Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dian R.T.L. Syam
"Sastra sebagai cerminan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Saat ini ada banyak karya sastra yang mengangkat kebudayaan dalam sastra dengan tema kedaerahan. Salah satunya adalah cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Cerpen tersebut mampu memberikan gambaran yang baik mengenai upacara Rambu Solo’ sebagai kebudayaan masyarakat Toraja yang masih dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan warna lokal dan representasi sistem kepercayaan aluk todolo masyarakat Toraja dalam cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska memuat beberapa hal terkait warna lokal. Pertama, adanya penggunaan nama diri yang mengacu pada hari dan tempat kelahiran, serta bentuk panggilan yang digunakan masyarakat Toraja. Kedua, cerpen “Rambu Solo’” bertema proses perjuangan keluarga Raiya untuk menyelenggarakan upacara Rambu Solo’ bagi Ambe. Ketiga, latar tempat dalam cerpen adalah Tongkonan, sumbung, dan dapur. Selain itu, warna lokal juga ditunjukkan dengan adanya motivasi masyarakat Toraja saat mempersembahkan hewan ternak dalam Rambu Solo’, mata pencarian, prosesi pemakaman dalam Rambu Solo’, dan makna ukiran bagi masyarakat Toraja. Representasi sistem kepercayaan aluk todolo dalam cerpen “Rambu Solo’” dihadirkan melalui adanya objek penyembahan, pokok ajaran aluk, dan hukum dalam aluk todolo.

Literature as a reflection of the condition of society cannot be separated from culture. Currently there are many literary works that raise culture in literature with regional themes. One of them is the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. The short story is able to provide a good picture of the ceremony Rambu Solo’ as a Toraja culture which is still practiced today. This study aims to explain the local color and representation of the belief system of aluk todolo people of Toraja in the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. This study uses a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach. The results showed that the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska contained three things related to local colors. First, there is the use of self-names that refer to the day and place of birth, as well as the form of calling used by the Toraja people. The short story “Rambu Solo’” is themed on the process of the Raiya family's struggle to hold a ceremony Rambu Solo’ for Ambe. Second, the setting in the short story is Tongkonan, sumbung, and the kitchen. Third, the local color is also shown by the motivation of the Toraja people when offering livestock in the ceremony Rambu Solo’, livelihood, funeral processions in the ceremony Rambu Solo’, and the meaning of carving for the Toraja people. Representation belief system aluk todolo in the short story “Rambu Solo’” presented through their object of worship, the basic teachings of aluk and the law in aluk todolo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wirasmi Abimanyu
"ABSTRAK
Menurut Charles H. Southwick, ekologi adalah ilmu yang mempelaj ar i tentang hubungan kehi dupan makhluk hi dup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Yaitu interaksi antara individu, populasinya, dan masyarakatnya. Ekologi juga mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan benda-benda mati yang ada di lingkungan hidupnya. C Southwi ck, 1976: XVI5
Dengan demikian seperti juga makhiuk hidup yang lain, lingkungan hidup manusia teridiri dari lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik terdiri atas tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia yang lain, sedangkan lingkungan abiotik antara lain, tanah, air, udara dan cahaya. Lingkungan hidup tldak hanya ditentukan oleh jenis dan j umlah benda hi dup dan mati, melainkan juga oleh kondisi dan kelakuan benda hidup dan mati itu, serta hubungan antara benda-benda itu. CSoerja.nl, 1987: 19OX Dengan kata lain, manusia bersama dengan seluruh unsur kehidupan yang membentuk suatu sistem ekologi CekosisteirO mempunyai hubungan timbal-balik antara keduanya. Untuk menjaga kelestarian hidup manusia, manusia harus pula menjaga kelestarian ekosistemnya dengan *Jalan menjaga keserasian hubungan dengan lingkungan hidupnya. CSoeryani, 1987: 1913
Sebagai masyarakat-agraris, masyarakat Jawa mempunyai dasar sikap persatuan dengan alam. Mereka menyebut dirinya sebagai jagad ctlib. Cdunia kecil dan lingkungan alam sebagai jagad g&dh.& Cdunia besarO. Bagian lahiriah dari diri manusia ialah badannya dengan segala hawa nafsu dan daya-daya rohani , Badan ini merupakan wilayah kerajaan rohnya, yai tu dunia yang harus dikuasainya, maka dari itu badan seringkali di sebut, jagad c i I iM, sedang alam lingkungannya disebut, Jagad gedhe. Jagctd. cili& akan berkembang secara harmonis, selaras dengan kesempurnaan batinnya. Mengembangkan jagad ciLiM merupakan suatu syarat agar perkembangan jagad g&dh, & dapat- berlangsung dengan baik. CDe Jong, 1976: 14-163
