Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisha Sastri Utami
"Fenomena penggunaan bahasa Inggris yang disisipkan dalam lagu-lagu populer yang berbahasa non-Inggris saat ini sedang menjadi tren di kalangan generasi muda yang berasal dari negara-negara yang bahasa aslinya bukan bahasa Inggris. Fenomena ini juga terjadi di negara Korea dengan genre musik mereka yang disebut K-Pop. Akibat perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, terutama internet, yang begitu pesat, lagu-lagu K-Pop kemudian menyebar dan dikenal luas oleh publik internasional, termasuk di Indonesia. Penyisipan bahasa Inggris dalam lirik lagu K-Pop tersebut memiliki maksud serta tujuan tertentu yang berhubungan dengan cerminan penyampaian identitas si penyanyi.Penelitian ini mengambil contoh lima lirik lagu K-Pop yang dipopulerkan oleh salah satu grup band Korea, Super Junior, dan menelaahnya dengan metode analisis grammar fungsional dan analisis wacana kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerapan berbagai macam strategi pembentukan identitas (acts of identity) dalam masing-masing lirik lagu yang digunakan untuk menyampaikan representasi wacana identitas tertentu. Fenomena penggunaan bahasa Inggris itu sendiri didorong oleh beberapa latar belakang yang berhubungan dengan hegemoni ideologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memahami fenomena hibridisasi bahasa Inggris dengan bahasa lain dalam sebuah teks lagu serta membantu pemahaman wacana identitas serta faktor makro-sosiologi ideologi hegemoni yang melatarbelakanginya.

The phenomena of English usage in non-English songs have become a widespread trend among young generation whose native language is not English. This also happens in Korea and in their respective music genre, called K-Pop. Through the fast development of information and telecommunication technology, especially internet have caused K-Pop songs to spread and be known throughout the world mass, including Indonesia. The use of English in K-Pop popular song has particular purpose and meaning related to the representation of identities of its singer. This research has taken samples from five song's lyrics which are popularized by Super Junior, one of K-Pop boy band from South Korea, and has analyzed them through systemic functional grammar and critical discourse analysis.
The result of the research indicates that there is application of some acts of identity on each lyric which is used to portray different representations of identities. The phenomena of English usage itself have to do with certain backgrounds driven by hegemonic ideology. This research is expected to help people understand the growing phenomena of English hybridization in popular song's lyrics and to make them aware of the discourse of identity and macrosociological factor, such as hegemony of ideology, which underlie them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S126
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Athifa Naziha
"Pemberdayaan perempuan adalah sebuah proses dimana perempuan mendapatkan kekuatan dan kendali atas kehidupan mereka dan memperoleh kemampuan untuk membuat pilihan strategis. Meskipun kemajuan besar dalam pemberdayaan perempuan terlihat secara bertahap, perempuan terus menghadapi diskriminasi di setiap belahan dunia. Hingga saat ini, perempuan masih memperjuangkan haknya dengan menyuarakan pemberdayaan perempuan melalui berbagai media, termasuk musik. Kajian ini menganalisis Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) dalam Run the World (Girls) karya Beyoncé dengan melakukan Critical Discourse Analysis, khususnya dengan menganalisisnya dengan Halliday’s Metafunctions of Language (1994) yang terdapat pada liriknya. Setelah melihat pengalaman perempuan, sikap penyanyi, dan keseluruhan tema dan lirik lagu yang dianalisis dengan metafungsi bahasa, penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui lagu Run the World (Girls), Beyoncé mencakup kelima aspek pemberdayaan perempuan, yaitu: (1) perolehan harga diri perempuan; (2) hak perempuan untuk memiliki dan menentukan pilihan; (3) hak perempuan untuk memiliki akses terhadap peluang dan sumber daya; (4) hak perempuan untuk memiliki kekuasaan dan kendali atas kehidupan domestik dan publik mereka; dan (5) meningkatnya kemampuan perempuan untuk melakukan perubahan sosial, baik secara nasional maupun internasional. Studi ini berkontribusi pada pembahasan wacana pemberdayaan perempuan.

