Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riana Vitasari
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991
S20380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Abdi
"Hal yang sangat didambakan oleh-pasangan suami isteri yang terikat perkawinan adalah lahirnya anak sebagai penerus keturunan dan tumpuan harapan orang tua di masa depan. Dunia kedokteran telah mampu menciptakan teknologi bayi tabung yang ternyata dapat memberikan solusi dalam membantu pasagan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan guna mendapatkan anak dari benih mereka sendiri. Dalam perkembangannya, teknologi bayi tabung juga diterapkan dengan menggunakan sperma donor, ovum donor, maupun rahim ibu pengganti (surro gate mother). Selain mengundang problema etik dan moral, penerapan teknologi bayi tabung dengan menggunakan sperma donor, ovum donor, maupun rahim ibu pengganti, juga menyebabkan terjadinya permasalahan mengenai kedudukan hukum dari anak yang dilahirkan. Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu perangkat perlindungan hukum bagi anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung. Bagai manapun juga, anak hasil proses bayi tabung adalah generasi penerus, kandidat pengemban tugas bangsa di masa yang akan datang, seperti halnya anak-anak lain yang dilahirkan secara alamiah."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soegiharto Soebijanto
Depok: UI-Press, 2010
PGB 0037
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aulia Anindhita
"Skripsi ini membahas mengenai tata cara dan analisis hukum terhadap pengelolaan atas adanya kelebihan embrio yang dihasilkan dalam program bayi tabung serta tanggung jawab hukum RSPAD Gatot Soebroto beserta tenaga kesehatannya mengenai hal tersebut. Bentuk penelitian skripsi ini adalah yuridis-normatif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan kelebihan embrio dalam program bayi tabung di Indonesia dapat dilakukan dengan cara menyimpan atau memusnahkannya, dalam hal ini, RSPAD Gatot Soebroto telah melakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa dalam pelaksanaan penyimpanan embrio beku hendaknya dilakukan perpanjangan setiap kurang dari satu tahun, dan melakukan sosialisasi mengenai cara memperbarui data dan status penyimpanan sisa embrio beku.

This thesis discusses about the procedure and the legal analysis of the management of the excess embryos produced in the test-tube baby program and the law liability of RSPAD Gatot Soebroto and its medical personnel about it. The form of this thesis research is juridical-normative with qualitative method. The results of this study suggest that the management of the excess embryos in the test-tube baby program in Indonesia can be done by store or destroy it, in this case, RSPAD Gatot Soebroto has done it according to the regulations. The results of this study suggest that the implementation of frozen embryos storage should be extended every less than one year, and conduct socialization on how to update the data and storage status of the remaining frozen embryos."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Rismayanti Putri
"Skripsi ini membahas mengenai inspanningsverbintenis dan resultaatsverbintenis dalam program bayi tabung (Analisis Putusan No. 325/Pdt.G/2017/Pn. Sby). Fokus dari penelitian ini adalah mengenai inspanningsverbintenis dan resultaatsverbintenis di dalam suatu tindakan medis khususnya dalam penyelenggaraan program bayi tabung dan pertanggungjawaban hukum terhadap dokter dalam hal memperjanjikan hasil tertentu dalam program bayi tabung. Bentuk penelitian skripsi ini adalah yuridis normatif dengan tipe deskriptif dan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa inspanningsverbintenis adalah perikatan berdasarkan usaha yang maksimal. Sedangkan, resultaatsverbintenis adalah perikatan berdasarkan hasil kerja. Penyelenggaraan program bayi tabung termasuk ke dalam perjanjian yang bersifat inspanningsverbintenis. Apabila dokter menjanjikan hasil tertentu (resultaatsverbintenis) maka dokter dapat digugat dengan alasan wanprestasi. Gugatan tersebut hanya dapat dilakukan apabila memang ada perjanjian antara para pihak. Dalam program bayi tabung gugatan atas dasar wanprestasi dapat terjadi apabila dokter telah menyanggupi suatu keberhasilan kepada pasien. Hasil penelitian ini menyarankan agar komunikasi antara dokter dengan pasien lebih ditingkatkan kembali guna menghindari suatu kesalahpahaman. Serta untuk perjanjian yang bersifat resultaatsverbintenis harus dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak dan dokter tetap harus memberikan penjelasan lengkap termasuk risiko yang melekat atas tindakan medis yang akan dilakukanya.

