Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Manikaputri
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S23403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Etikawati
"Eksekusi merupakan hal yang penting dalam gadai saham dirnana pihak kreditur memperoleh hak-haknya dalam pemenuhan kewajiban pihak debitur apabila pihak debitur wamprestasi, karena suatu pinjaman tidak ada artinya tanpa adanya suatu jaminan. Dalam gadai saham atas saham-saham PT. Go Publik maka kreditur harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan suatu gadai saham yaitu dalam per-janjian gadai saham tersebut harus terpenuhi bertujuan untuk menjamin kepastian hukum, karena apabila tidak terpenuhi administratifnya maka saham yang digadaikan tersebut tidak dapat dieksekusi. Mengenai gadai saham dengan adanya scripless trading (perdagangan tanpa warkat) pengaturannya diatur dalam pasal 61 Undang-undang No.8 Tahun 1995 dan pasal 1155 KUH Perdata untuk efek bearer (saham atas tunjuk), maupun pasal 1156 KUH Perdata untuk efek registered (saham atas nama). Mengenai eksekusi gadai saham sendiri tidak ada pengaturan yang jelas dan pasti dari pemerintah maupun dari lembaga-lembaga yang terkait sehingga tidak dapat menjamin kepastian hukum, meskipun pare pihak Lelah membuat perjanjian baik itu perjanjian kredit maupun perjanjian gadai saham yang berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Dalam tesis iri akan dianalisa dan dibahas studi kasus " Perdagangan saham PT. Trias Sentosa. Tbk" berdasarkan Kitab Undang-undang Hukurn Perdata. Secara keseluruhan isi dari tests ini bersifat deskriptifdan merupakan studi kepustakaan, yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak kreditur dalam hal menerima suatu jaminan agar dapat terpenuhi haknya."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T19815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharnoko
Jakarta: Gramedia, 2010
346.092 6 SUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Lembaga jaminan utang dibutuhkan guna menjamin pelunasan atas utang, salah satu yang dikenal sebagai Lembaga Jaminan adalah Gadai. Gadai merupakan lembaga jaminan untuk benda bergerak. Gadai sebagai lembaga jaminan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata telah dijalankan di Indonesia. Bahkan dalam konteks perbankan gadai dalam hal ini biasanya saham juga merupakan lembaga jaminan yang sering dipakai selain Hak Tanggungan. Masalah yang paling sering terkait dengan pelaksanaan gadai adalah terkait dengan eksekusi. Manakala seorang debitor tidak dapat melaksanakan kewajiban pembayaran sebagaimana tercantum dalam klausul perjanjian gadai dan telah dinyatakan wanprestasi, maka seorang kreditur dapat melaksanakan eksekusi tentunya dengan cara-cara yang diatur dalam ketentuan yang ada.KUHPerdata telah mengatur tatacara pelaksanaan eksekusi gadai secara jelas dan terperinci. Tulisan ini akan membahas secara rinci terkait dengan pelaksanaan eksekusi gadai, tatacara pelaksanaan eksekusi gadai, pelaksanaan eksekusi gadai dalam praktik, serta akibat-akibat hukum yang ditimbulkan akibat pelaksanaan eksekusi gadai saham. Dalam tulisan ini juga dipaparkan sebuah studi kasus pelaksanaan eksekusi gadai saham oleh PT Rifan Financindo Asset Management terhadap saham PT Kemang Jaya Raya. Metode penelitian yang digunakan melalui studi dokumen dan wawancara."