Women’s empowerment is a process by which women gain power and control over their lives and acquire the ability to make strategic choices. Although a great deal of progress in women’s empowerment is gradually seen, women continue to face discrimination in every part of the world. Up to this day, women still fight for their rights by voicing out women’s empowerment through various media, including music. This study analyzed Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) in Beyoncé’s Run the World (Girls) by doing a Critical Discourse Analysis, specifically by analyzing it with Halliday’s Metafunctions of Language (1994) that are present in the lyrics. After looking at women’s experiences, the singer’s attitude, and the overall theme and lyrics of the song analyzed by the metafunctions of language, this study concludes that through the song Run the World (Girls), Beyoncé is covering all five aspects of women’s empowerment, which are: (1) women’s gain of self-worth; (2) women’s right to have and to determine choices; (3) women’s right to have access to opportunities and resources; (4) women’s right to have power and control over their domestic and public lives; and (5) women’s gain of ability to make social change, both nationally and internationally. This study contributes to the discussion of women’s empowerment discourses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Whisnu Prabowo
"Serbuan komik manga membawa keprihatinan pada nilai-nilai lokal yang semakin lama dirasa mengabur. Komik Garudayana hadir dengan membawa identitas lokal bagi pembaca komik saat ini. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana komik Garudayana yang mengandung nilai manga merepresentasikan identitas lokal sebagai sebuah subculture.
Tujuan penelitian ini rnengkaji melalui tiga level analisis Fairclough, sejauh mana keterlibatan komikus Garudayana dalam menghidupkan sebuah komik dengan identitas lokal yang sarat dengan nilai manga mampu mensosialisasikannya kepada masyarakat. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini kritis dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan komikus Garudayana berhasil memberikan nyawa pada setiap panelnya yang sarat dengan nilai manga dan dari ketiga informan yang diwawancara, rnereka senang dan puas dengan kehadiran Garudayana, yang tidak kalah dengan komik-komik Jepang sebagai kebudayaan dominan.

The invasion of manga comics brings concern to the local values that become increasingly faded away as times goes. The Garudayana comic presents a new local identity to the comic readers in Indonesia at this time. This research is questioning about how the Garudayana which is contain manga values representing local identity as subculture.
The purpose of this research is to examine with a three level analysis from Fairclough, how far the Garudayana author involved animating the comic in a local identity which loaded in manga values, then able to publishing it to the society. The paradigm that used in this research is a critical paradigm with a qualitative approach.
The result of this research shows that the Garudayana author did well in giving real life experiences in every panel. All of the informants feels happy and also excited with it existence in the middle of Japanese manga as dominant culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Basaib
"Sebagai salah satu band perintis punk, Sex Pistols kerap dijadikan simbol pergerakan punk di Inggris pada akhir dekade 1970. Sex Pistols dihubungkan dengan pergerakan melawan pemerintah, dan sebagai akibatnya mereka dilarang untuk tampil selama beberapa waktu. Lirik lagu-lagu Sex Pistols saat itu dirasa membawa pengaruh buruk terutama bagi pendengarnya karena dianggap menyebarkan ideologi tertentu. Sebagai produsen sebuah wacana, penulis lirik dapat menuangkan ideologinya dalam lirik sebagai media untuk menyampaikan aspirasinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ideologi tersebut disampaikan melalui lirik lagu dan pengaruhnya terhadap pendengar lagu-lagu Sex Pistols. Penulis menggunakan kajian analisis wacana kritis Fairclough dalam menganalisis hubungan antara sebuah wacana dengan ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan penulis lirik berpengaruh terhadap penyebaran ideologi tertentu kepada pendengarnya. Selain itu, lagu-lagu yang penulis kaji pun mempunyai kesamaan, yaitu merupakan kritik terhadap kondisi sosial-politik pada masa itu.