This study discussed about inspanningsverbintenis and resultaatsverbintenis in In Vitro Fertilization program (analysis of verdict no. 325/Pdt.G/2017/Pn.Sby. The focus of this research is on inspanningsverbintenis and resultaatsverbintenis in medical practice especially In Vitro Fertilization implementation and law responsibilities towards doctors in terms of promising certain results in In Vitro Fertilization program. The form of this thesis research is normative juridical with descriptive type and qualitative method. The results of this study concluded that Inspanningsverbintenis is an engagement based on maximum effort. Whereas, Resultaatververbintenis is an engagement based on work results. The implementation of the In Vitro Fertilization program is considered to be Inspanningsverbintenis agreement. If the doctor promises certain results, the doctor can be sued on the grounds of default. The claim can be done only if there is an agreement between the parties. In the In Vitro Fertilization program a lawsuit on the basis of default can occur if the doctor has been able to achieve success in the beginning to the patient. The results of this study suggest that communication between doctors and patients be further improved in order to avoid a misunderstanding. As well for resultaatververbintenis agreements must be done in writing and signed by the parties and the doctor must provide a full explanation including the inherent risks of medical actions that will be done."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Batara Imanuel
"Pengawetan fungsi reproduksi dengan simpan beku oosit matur tidak dapat dilakukan pada pasien kanker, sehingga simpan beku oosit imatur menjadi pilihan. Simpan beku oosit imatur masih terkendala angka maturasi dan fertilisasi yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh vitrifikasi sel kumulus granulosa sebagai representasi maturitas dan kualitas oosit matur dan imatur. Penanda maturitas adalah GDF-9, BMP-15, FSHR, LHR, dan koneksin-37, sedangkan kaspase-3 dan survivin sebagai penanda kualitas. Kadar protein total dan protein spesifik penanda maturitas (FSHR, LHR) dan kualitas (kaspase-3) oosit juga diteliti untuk memperoleh gambaran komprehensif pascavitrifikasi.
Disain penelitian adalah true eksperimental in-vitro, dilakukan dari bulan Juli 2020 sampai Februari 2022. Subjek penelitian adalah pasien yang menjalani program fertilisasi in-vitro di klinik bayi tabung Morula IVF, RSIA Bunda Jakarta. Sampel sel kumulus-granulosa dari 38 pasien dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik (SOPK) dianalisis. Prosedur vitrifikasi dilakukan dengan memajan sel kumulus-granulosa pada medium ekuilibrasi (VS1, 15% etilen glikol) selama 5 menit dan medium vitrifikasi (VS2, 15% etilen glikol, 15% dimethyl sulfoxide dan 0,5 M sukrosa) selama 30 detik. Sel kumulus-granulosa dimasukkan secara cepat ke nitrogen cair (suhu -196 oC). Setelah 5 menit, sampel dihangatkan dengan memajankan larutan sukrosa bertingkat 0,5 M, 0,25 M, 0.125 M. Metode real-time quantitative polimerase chain reaction (rt-qPCR) digunakan untuk mengukur ekspresi relatif dan sandwich Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mengukur kadar protein. Analisis data menggunakan T-independent atau Mann-Whitney. Analisis ekspresi relatif gen target level mRNA menggunakan rumus Pfaffl.
Didapatkan kadar protein total yang tidak berbeda bermakna antara sel kumulus-granulosa oosit matur dan imatur (30 µg/mL dan 12,5 µg/mL, nilai p > 0,05). Kadar protein spesifik FSHR, LHR dan Kaspase-3 juga tidak berbeda bermakna antara kelompok oosit matur dan imatur (masing-masing adalah 0,47 µg/mL dan 0,48 µg/mL, 0,1 µg/mL dan 0,09 µg/mL, 0.51 µg/mL dan 0.58 µg/mL, nilai p > 0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi relatif BMP-15, LHR dan koneksin-37 pascavitrifikasi pada kelompok sel kumulus-granulosa oosit matur dan imatur (masing-masing 1,6 dan 1,4 kali untuk BMP-15, 2,3 dan 2,3 kali untuk LHR, 0,9 dan 0,9 kali untuk koneksin-37, nilai p < 0,01). Didapatkan penurunan bermakna ekspresi relatif GDF-9 dan FSHR pada kelompok sel kumulus-granulosa oosit matur dan imatur (masing-masing 0,2 dan 0,1 kali untuk GDF-9, 0,3 dan 0,02 kali untuk FSHR, nilai p < 0,01). Ekspresi relatif gen penanda kualitas oosit matur dan imatur yaitu survivin dan kasapase-3 tidak berubah pascavitrifikasi (1,3 dan 1,2 kali untuk survivin, 0,7 dan 0,8 kali untuk kaspase-3, nilai p > 0,05). Analisis kadar protein FSHR, LHR, dan kaspase-3 pascavitrifikasi menunjukkan bahwa vitrifikasi tidak mengubah ekspresi gen sel kumulus granulosa oosit matur dan imatur (masing-masing adalah 0,4;0,4 µg/mL dan 0;4;0,5 µg/mL untuk FSHR, 0,1;0,1 µg/mL dan 0,1;0,1 µg/mL untuk LHR, 1,9;1,5 µg/mL dan 1,7;1,6 µg/mL untuk kaspase-3, nilai p > 0,05).
