Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Nesia Andarini
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S25948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Irfan Novianto Sofnir
"Tesis ini merupakan penelitian terhadap kebebasan pers di Amerika. Penelitian difokuskan kepada sebuah kasus pengadilan yaitu Onassis v. Galicia di United States District Court, Second Circuit, Southern District of New York. pada tanggal 13 September 1973. Permasalahan dari penelitian ini adalah peliputan berita yang dilakukan dengan melanggar hak pribadi dapat membatasi kebebasan pers. Pembatasan kebebasan pers disini adalah pada peliputan berita terhadap seorang figur publik yang bernama Jacqueline Onassis beserta kedua anaknya.
Landasan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah landasan teori demokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian yang ditemukan pada tesis ini adalah peliputan berita sebagai bagian dari kebebasan pers harus dibatasi pada saat dilakukan dengan melanggar hak pribadi. Pelanggaran ini dibuktikan dengan akibat-akibat yang harus ditanggung oleh seorang figur pubik Jacqueline Onassis beserta kedua anaknya yaitu hilang reputasi, harga diri dan dipermalukan. Pada tesis ini juga ditemukan jawaban posisi kepentingan hak pribadi diposisikan lebih tinggi dibandingkan dengan kebebasan pers. Hal ini yang kemudian menyebabkan kebebasan pers pada isu peliputan berita harus diberikan batasan-batasan.
Jawaban ini memperlihatkan berdasarkan filosofi demokrasi penekanan hak ada pada individu dan bukan pada kelompok tertentu. Alasannya adalah kepentingan atau unsur individu adalah yang menghidupi kepentingan atau unsur masyarakat. Maka pada saat kebebasan pers yang merupakan representasi kepentingan masyarakat melanggar hak pribadi, maka secara tidak langsung kepentingan atau unsur masyarakat telah menciderai kepentingan atau unsur individu.
The Restrain of The Freedom of the Press in the case Galicia v. Onassis in 1973 at New YorkThis thesis is study on the press freedom in America. The main focus on this research is the case of Galicia v. Onassis at United States District Court, Second Circuit, Southern District of New York, 13th September 1973. The main problem on this research is the newsgathering that violate the right of privacy may restrain the freedom of the press. The freedom of the press restrained by the court to the paparazzi.
The main theory of this research is democracy and privacy. The method of this research is qualitative
The main result of this thesis is the newsgathering as the part of the freedom of the press must be restrained when the freedom of the press violate the right of privacy. The violation can be seen by the risk that have to be accepted by the public figure Jacqueline Onassis, which are the loss of dignity, the loss of reputation and potential to lower his standing in the eyes of the public. On this thesis is also found that the position of the right of privacy is much higher than the position of the freedom of the press. That is the caused why the freedom of the press must be restrain especially in newsgathering. The answer is based on the philosophy of democracy; the right is on the nature of man and not in the nature of society. The reason is the nature of society is been supported by the nature of man. In the conclusion by the time the freedom of the press, which is the representation of the interest of the people, has violated the right of privacy, as a result the nature of society has violated the nature of man.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T 11843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman Saleh
"Penyelesaian sengketa bisnis melalui Arbitrase belum begitu diminati di Indonesia. Salah satu sebabnya adalah belum adanya Undang-Undang Arbitrase Nasional yang mengatur lembaga Arbitrase secara lengkap dan jelas. Peraturan yang ada, peninggalan kolonial (Rv) sudah ketinggalan jaman, sehingga tidak dapat dipakai menangani kasus-kasus arbitrase asing. Hal ini lebih dirasakan setelah Indonesia membuka pintu buat modal asing di akhir tahun enampuluhan. Pada umumnya hampir semua perusahaan patuncran (Joint Venture) memilih Arbitrase untuk menyelesaikan sengketa mereka. Pada tahun 1981 dengan Keppres No. 34 Tahun 1981, Indonesia meratifikasi Konvensi New York 1958 tentang pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing. Ternyata putusan arbitrase asing masih saja tidak bisa dilaksanakan di Indonesia. Hal ini merendahkan citra peradilan Indonesia di luar negeri. Baru pada tahun 1990, Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990 tentang Tatacara Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing. Meskipun begitu ternyata masalah pelaksanaan putusan arbitrase asing belum dapat berjalan lancar. Kali ini yang menjadi ganjalan pokok adalah ketentuan pasal V paragraf 1 dan 2 Konvensi New York, yaitu yang mengatur penolakan pelaksanaan putusan arbitrase asing atas dasar bahwa putusan itu telah melanggar ketertiban umum di negara di mana putusan itu dimohonkan pelaksanaannya. Sementara itu di luar negeri pengadilan-pengadilan telah mengembangkan pemikiran dan pendapat yang lebih maju yaitu dengan jalan membedakan pengertian kepent incran umum menjadi "kepentingan umum domestik" dan "kepentingan umum dalam Hukum Internasional". Apa yang dalam hukum domestik dianggap melanggar kepentingan umum, tidak dengan sendirinya melanggar kepentingan umum menurut Hukum Internasional."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T36506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monintja, M. Carola D.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T37803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Martyastuti
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T37108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: KJRI New York, 2016
959.8 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indhira Sagita
"Kota adalah bagian dari kehidupan manusia, dimana manusia hidup didalamnya, bergerak, beraktifitas dan melakukan banyak hal lainnya. Ada begitu banyak kota di dunia ini dan masing-masing memiliki karakternya tersendiri. Sebuah kota seharusnya dapat dibedakan dari kota yang lainnya. Agar bisa dibedakan sebuah kota harus memiliki suatu identitas, suatu karakter.
Dengan memiliki identitas maka sebuah kota dapat diidentifikasi dan dikenal. Dengan dikenalnya sebuah kota, maka kota tersebut akan mendapatkan banyak keuntungan dengan sendirinya, seperti banyaknya turis yang akan datang dan pada akhirnya perekonomian kota tersebut juga akan meningkat.
Salah satu elemen pada kota yang mudah untuk di'baca' dan diidentifikasi adalah jalanannya. Setiap manusia pastinya mengalami pergerakan di jalan-jalan pada kota, baik dengan menggunakan kaki ataupun kendaraan bermotor. Karena itu dengan sendirinya manusia akan memahami sebuah kota paling cepat dari jalanan yang ada pada kota tersebut. Tentunya elemen pada jalan sangat bervariasi, dan inilah yang akan membentuk karakter pada jalanan tersebut, dan akhirnya akan membantu terbentuknya identitas pada kota.
Jika pengolahan pada elemen-elemen jalanan tersebut dilakukan dengan baik dan terencana, maka akan terdefinisi sebuah karakter yang baik pula dari jalan tersebut dan tentunya identitas suatu kotapun akan ternilai secara baik pula."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Fitria Kusumasari Mustakim
2003
S3285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>