebagai penyebab terjadinya perubahan persepsi ini, yaitu lingkungan sosial budaya dan peninggalan sejarah. Karena faktor-faktor inilah, maka akhirnya terjadi perubahan nilai dan persepsi yang sudah ada dalam masyarakat Cina serta nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orang tua pada pada informan, terutama mengenai tradisi ritual Qing Ming..."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S12986
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Myristica Arie Wrespati
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11775
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library