As one of the punk pioneers, Sex Pistols was associated with punk movement at The United Kingdom in the 1970?s era. Sex Pistols then was connected to some strikes against the government and they got banned many times. Sex Pistols songs lyrics were considered as bad influence because of the song writer?s ideology. As the producer of a discourse, the song writers were able to put their ideology in the lyric.
This study aims to find out how the ideology was put in the lyric and what it brings to Sex Pistols? listeners. This study applies Critical Discourse Analysis by Fairclough in order to find out the connection between a discourse and ideology. The result shows that the song writers? choice of words effectuate the diffusion of ideology to their listeners. Also, the songs that were analysed have something in common, which is all of them are critics toward social and political condition at that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Dian Kristiani
"Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang diresmikan sebagai bahasa Internasional. Penggunaan bahasa Inggris telah mempengaruhi aspek pendidikan; salah satunya adalah penggunaan bahasa Inggris dalam slogan universitas yang digunakan sebagai identitas diri. Dibalik slogan ini terdapat kekuatan-kekuatan dari hegemoni bahasa Inggris yang dapat diteliti. Tujuan dari penlitian ini adalah, mendeskripsikan aspek linguistik yang digunakan dalam mereprentasikan slogan Universitas, hubungan antara pembuat teks slogan dan aspek linguistik yang dihasilkan dan situasi sosial dan budaya yang melatarbelakangi aspek linguistik yang digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis model Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek linguistik yang berupa diksi dan bentuk kata dalam slogan dua universitasswasta di kota Bandung adalah bagian dari bentuk pencitraan positif. Slogan Universitas tersebut disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan dari universitas. Slogan ini berkaitan dengan ideologi kapitalisme yang dianut oleh keduauniversitastersebut sehingga menunjukkan penggunaan bahasa Inggris dalam slogan merupakan pengaruh dari globalisasi dan westernisasi."
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ibrahim Ramadhan
"Le Monde, sebagai kanal berita Prancis yang bereputasi sebagai surat kabar acuan, beradaptasi di lingkungan digital dengan membuat kanal YouTube. Salah satu rubrik Le Monde di YouTube adalah Mappemonde, yang membahas isu-isu geopolitik kontemporer. Tiga video rubrik ini di antaranya adalah « Que fait la Chine en Afrique ? », « Que veut la Russie de Poutine ? », dan « Les États-Unis sont-ils toujours le gendarme du monde ? », yang masing-masing membahas Republik Rakyat Cina, Federasi Rusia, dan Amerika Serika, yang dilatarbelakangi adanya tatanan dunia baru dengan ketiga negara ini sebagai kutub-kutubnya. Penelitian ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan Pendekatan Dialektis-Relasional Fairclough (2013) dan teori bingkai media D’Angelo (2017) untuk mendeteksi bingkai-bingkai yang digunakan Le Monde dalam rubrik Mappemonde. Ditemukan bahwa dua bingkai yang dominan digunakan adalah bingkai konflik dan bingkai konsekuensi ekonomi, yang menunjukkan bahwa penulis Mappemonde menggunakan paham realis dalam melihat hubungan internasional. Selain itu, ditemukan bahwa penulis Mappemonde memiliki sikap sinofobik, terutama dengan menekankan potensi RRC untuk mengubah status quo tatanan dunia.

Le Monde, as a French news channel with a reputation of being a point of reference, has adapted to a digital environment by creating a YouTube channel. One of Le Monde’s playlists on YouTube is Mappemonde, which discusses contemporary geopolitical issues. Among the videos in the playlist, three of them are « Que fait la Chine en Afrique ? », « Que veut la Russie de Poutine ? », and « Les États-Unis sont-ils toujours le gendarme gu monde ? ». These videos respectively discuss the People's Republic of China, the Russian Federation, and the United States, in the context of an emerging world order with the three countries as its poles. This study uses a critical discourse analysis with Fairclough’s Dialectical-Relational approach (2013) and D’Angelo’s theory of media frames to detect the frames used by Le Monde in the Mappemonde playlist. The two dominant frames in the playlisr are “conflict” and “economic consequences”, which show that the writer of Mappemonde subscribes to a realist understanding of international relations. Additionally, the writer of Mappemonde shows a sinophobic attitude, especially by emphasizing the potential of the PRC to disrupt the status quo of the world order."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Dwihany Childazita
"Penelitian ini bertujuan memberikan pandangan bagaimana salah satu media daring Korea Selatan, Hankyoreh 21, mengkritisi pemerintah dalam salah satu artikel beritanya tentang tragedi Itaewon pada 29 Oktober 2022. Tragedi yang merenggut banyak nyawa ini terjadi sehari sebelum perayaan Halloween. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menganalisis artikel berjudul “‘죽게 만든’ 권력에 통치의 정당성은 없다”.  Metode analisis wacana kritis Norman Fairclough dipilih dan analisisnya dilakukan dengan kerangka dua dimensi: analisis teks dan praktik diskursif. Analisis wacana kritis pada berita memungkinkan terlihatnya ideologi yang ada pada suatu media. Hasil penelitian menunjukkan ideologi dan cara Hankyoreh merepresentasikan tragedi Itaewon. Nampak jelas keberpihakan Hankyoreh pada masyarakat yang sedang mengkritisi pemerintah soal lambannya penanganan situasi darurat hingga menyebabkan tragedi yang tidak diinginkan. Hal ini mencerminkan peran media sebagai penyeimbang kekuasaan dengan memberikan suara kepada masyarakat yang menginginkan akuntabilitas dan mendukung nilai-nilai etika dalam tata kelola politik.