Dalam hal ini Niels Mulder menyatakan bahwa "Bagi mistik Jawa, model jagad g&dhs C kosmosS ini di anggap sebagai paradigma bagi manusia selaku jagad cilib. Cmikro kosmos^. Kuasa-kuasa kekacauan dilambangkan oleh segi 1 ahi r C segi 1 uar dan badani D yang menglkatkan manusia kepada dunia gejala-gejala, sementar a segi batlnnya menghubungkan dengan makna terdalam dari kosmos dan moralitas". CMulder, .1984: 43
Sedangkan Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa, "dalam lingkaran pandangan dunia Jawa, ciri-ciri pandangan ini ialah penghayatan terhadap masyarakat, alam dan adikodrati sebagai kesatuan yang tak terpecah-pecah. Dari kelakuan yang tepat terhadap kesatuan itu tergantung keselamatan manusia, " CSuseno, 1984: 83
Uraian tentang alam yang terpantul dalam Sastra Kak awi n menur ut Zoetmulder C1983: 2703, adalah alam seperti di pandang oleh penyalr Jawa Kuna bi 1 a i a meli hat sekelilingnya. Cara ia melukiskan hubungan antara manusia dan alam membuktikan bahwa ia memandang dunia ini dengan cara yang bagi dia sendiri serta para pendengarnya jelas sek ali. yak nl dasarnya bersatu, Sebagai contoh, dalam semua ungkapan puitis Jawa Kuna kita jumpai kemanunggalan alam semesta dan semua makhluk dl dalamnya yang kait-mengait. Ungkapan-ungkapan seperti kadang ing asana yang arinya keluarga dengan asana Cnama bungaD dan war gem. L ng campaha, yang ar t i nya saudar a bunga campak a, apabila seorang pemuda menyapa kekasihnya, menunjukkan arah yang sama. Bila seorang wanita ingin mati. ia mohon kepada Dewa, agar kecantikannya dikembalikan kepada bulan
.**
Kartikka, keindahan rambutnya kepada awan-awan yang penuh hujan, tetes air matanya kepada embun yang bergantungan pada pucuk daun rumput dan lain sebagainya. CZoetmulder, 1985: 3693
Dengan sikap batln orang Jawa akan rasa persatuannya dengan alam yang demikian itu, dan seperti yang kita ketahui Pulau Jawa mempunyai iklim yang dipengaruhi oleh « angin musim, sehingga kesuburan tanah dan pertanian
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Staya Saraswati
"Penelitian ini mengungkap ideologi laten yang ada di balik program acara radio Guys' Talk yang disiarkan Hard Rock FM 87,6 Jakarta. Penelitian menggunakan analisis kritis wacana Norman Fairciough. Model analisis ini mengubungkan tiga dimensi dalam communicative events, yaitu teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosiokultural (sociocultural practice). Penelitian ini menemukan bahwa Guy's Talk secara taat asas menyampaikan ideologi kebebasan seksual dengan menampilkan seks sebagai sesuatu yang bebas, individual, subyektif, dan hedonis."
2004
TJPI-III-2-MeiAugust2004-73
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
303.482 IND d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Emiliana Sadilah
Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1983
306 EMI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Indah Fitriana
"ABSTRAK
Pemeriksaan total plate count (TPC) dilakukan terhadap makanan penerbangan pada dua
proses yang berbeda, yakni penyimpanan dan pengemasan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kenaikan suhu terhadap kenaikan TPC pada makanan
serta hubungannya dengan kontaminasi TPC pada tangan penjamah dan peralatan
makanan. Pengukuran suhu digunakan termometer tebakan, dan pengukuran TPC pada
makanan, tangan penjamah dan peralatan digunakan metode Total Plate Count (TPC)
dalam beberapa pengenceran. Suhu makanan mengalami kenaikan rata-rata 3 kali. Total
Plate Count (TPC) mengalami kenaikan rata-rata 16.2 kali. Suhu pada makanan
berpengaruh kuat dan signifikan terhadap signifikan terhadap TPC makanan (R= 0.824
dan p=0.000). Kenaikan suhu makanan juga berpengaruh secara kuat dan signifikan
terhadap kenaikan TPC (R= 0.776 dan p=0.000). Total Plate Count (TPC) makanan saat
pengemasan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap TPC tangan penjamah
dan TPC peralatan makanan (p=0.424) dan (p=0.444). Disarankan untuk memberikan
intervensi mengenai Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) secara
menyeluruh untuk memberikan pemahaman pengendalian suhu pada makanan pada
pihak-pihak yang terkait. Selain itu, intervensi mengenai higiene dan sanitasi juga perlu
diberikan guna mencegah terjadinya kontaminasi.