[Universitas Indonesia, ], 2006
S22271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyah Madya Ruth Sri Ningrum
"Dewasa ini pasar modal telah melaksanakan transaksi efek melalui media elektronik tanpa diikuti penyerahan fisik efek (paperless transaction). Efek dikonversi menjadi catatan elektronik yaitu diubah ke dalam bentuk kode-kode tertentu yang disebut Isin Codification System. Akibatnya transaksi efek hanya dapat dilakukan melalui komputer, sehingga tidak ada bentuk formal pengalihan efek. Pengalihan kepemilikan efek dilakukan dengan melakukan pemindahbukuan efek diantara satu rekening efek dengan rekening efek lainnya melalui suatu jaringan komputer (elektronic book entry settlement). Hal ini dikenal sebagai perdagangan efek tanpa warkat (scripless trading). Transaksi akan terjadi pada saat match order yang kemudian dilanjutkan dengan proses settlement. Match order dapat dianalogikan sebagai kesepakatan mengenai jumlah dan jenis saham, harga serta tanggal penyelesaian transaksi bursa. Hal ini berbeda dengan ketentuan Pasal 1458 juncto Pasal 613 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana hak kepemilikan atas saham baru akan beralih setelah ada penyerahan secara nyata yaitu dengan membuat akta penyerahan balk berupa akta otentik atau akta bawah tangan. Efek tanpa warkat tersebut pada prinsipnya dapat diagunkan seperti melalui lembaga gadai. Pelaksanaan agunan saham diatur dalam Surat Edaran KSEI Nomor KSEI-0101/DIR/0101 tertanggal 15 Januari 2001. Apabila saham dalam status digadaikan maka saham tersebut harus dikuasai oleh Kreditur dan/atau kuasanya. Dalam mekanisme scripless trading, KSEI merupakan kuasa dari Kreditur untuk menjalankan haknya sebagai penerima gadai yang harus menguasai obyek gadai dalam rangka memenuhi asas inbezitstelling. KSEI selanjutnya akan memblokir saham yang berada dalam status gadai agar saham tersebut tidak dapat ditransaksikan. Gadai hanya dapat dicabut apabila terdapat permohonan pencabutan status gadai dari Kreditur sebagai penerima gadai dan/atau Debitur sebagai kuasa dari penerima gadai."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T19794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Lazuardi Suwana
"Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak mengatur secara khusus mengenai pelaksanaan eksekusi gadai saham melalui penjualan secara tertutup atau bawah tangan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya permasalahan dengan timbulnya perbedaan interpretasi berkaitan dengan syarat pelaksanaan eksekusi gadai saham melalui penjualan secara tertutup atau bawah tangan. Sebagian pihak berpendapat bahwa pelaksanaan eksekusi gadai saham melalui penjualan di muka umum adalah persayaratan mutlak yang harus dilaksanakan dan oleh karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal 1156 KUHPerdata, penjualan dengan cara lain (termasuk dengan cara penjualan secara tertutup atau bawah tangan) hanya dapat dilaksanakan setelah ditentukan oleh Hakim. Sedangkan sebagian pihak lainnya beranggapan bahwa pelaksanaan eksekusi gadai saham melalui penjualan secara tertutup atau bawah tangan dapat langsung dilaksanakan sepanjang memang telah diperjanjikan oleh para pihak sesuai dengan ketentuan Pasal 1155 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Dalam perkara ekskusi gadai saham PT Ongko Multicorpora yang dilakukan secara tertutup atau bawah tangan, Majelis Hakim pada tingkat Peninjauan Kembali telah memutuskan bahwa eksekusi gadai saham tersebut adalah sah meskipun dilakukan melalui penjualan secara tertutup atau bawah tangan berdasarkan persetujuan yang telah diperjanjikan terlebih dahulu oleh para pihak. Dengan demikian, keberadaan putusan tersebut dapat menjadi suatu preseden bahwa eksekusi gadai saham melalalui penjualan di muka umum tidak lagi menjadi suatu hal yang mutlak karena dapat dikesampingkan berdasarkan persetujuan dari para pihak.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan yuridis normatif. Data yang akan digunakan adalah data sekunder dengan didukung oleh bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dihimpun melalui studi dokumentasi. Tesis ini akan berusaha untuk membahas dan menganalisa secara terperinci mengenai penerapan dari ketentuan Pasal 1155 dan 1156 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perkara tersebut, sehingga diharapkan kesimpulan dari Tesis ini dapat menjawab permasalahan ketidapastian hukum terkait dengan pelaksanaan ekeskusi gadai saham melalui penjualan secara tertutup atau bawah tangan yang terjadi dewasa ini, dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan hukum baik bagi kreditur maupun debitur.

The Indonesian Civil Code doesn't explicitly stipulate the provisions of execution of pledge of shares. This fact has caused different interpretations of the legal requirements for the execution of pledge of shares through private selling. Some parties are in the opinion that the execution of pledge of shares through public selling is an absolute requirement that shall be fulfilled and therefore, in accordance with the provision of Article 1156 of the Indonesian Civil Code, another form of selling (including private selling) could only be performed after being determined by the Judges. Meanwhile, the other parties are in the opinion that the execution of pledge of shares through private selling could be performed based on the consent of the parties, in accordance with the provision of Article 1155 of the Indonesian Civil Code.
In PT Ongko Multicorpora? case, the Panel of Judges at the Civil Request (Peninjauan Kembali) level have decided that the execution of pledge of shares is lawful, even was performed through private selling based on the consent of the parties. This decision could be a legal precedent that the execution of pledge of shares throgh public selling is no longer an absolute requirement, since it could be waived based on the consent of the parties.
