Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryani Surjani
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S23067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Sulistio
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Pratama
"RINGKASAN EKSEKUTIF
PT Natour mempunyai beberapa hotel yang tersebar di beberapa
kota di Indonesia, seperti Medan, Parapat, Padang, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Tretes dan Bali.
Disamping itu PT Natour mempunyai beberapa unit usaha
pendukung yaitu 1 unit usaha restoran di bandar udara
Adisucipto, Yogyakarta dan 1 unit usaha catering di
bandar udara Juanda, Surabaya.
Karena PT Natour mulai mengelola hotel?hotel sejak perolehan
beberapa hotel yang sudah beroperasi dan kemudian diberikan
tanggung jawab atas beberapa hotel lagi maka kelas hotelnya
lebib heterogen. Kelas hotel-hotel yang dimiliki PT Natour
mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 4.
Dengan kelas hotel yang heterogen ini terdapat masalah
penyediaan hotel untuk tamu yang ingin melakukan perjalanan
ke beberapa tempat di Indonesia, karena tamu yang menginap
pada beberapa hotel dengan perbedaan kelas yang menyolok dan
menepuh jarak yang jauh seperti dari Sumatera ke Bali
melalui pulau Jawa, akan merasa tidak nyaman perjalanannya.
Jasa perhotelan merupakan salah satu pendukung industri
pariwjsata yang menyediakan fasilitas tempat penginapan,
makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum yang
tinggal untuk sementara waktu.
Sebagaimana hotel merupakan badan usaha yang memasarkan
Jasa, maka yang penting bagi pelanggan adalah mutu pelayanan
yang diberikan langsung oleh karyawan hotel berupa
kecepatan, kecakatan, kesopanan dan keramahan.
Agar dapat memberikan tempat dan pelayanan yang memuaskan
bagi para pelanggan dengan fasilitas yang bervariasi maka PT
Natour perlu mengadakan standardisasi pelayanan melalui
program pelatihan yang terpadu dan standardisasi fisik
bangunan hotel yaitu bentuk ,dekorasi atau tata letak hotel
dengan suatu ciri tertentu mjsalnya tradisional atau modern.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hirzania
"ABSTRAK
Balairung Hotel Jakarta merupakan salah satu etnik hotel, yang bertaraf internasional
di Jakarta. Jumlah kunjungan wisatawan ke Jakarta yang kian meningkat, tidak
diimbangi dengan jumlah tamu yang menginap di Balairung Hotel Jakarta terutama
pada saat weekend dan hari libur, yang disebabkan oleh banyaknya jumlah hotel di
Jakarta. Sehingga pihak manajemen perlu meninjau kembali strategi pemasarannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan oleh
Balairung Hotel Jakarta dan menemukan alternative strategi untuk menaikkan tingkat
hunian Balairung Hotel Jakarta.
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,.
Analisa lingkungan perusahaan dengan analisis SWOT, analisis lingkungan eksternal
menggunakan matriks EFE dan lingkungan internal menggunakan matriks IFE, kedua
hasil analisis digabungkan dalam matriks IE. Responden dalam penelitian ini meliputi
manajemen puncak yang berjumlah tujuh orang yang membawahi tiap tiap divisi
pada organisasi Balairung Hotel Jakarta.
Hasil analisis faktor lingkungan eksternal dan faktor lingkungan dalam matriks IE
menunjukkan Balairung Hotel Jakarta berada pada posisi kuadran I yaitu tumbuh
dan berkembang (grow and develop). Alternatif strategi pemasaran yang bisa
diterapkan adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan
produk.

ABSTRACT
Jakarta Balairung Hotel is one of the ethnic hotels considered as an international
level hotel located in Jakarta. The number of visitors which is increasing rapidly
moreover when it comes to the weekends and holidays is as unequal as the
number of guests who stay in Jakarta Balairung Hotel. This condition is caused by
the numerous hotels located in Jakarta. Therefore, the management party of
Jakarta Balairung Hotel needs to re-observe the marketing strategy is being used.
This research aims to examine the marketing strategy applied by Jakarta
Balairung Hotel’s management and find out the alternative marketing strategy and
marketing plan to increase the number of customers in Jakarta Balairung Hotel.
This research uses a qualitative research method with case study as the approach.