This research aims to provide an insight into how one of the South Korean online media, Hankyoreh 21, criticized the government in one of its news articles about the Itaewon tragedy on October 29, 2022. This tragedy, which claimed many lives, occurred the day before Halloween celebrations. This research uses a descriptive qualitative method that analyzes the article entitled "'죽게 만든' 권력에 통치의 정당성은 없다". Norman Fairclough's critical discourse analysis method was chosen, and the analysis was carried out using a two-dimensional framework: text analysis and discursive practice. Critical discourse analysis in the news makes it possible to see the ideology that exists in the media. The research results show the ideology and way Hankyoreh represents the Itaewon tragedy. It is clear that Hankyoreh is siding with the people who are criticizing the government for its slow handling of emergency situations, which has led to unwanted tragedies. This reflects the role of the media as a balance of power by giving voice to the public, desiring accountability, and supporting ethical values in political governance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putrawan Yuliandri
"Tesis ini membahas, praktik resistensi dalam wacana lirik lagu grup musik metal Purgatory. Dengan menggunakan paradigma kritis, kemudian mengintegrasikan pada kajian budaya kritis ke dalam proses komunikasi politik. Musik metal dinilai sebagai medium komunikasi maupun bentuk budaya subkultur yang dapat dipandang sebagai medium resistensi yang penting, baik secara budaya maupun politik.
Tesis ini menemukan, narasi hegemonik Barat terhadap Islam, yang selalu dikaitkan dengan wacana sentimen negatifnya, direspon sekaligus dilawan balik counter-hegemoni oleh wacana lirik lagu Purgatory. Diskursus yang membentuk wacana lirikal Purgatory yang resisten itu dibingkai oleh beragam konteks diskursus Islam dan Barat yang terjadi di masa lalu baik dalam konteks global maupun saat ini dalam konteks Indonesia. Runtuhnya rezim represif Orde Baru, menghadirkan fenomena ledakan Islam di arena politik dan kebudayaan.
Dengan ditandai oleh maraknya simbol-simbol keagamaan di ruang publik, peningkatan religiusitas pribadi serta perkembangan lembaga-lembaga Islam dan gaya hidup baru. Beragam praktik diskursus ini pada gilirannya membentuk sebuah proyeksi identitas Islam yang lebih cair dan lebih moderat, sebagai bagian dari tantangan umat muslim dalam menghadapi sekularisasi modernitas Barat. Tesis ini berhasil menemukan, bahwa wacana musik metal Islam yang disuarakan oleh Purgatory menjadi sarana dalam membentuk identitas, kohesi sosial, sampai dengan politik kebudayaan religius Islam dikalangan subkultur musik metal di Indonesia.