Disimpulkan simpan beku sel kumulus-granulosa dengan metode vitrifikasi tidak mengubah ekspresi gen penanda maturitas dan kualitas oosit kecuali GDF-9 dan FSHR. Vitrifikasi terbukti aman untuk mempertahankan viabilitas sel kumulus-granulosa sebagai representasi kesintasan oosit matur dan imatur.

Fertility preservation through mature oocytes cannot be recommended for cancer patients and immature oocytes is preferable. However, immature oocyte vitrification remains unfavorable due to low number of mature oocytes as well as low fertilizability post-warming. This study aimed to investigate the effect of cumulus-granulosa cells' vitrification on maturity and quality-associated markers of mature and immature oocytes as an indirect assessment. Expression of GDF-9, BMP-15, FSHR, LHR, and Connexin-37 genes which represent oocyte maturity and oocyte quality (caspase-3 and survivin) were analyzed post-warming. Protein total and specific proteins including FSHR, LHR, and Caspase-3 were also measured to comprehend the effect of vitrification.
This was an in-vitro experimental study conducted from Juli 2020–February 2022 in Morula IVF Jakarta Clinic. A total of 38 cumulus-granulosa cell samples from infertile women diagnosed with polycystic ovary syndrome (PCOS) were analyzed. Vitrification was commenced by exposing the cells sample to the equilibration medium containing 15% EG for 5 minutes followed by exposing the cells to vitrification medium (15% EG and 15% DMSO) for 30 seconds. Cell samples were subsequently immersed in liquid nitrogen (-196 0C) for 5 minutes. Warming procedure using sucrose solution (0.5 M, 0.25 M, 0.125 M) was performed consecutively. Real-time quantitative polymerase chain reaction (rt-qPCR) dan sandwich ELISA was utilized to measure relative expression and concentration of both total and specific protein. Data analysis was performed using T-independent or Mann-Whitney and Pfaffl formulation for fold-changes measurement.
This study found that concentration of both total (30 µg/mL vs. 12.5 µg/mL, p > 0.05) and specific proteins was similar between cumulus-granulosa cells of mature and immature oocytes (FSHR: 0.47 µg/mL vs. 0.48 µg/mL , LHR: 0.1 µg/mL vs. 0.09 µg/mL, and caspase-3: 0.51 µg/mL and 0.58 µg/mL, respectively, p > 0.05). Relative expression of maturity-associated genes such as BMP-15, LHR and connexin-37 post-warming did not significantly different in either cumulus-granulosa cells obtained from mature or immature oocytes (BMP-15: 1.6 vs. 1.4 fold, LHR: 2.3 vs. 2.3 fold, connexin-37: 0.9 vs. 0.9 fold, p > 0.05). However, we observed decreased relative expression of GDF-9 and FSHR post-warming in either cumulus-granulosa cells obtained from mature or immature oocytes (GDF-9: 0.2 vs 0.1 fold, and FSHR: 0.3 vs. 0.02 fold, p < 0.01, respectively). In protein level, concentration of FSHR, LHR, and caspase-3 as well as protein total post-warming did not significantly different than that of fresh condition (FSHR: 0.4 vs. 0.4 µg/mL and 0.4 vs. 0.5 µg/mL, LHR: 0.1 vs. 0.1 µg/mL dan 0.1 vs. 0.1 µg/mL, and caspase-3: 1.9 vs. 1.5 µg/mL and 1.7 vs. 1.6 µg/mL, repectively, p > 0,05).
This study concluded that vitrification is a safe procedure for fertility preservation which is able to preserve cumulus-granulosa cells viability as a representative of mature and immature oocytes survival post-warming.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Upik Anggraheni Priyambodo
"ABSTRAK
Latar belakang: Penilaian kualitas oosit merupakan bagian terpenting dan tersulit dalam fertilisasi in vitro (FIV). Metode yang saat ini tersedia tidak dapat menilai jumlah dan maturasi oosit secara optimal pada prosedur petik oosit pada FIV. Anti Mullerian Hormone (AMH) dalam cairan folikel dihasilkan langsung oleh sel granulosa, yang diharapkan dapat menjadi parameter alternatif untuk meramalkan kuantitas dan kualitas oosit pada program FIV.
Tujuan: Mengembangkan metoda nir-invasif pada program FIV dengan mengetahui nilai prognostik kadar AMH serum dan cairan folikel sebagai parameter alternatif untuk meramalkan kualitas oosit pada program FIV.