Research methodology used is descriptive methodology with library research. The data used is secondary data and supported by premier, secondary and tertiary source. This thesis will analyze the implementation of the provision of Article 1155 and Article 1156 of the Indonesian Civil Code in such case, in order to answer the legal uncertainty issue regarding the execution of pledge of shares through private selling, by considering the legal protection aspect both from creditor or debtor.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T25156
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suaini
"[ABSTRAK
Gadai saham sebagai salah satu bentuk jaminan pada dasarnya berfungsi
untuk menjamin terwujudnya pemenuhan kewajiban debitur kepada kreditur,
sehingga gadai saham akan timbul dan berakhir seiring dengan timbul dan
berakhirnya perjanjian utang piutang yang merupakan perjanjian pokoknya. Hal
ini sesuai dengan sifat dari jaminan gadai yaitu bersifat accesoir. Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata tidak mengatur secara khusus mengenai akibat hukum
dari sifat accesoir jaminan gadai. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
terjadinya permasalahan dengan timbulnya perbedaan interpretasi berkaitan
dengan sifat accesoir dari jaminan gadai dimana, sebagian pihak berpendapat
sebagai perjanjian tambahan, klausula perjanjian gadai saham tidak diperbolehkan
mengatur jangka waktu pengakhiran gadai saham sebelum utang lunas.
Sedangkan sebagian pihak lainnya beranggapan sepanjang disepakati kedua belah
pihak, perjanjian gadai saham bebas memuat klausula pengakhiran gadai saham
mengingat adanya asas kebebasan berkontrak. Berdasarkan putusan MA Nomor
:240 PK/PDT/2006 memberikan kemungkinan untuk mengatur klausula
pengakhiran gadai saham sebelum utang lunas dan pengaturan mengenai
keabsahan eksekusi gadai saham yang dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian
gadai saham. Metode penulisan yang digunakan adalah ekplanatoris dengan
pendekatan yuridis normatif. Data yang digunakan adalah sumber data sekunder
berupa studi dokumen. Tesis ini akan berusaha untuk membahas dan menganalisa
secara terperinci mengenai sifat accesoir dari perjanjian gadai saham beserta
akibatnya dan keabsahan eksekusi gadai saham yang dilaksanakan setelah
perjanjian gadai saham berakhir menurut ketentuan peraturan perundanganundangan
yang berlaku.

ABSTRACT
Pledge of shares as a form of security principally used to ensure the
fulfillment of debtor?s obligation to creditor, therefore pledge of shares shall be
effective and terminate at the same time with the loan agreement as the principal
agreement. This is in accordance with the characteristic of pledge which is
accesoir. The Indonesian Civil Code does not explicitly stipulate the legal
consequences of the accesoir characteristic of pledge. This fact has caused
different interpretations of the legal requirements of the accesoir characteristic of
pledge, some parties are in the opinion that as an additional agreements, the article
of pledge of shares agreement are not allowed to set the time of termination of
pledge of shares before the debt is paid off. Meanwhile the other parties thought
that, as long as the contract was agreed by both parties, the pledge of shares
agreement is allow containing an article of termination before the debt is paid off
according the principle freedom of contract. According to the decision of the
Supreme Court Number: 240 PK/PDT/2006 give the possibility to adjust the
article of pledge of shares agreement about the termination before the debt is paid
off and the legality procedure of the execution after the pledge of shares
agreement has expired. Research methodology used is explanatory with normative
juridical approach. Used data is secondary data with the form of documents study.
Used data is secondary data with the form of documents study. This thesis will
attempt to discuss and analyze the detail about the accesoir characteristic of
pledge of shares with its consequences and the legality of the execution after the
pledge of shares agreement expired under the provisions of the prevailing law and
regulations., Pledge of shares as a form of security principally used to ensure the
fulfillment of debtor’s obligation to creditor, therefore pledge of shares shall be
effective and terminate at the same time with the loan agreement as the principal
agreement. This is in accordance with the characteristic of pledge which is
accesoir. The Indonesian Civil Code does not explicitly stipulate the legal
consequences of the accesoir characteristic of pledge. This fact has caused
different interpretations of the legal requirements of the accesoir characteristic of
pledge, some parties are in the opinion that as an additional agreements, the article
of pledge of shares agreement are not allowed to set the time of termination of
pledge of shares before the debt is paid off. Meanwhile the other parties thought
that, as long as the contract was agreed by both parties, the pledge of shares
agreement is allow containing an article of termination before the debt is paid off
according the principle freedom of contract. According to the decision of the
Supreme Court Number: 240 PK/PDT/2006 give the possibility to adjust the
article of pledge of shares agreement about the termination before the debt is paid
off and the legality procedure of the execution after the pledge of shares
agreement has expired. Research methodology used is explanatory with normative
juridical approach. Used data is secondary data with the form of documents study.
Used data is secondary data with the form of documents study. This thesis will
attempt to discuss and analyze the detail about the accesoir characteristic of
pledge of shares with its consequences and the legality of the execution after the
pledge of shares agreement expired under the provisions of the prevailing law and
regulations.]"