ABSTRACT
Microbial Total Plate Count (TPC) measurement carried out on airline meal in two
difference process, storage and portioning packaging. The research conducted to know
influence the increase of temperature on meal microbial total plate count (TPC) increase.
In addition, it also conducted to know the correlation of that contamination with food
handler and equipment hygiene on microbial TPC as the indicator. Temperature
measurement made with gun thermometer, in other hand simple TPC counting on several
dilutions is the method to measure microbial TPC on meal, hand swab and equipment
swab. The result showed that food temperature has increase on average of 3-fold and
16.2-fold for microbial TPC increase on meal. Temperature is significantly influence on
microbial TPC (R=0.824 and p=0.000). The increase of temperature is also significantly
influence on microbial TPC increase (R=0.776 and p=0.000). Furthermore, there is no
significantly correlation of meal microbial TPC on packaging process with hand swab
and equipment swab (p=0.424 and p=0.444). The research suggests intervention as a
whole on Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), to give understanding of
temperature control on food to related stakeholder. In addition, intervention on hygiene
and sanitation also be provided to prevent contamination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Hendra Pratama
"ABSTRAK
Eksistesi teritorial adat adalah hal penting bagi kelangsungan hidup suatu komunitas adat. Masyarakat adat yang tinggal di kawasan hutan memanfaatkan hutan sebagai tempat tinggal dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di dalam hutan untuk kelangsungan hidup mereka. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai strategi masyarakat adat Lindu untuk mempertahankan teritorialnya dengan melakukan reclaim wilayah adat. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adat Lindu adalah klaim negara pada kawasan mereka. Klaim negara pada wilayah adat ditunjukkan dengan pendirian Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) serta rencana pembangunan PLTA Lindu. Praktik teritorialisasi dan developmentalisme di kawasan Lindu semakin melemahkan kuasa masyarakat adat Lindu atas teritorialnya. Berbagai strategi dilaksanakan masyarakat adat Lindu dengan didampingi oleh LSM untuk melawan negara dan mempertahankan wilayah adat mereka dan mendapat pengakuan kawasan hutan adat. Strategi perlawanan yang dianggap paling ampuh adalah menggunakan ?senjata? yang sama dengan negara untuk melakukan klaim wilayah, yaitu dengan membuat peta. Pemetaan partisipatif dipilih sebagai sebagai upaya melakukan reclaim wilayah adat. Pemetaan partisipatif dianggap cara yang paling tepat karena melibatkan banyak pihak dan bisa mengakomodir kepentingan para pihak.

ABSTRACT
The existence of adat territorial is a very important thing to maintain the life of an adat community. Masyarakat adat who lives around the forest take advantage the forest as a living space and take advantage the resources to survive. This research I will discuss masyarakat adat Lindu?s strategies to maintain their territorial by reclaiming the wilayah adat. The problem that is faced by Masyarakat Adat Lindu is the state?s claim of their territory. The state?s claim of wilayah adat is shown by the establishment of Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) and also the plan to build PLTA Lindu. These territorialisations and developmentalism in Lindu are weaken Masyarakat Adat Lindu?s powers of their territory. Various strategies are done by Masyarakat Adat Lindu with the help of NGO to fight the state and to maintain their territory and to get an acknowledgement of ?hutan adat? territorial. The most effective strategy is to utilize the same ?weapon? as the state to claim the territory which is by creating a map. Participatory mapping is chosen as an attempt to reclaim adat territorial. Participatory mapping is considered to be the most effective way because it includes many stakeholder and can be accomodated the interest of stakeholders.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>