The result of company environmental analysis by using SWOT analysis method
will be combined in IE matrix with the analysis of external environmental factors
by using EFE matrix and the analysis of internal environmental factors by using
IFE matrix. The respondents of this research are the top managements with the
total number of seven persons. Each person is responsible for each division in
organizational structure of Jakarta Balairung Hotel.
The result of external and internal environmental factors analysis in IE matrix
shows that Jakarta Balairung Hotel is stated in quadrant I which belongs to the
‘grow and develop’ level. The alternative marketing strategy that can be applied
in Jakarta Balairung Hotel is market penetration strategy, market development
strategy, and product development strategy."
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pito Sumarno
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2003
S24191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tricia Lelonowati Sumarjanto
"ABSTRAK
Kebijakan Pemerintah pada periode tahun 1980-an telah memberi peluang yang sangat luas pada perkembangan pariwisata di Indonesia. Dengan Tap MPR No 11/MPR/1988 telah memberikan dimensi yang lebih luas pada pembangunan, pembinaan dan pengembangan pariwasata. Hasil dari kebijaksanaan pemerintah terlihat dalam peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia dalam kurun waktu Pelita V dan periode 1989- 1999. Tahun 1990-an jumlah kedatangan wisatawan meningkat secara dramatis, bahkan pernah melewati 30% per tahunnya.
Berbagai kemudahan diberikan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang, seperti negara yang diberikan kebebasan visa kunjungan yang sebelumnya hanya 29 negara pada tahun 1983, meningkat hingga 46 negara di tahun 1995. Perkembangan kunjungan wisatawan yang cukup mencolok ini membuat perkembangan industri perhotelan di Indonesia pada masa itu juga meningkat cukup signifikan.
Namun semua pembangunan itu terhenti pada saat Indonesia dihantam krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997. Krisis ini telah menyebabkan multi krisis, termasuk krisis kepercayaan dan politik. Akibat semua itu, kinerja perekonomian pada hampir semua aktivitas ekonomi mengalami penurunan drastis yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan berbagai kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia, akhirnya pariwisata juga mengalami penurunan.
Dampak krisis ini berpengaruh pada hotel semua kelas, dari kelas melati hingga bintang lima. Salah satunya adalah, Hotel Dharmawangsa yang mulai dibangun tahun 1996 dan baru mulai beroperasi di Indonesia tahun 1997 tepat saat krisis terjadi. Hotel ini adalah anggota jaringan internasional Rosewo9d Group, sebuah grup internasional yang terkenal di bidang hotel, resort eksekutif.
Dengan jumlah wisatawan yang menurun drastis, berarti pangsa pasar Dharmawangsa yang memang sudah tidak besar semakin berkurang. Sementara hotel-hotel lain sekelasnya terus melakukan berbagai macam strategi yang tidak saja menjaring pasar asing, tapi juga wisatawan lokal. Salah satu strategi yang dilakukan oleh kebanyakan hotel adalah menurunkan standard harga kamar dengan penghematan di berbagai pos.
Berbeda dengan hotel lain, Hotel Dharmawangsa yang hanya memiliki 100 kamar, memposisikan dirinya sebagai hotel bintang lima plus, strategi yang dilakukan tidak sama dengan strategi hotel-hotel berbintang lainnya. Eksklusifitas hotel dan privacy tamu selalu dijaga. Target market yang sangat selected membuat Hotel Dharmawangsa harus memiliki strategi yang jitu dan mengena sasaran, tanpa merusak image I citra.
Salah satu faktor yang menjadi keunggulan Hotel Dharmawangsa ini adalah lokasinya di daerah pemukiman elit, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sementara "' kebanyakan hotel bintang 5 lainnya berada di pusat kota atau dekat dengan pusat bisnis dan perbelanjaan. Faktor lainnya adalah layanan personal, jaringan internasional serta Bimasena Club & Spa yang memberikan berbagai layanan dan fasilitas olah raga.
Dalam Nine Cell Matrik GE, Hotel Dharmawangsa memiliki market attractiveness yang tinggi (high). Sedangkan untuk business strengthnya berada di antara medium dan weak akibat krisis, sehingga Hotel Dharmawangsa harus build selectively dengan mencapai strategi yang tepat untuk penetrasi ke pasar yang sangat selected dan jika kondisi politik terguncang kembali lebih baik menunggu saat yang tepat.