This thesis explains a resistance practice found in the song lyrics discourse of an Indonesian metal band called Purgatory. A critical paradigm, alongside with cultural studies and political communication, is used to dissect the problem. Metal music is considered as a communication media or a sub culture form that can also be seen as an important resistance medium, not only culturally but also politically.
The research founds that a common narrative of a Western hegemony that has always been associated with its negative sentiment, was responded the other way around by Purgatory. A discourse that forms a narrative resistance in the song lyrics from Purgatory is framed with many Islamic and Western discourse which were happened in the past, globally or in Indonesia only. The collapse of the New Order regime brought a huge Islamic phenomenon in political and culture circle.
Religious symbols appears in an open public space, personal religious lawfulness arises, new lifestyle comes up, and the emergence of Islamic institutions. These various political practices will get its own turn to form a projection of a more balanced Islam identity as a part of Moslems rsquo challenges to face the modern Western secularization. The research also founds that an Islamic metal music vocalized by Purgatory happens to be a tool to form identity, social cohesion, and even the culture of Islamic political amongst metal music subculture in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T46880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Ratna Sari
"Penelitian ini adalah sebuah kajian linguistik yang diterapkan pada studi kasus dalam debat presiden Amerika Serikat AS 2016 antara Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik. Debat calon presiden AS yang diselenggarakan pada tahun 2016 lalu merupakan salah satu bentuk dari wacana politik yang dilakukan oleh para politikus untuk menyampaikan pemahaman, pendapat, dan tujuan politiknya pada masyarakat. Selain itu, praktik ini tidak terlepas dari ideologi dan kuasa mereka untuk memengaruhi pemikiran masyarakat.
Tujuan penelitian ini ialah menyingkap identitas ideologis dari para kandidat yang direpresentasikan melalui tuturan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan analisis wacana kritis, linguistik fungsional sistemik, dan multimodal sebagai teori. Faktor sosial seperti partai politik membentuk pandangan para kandidat dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi di AS.
Hasil penelitian dalam tuturan memperlihatkan bahwa Hillary lebih menekankan keadilan, kesejahteraan, kesetaraan bagi para pekerja dan seluruh lapisan masyarakat dalam mendapatkan pekerjaan, sedangkan Trump memilih untuk bersaing dengan negara asing seperti Cina dan Meksiko demi mempertahankan pekerjaan yang diambil alih oleh negara tersebut. Selain itu, banyaknya proses material yang terdapat di dalam tuturan membuktikan bahwa para kandidat berusaha untuk meyakinkan masyarakat dengan janji-janji dalam memperbaiki perekonomian negara.

This research is a linguistic review on the case study of 2016 US presidential election between Hillary Clinton from the Democratic Party and Donald Trump from the Republican Party. The US presidential debate held in 2016 is one kind of political discourses conducted by politicians to deliver their political understanding, opinions, and purposes. Besides, this practice is inseparable from their ideology and power to influence people's perspectives.
This research aims on revealing ideological identities of presidential candidates represented by their utterances. This research is a qualitative research applying theories of Critical Discourse Analysis and Systemic Functional Linguistics. Social factors such as political parties influence the candidates'perspectives in solving economic problems in the US.
Results of utterance analysis show that Hillary emphasizes more on justice, prosperity, and equivalence for all workers and the whole society to gain jobs while Trump tends to choose to compete against foreign countries such as China or Mexico for the sake of defending jobs taken over by those countries. Besides, the existence of material processes in their utterances proves that the candidates attempt to reassure the society by promising to improve national economy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Qamarani
"ABSTRAK
Jurnal ini mengetahui tentang interjeksi bahasa Korea melalui lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi selalu mendahului ujaran sebagai ucapan yang lepas atau berdiri sendiri. Dalam bahasa Korea, interjeksi disebut dengan ??? gamtansa . Gamtansa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan perasaan pembicara, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu media yang digunakan adalah melalui musik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi dan makna interjeksi bahasa Korea yang terdapat dalam lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta mengumpulkan sumber data dan mencari informasi terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah dalam 12 lagu boyband Seventeen yang dijadikan sumber data, ditemukan penggunaan interjeksi bahasa Korea dengan fungsi dan maknanya yang berbeda-beda.

ABSTRACT
This journal analyzes the Korean interjection through boyband Seventeen rsquo s songs. Interjection is a category to express the speaker 39 s feelings and syntactically not related to other words in speech. Interjection always precedes as a loose or stand alone speech. In Korean, interjection is called gamtansa . Gamtansa is widely used in everyday life to express the speaker 39 s feelings, both orally and in writing. One of the media used is through music. The purpose of this journal is to explain the function and meaning of Korean interjection in boyband Seventeen rsquo s songs. This journal applies descriptive qualitative method by collecting the data and finding the related information from literature source. The results of this journal is in 12 boyband Seventeen rsquo s songs which became the source of data, found some Korean interjections and its different functions and meanings."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>