2011
T44107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Hartati
"Jaminan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam setiap pemberian kredit sebagai upaya meminimalisasi resiko yang akan terjadi apabila debitur wanprestasi atau cidera janji. Jaminan dapat berupa jaminan kebendaan dan perorangan. Saham suatu perusahaan termasu kedalam jaminan kebendaan yang dapat di jadikan jaminan kredit dengan cara di gadaikan berdasarkan pasal 53 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Saham merupakan bukti penyertaan/partisipasi dalam modal perusahaan. Dalam praktek dewasa ini, saham yang digadaikan dapat berasal dari PT yang bersifat tertutup maupun PT yang bersifat terbuka (go public), yang memiliki aturan -aturan tersendiri. Untuk menggadaikan saham suatu perusahaan, mula-mula dilakukan perjanjian gadai dan diikuti dengan penyerahan barang yang dig daikan. Mengacu pada pasal 1155 KUH Perdata dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, khusus untuk gadai saham perusahaan go pubic segala transaksi harus melalui Bursa Efek, yaitu gadai saham tersebut harus di laporkan kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana saham tercatat, serta harus dicatat dalam daftar pemegang saham yang ada di Biro Administrasi Efek. Apabila debitur cidera janji, kreditur dapat mcngeksekusi gadai saham dengan menjual saham itu di Bursa Efek dengan perantaraan dua orang broker. Pasal 53 Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak secara rinci mengatur tentang gadai saham, sehingga sampai sekarang belum ada ketentuan khusus yang mengatur pelaksanaan gadai saham perusahaan go pubic. Demi adanya kepastian hukum, maka diperlukan adanya ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai gadai saham go public."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S21052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Agustina Rachman
"Dalam pembangunan suatu negara, modal mempunyai peranan penting yang tidak diragukan lagi. Salah satu cara untuk mendapatkan modal yang paling sering dilakukan pengusaha saat ini adalah dengan mengajukan kredit pada bank, yang tentu saja harus disertai dengan jaminan agar pihak bank mendapatkan kepastian hukum atas dana yang telah dikeluarkannya. Kesulitan lain yang dihadapi pengusaha adalah bagaimana mendapatkan dana dari bank tanpa menjaminkan modal perusahaan yang dapat mengganggu kegiatan operasionalnya. Untuk mengatasai masalah ini maka sebagai jalan keluarnya mulai dikenal yang dinamakan dengan penggadaian saham. Salah satu bank yang menerima saham sebagai jaminan kredit adalah Bank X. Saham-saham yang hendak digadaikan harus memenuhi syarat-syarat dan prosedur yang ada di Bank X, untuk dapat dijadikan sebagai jaminan kredit. Setelah saham tersebut memenuhi ketentuan yang ada, maka si pengusaha sebagai pemberi gadai akan menandatangani perjanjian gadai saham dengan pihak Bank X sebagai penerima gadai. Di dalam perjanjian tersebut dimuat berbagai ketentuan diantaranya mengenai hak dan kewajiban para pihak atas saham yang digadaikan. Melalui gadai saham ini diharapkan pengusaha menemukan jalan alternatif bagi penambahan modal perusahaan orang menguntungkan baik bagi pengusaha maupun bagi pihak bank."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S20915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Riski Nazarudin
"Gadai termasuk jenis hak jaminan yang konservatif namun tetap banyak diminati oleh para pelaku usaha. Karena ciri khas gadai yang harus mem±ndahkan barang gadai keluar penguasaan debitor (inbezitsnelling) dengan maksud agar apabila debitor suatu waktu melakukan wanprestasi, kreditor sebagai penerima gadai dapat dengan mudah mengeksekusi untuk mendapatkan pelunasan atas piutangnya (Parate Eksekusi). Tetapi sangat disayangkan pengaturan mengenai eksekusi gadai terutama eksekusi gadai saham sangat sedikit, hanya terdapat di 2 pasal dalam KUHPer pada bab tentang Gadai, sehingga banyak menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran ketentuan dalam KUHPer. Masalah-masalah tersebut dapat terjadi karena perkembangan transaksi bisnis yang semakin rumit dan kompleks dan dengan pengaturan hukum mengenai gadai yang sangat terbatas. Salah satu contoh kasus mengenai eksekusi gadai saham yang sangat besar dan masih berlangsung sampai sekarang adalah sengketa antara Beckkett Pte . Ltd. dengan Deutsche Bank Aktiengsellschaft mengenai eksekusi gadai saham-saham yang telah digadaikan oleh PT. Asminco selaku debitor dan Beckkett selaku penjamin kepada debitornya, Deutsche Bank Aktiengesellschaft. Ideal nya, gadai sebagai suatu bentuk jaminan khusus yang diberikan oleh pembentuk undang-undang dapat dijadikan sarana yang dapat diandalkan untuk meningkatkan produktifitas para pelaku bisnis demi memajukan ekonomi Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S21366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>