Sedangkan dalam Competitive Position, Hotel Dharmawangsa termasuk dalam question mark, karena masih relatif baru dalam industri perhotelan di Jakarta. Hotel Dharmawangsa masih terus berusaha menempatkan posisi sebagai hotel kelas papan atas di Jakarta. Hal ini relatif lebih mudah dilakukan di luar Indonesia, terutama di negara-negara yang telah memiliki hotel dari jaringan Rosewood, seperti Jepang dan Amerika.
Strategi dasar yang digunakan Hotel Dharmawangsa untuk bisa bersaing dalam industri perhotelan yang begitu ketat adalah menggunakan strategi fokus diferensiasi, yaitu dengan narrow target dan uniqueness.
Hotel Dharmawangsa dengan pertumbuhan pasar yang masih lambat namun memiliki posisi persaingan yang kuat, melakukan strategi concentric diversification. Dimana strategi ini mengembangkan produk yang tetap berhubungan dengan produk lama, lebih kepada product development.
Sambil menunggu kondisi market membaik, Hotel Dharmawangsa terus melakukan berbagai usaha untuk memperkuat posisinya di pasar hotel bintang lima. Jika hotel lain memiliki kamar paling tidak 400-an, Hotel Dharmawangsa yang hanya memiliki 1 00 kamar mau tidak mau melakukan pengembangan layanan atau diversifikasi dari produk yang ada selama ini disesuaikan antara visi grup Rosewood dan kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya.
Mengingat kondisi industri perhotelan dan pariwisata yang lesu, Hotel Dharmawangsa harus lebih proaktif dalam melihat peluang yang ada secara internal. Terutama melihat bahwa membidik wisatawan lokal tidaklah mudah, akibat berbagai faktor (harga, lokasi, fasilitas, dll). Penduduk Jakarta lebih dapat dioptimalkan melalui restauran dan club & spa. Bagi kalangan tertentu, bisa bersantap di Hotel Dharmawangsa adalah suatu prestis dan menunjukkan golongan mereka. Sayangnya hal ini tidak ditunjang dengan pilihan makanan atau promo di restauran, terutama dalam hal pilihan makanan dan rasa."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Soemantri
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1977
S6003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Roswitha Moelia
"ABSTRAK
Berbagai macam promosi yang dilakukan oleh Pemerintah baik didalam, maupun di luar negeri telah mendorong arus wisatawan asing maupun domestik untuk mendatangi daerah daerah wisata di Indonesia. Hal ini telah menjadikan pariwisata berkembang dengan pesat, sehingga Pemerintah mengharapkan pàriwisata sebagai industri dapat dijadikan salah satu sumber bagi pemasukan devise negara. Salah satu unaur dari industri pariwisata adalah usaha perhotelan. Skripsi ini membahas mengenal perjanjian yang terbit antara pihak tamu hotel (hotel patron) dengan pihak pimpinan atau pengelola hotel (hotel--operator), untuk akhirnya dapat diketahui apakah sebenarnya bentuk perjanjiannya. Perjanjian sewa kamar hotel ini termasuk dalam perjanjjan sewa-menyewa, sehingga asas-asas dan pengertian-pengertian hukum perdata umumnya dan hukum perjanjian khususnya berlaku bagi hubungan hukum yang dibuat oleh pare pihak. Hal mi diaebabkan oleh karena Buku III KUH Perdata menganut sistim terbuka dan asas kebebasan berkontrak. Subyek hukum adalah warga negara Indonesia dan warga negara asing. Obyek perjanjlan ini adalah kamar hotel dan segala jasa lainnya yang diberikan kepada al penyewa atau dasar suatu perJanjian sewa. Usaha di bidang perhotelan harus berbentuk badan hukum Indonesia, sehingga tunduk kepada hukum Indonesia. Bentuk perjanjian sewa kamar hotel memang secara tertulis, namun berbeda dengan perjanjian lainnya, karena hanya pihak penyewa yang menanda-tangani perjanjian tersebut. Pihak yang menyewakan telah menyiapkan dan membuat bentuk perjanjian tersebut, oleh karena itu dianggap menyetujui halnya, sehingga tidak perlu menanda-tanganinya lagi. Didalam perjanjian sewa kamar hotel ditemukan lagi suatu perjanjian lainnya yaitu perjanjian pemberian kredit pada aaat pembayaran harga aewa. Tidak ditemukan hambatan yang berarti didalam perjanjian sewa kamar hotel, kecuali tidak adanya klausula yang mengatur apabila terjadi wanprestasi. Apakah pihak hotel berhak menahan barang milik tamu."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>