Metode: Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain potong lintang selama periode April 2012 hingga Juni 2013 di Poliklinik Yasmin, RSCM, Jakarta. Subjek penelitian merupakan pasien infertilitas yang menjalani program IVF. Pengukuran kadar AMH dan estradiol serum dilakukan pada awal siklus, sementara kadar AMH cairan folikel, jumlah oosit total, jumlah oosit matur dan morfologi oosit dinilai pada saat hari petik ovum. Kualitas oosit dinilai dari skor morfologi oosit modifikasi Xia. Analisis data menggunakan korelasi Pearson dan analisis regresi linier untuk mencari nilai prognostik kadar AMH serum dan cairan folikel sebagai peramal kualitas oosit.
Hasil: Didapatkan 102 pasien FIV dengan protokol stimulasi pendek, yang diperiksa kadar AMH serum, kadar AMH cairan folikel, kadar estradiol serum kemudian dinilai jumlah oosit total, jumlah oosit matur dan skor morfologi.
Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa usia dan AMH serum dapat digunakan dalam meramalkan kualitas oosit (r = - 0,038; r = 0, 183; p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar AMH serum dan cairan folikel berkorelasi dengan kuantitas oosit. Kadar AMH serum dapat digunakan sebagai parameter untuk meramalkan kualitas oosit, namun tidak untuk AMH cairan folikel

ABSTRAK
Background: Assessment of oocyte quality is an important but difficult component in in vitro fertilization (IVF). Current methods available cannot predict ooctye number and maturation in oocyte pick-up optimally during IVF.
Anti Mullerian Hormone (AMH) in follicular fluid is produced directly by granulosa cells, and it could be an alternative parameter to predict oocyte quantity and quality in IVF.
Objective: To develop nir-invasif method in IVF program with knowing prognostic value of serum and follicular fluid AMH as alternative parameters to predict oocyte quality.
Method: This is a prognostic study with cross sectional design, during a period of April 2012 until June 2013 in Yasmin Clinic, RSCM, Jakarta. The subjects of this study were infertile couples who underwent IVF. The measurement of serum AMH level and serum estradiol serum was done in the beginning of IVF cycles, while follicular fluid AMH, number of oocyte retrieved, number of mature oocyte, and oocyte morphology were measured at the day of ovum pick-up.
Oocyte quality using morphological score modified from Xia criteria as parameter. Statistical analysis was done using Pearson correlation and linear regression analysis to measure predictive value of AMH as oocyte quality
predictors.
Result: We obtained 102 short protocol IVF patients. Serum AMH level, AMH level in follicular fluid, serum estradiol, oocyte count, number of mature ooctye, and morphological score were assessed. Based on multivariate analysis, we found that age and serum AMH level can be used to predict oocyte quality (r = - 0,038; r = 0, 183; p < 0,05).
Conclusion: There were correlation between serum and follicular fluid AMH with oocyte quantity. AMH level in serum, but not follicular fluid, can be used as a parameter to predict oocyte quality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Kemal Harzif
"Tujuan: Faktor embrio sangat mempengaruhi hasil dari fertilization in vitro (FIV). Salah satu metode untuk memastikan embrio tidak memiliki kromosom aneuploid adalah Prosedur Pengujian Genetik Praimplantasi untuk Aneuploidi atau Skrining Genetik Praimplantasi, yang melibatkan biopsi blastomer pada fase 8 sel atau trofektoderm pada fase blastokista. Prosedur ini merupakan prosedur yang invasif dan berpotensi membahayakan embrio.
Metode: Penelitian adalah penelitian cross-sectional pada pasien program FIV yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kromosom dengan NGS di Pusat IVF RS Pondok Indah dan Pusat FIV Morula RS Bunda pada bulan Desember 2021 sampai dengan Desember 2022. Embrio yang mencapai stadium blastokista pada hari ke 5 atau 6 dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tabung PCR selama seminggu; dilanjutkan dengan anotasi oleh embriologi untuk menentukan penilaian morfologi dan parameter morfokinetik menggunakan Microscopcopy Time-Lapse. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis variabel bivariat.
Hasil: Seratus dua puluh empat sampel didapatkan pada hari ke 5 pasien yang menjalani prosedur FIV. Sebanyak 50,8% memiliki kromosom aneuploid, dan 49,2% adalah euploid. Median karakteristik morfokinetik yaitu 3,86 kali lipat. Ditemukan bahwa tingkat ekspansi, time to pro-nuclear fading, dan time to the synchrony of the third cell cycle berhubungan secara signifikan dengan status euploid (p = =0,000; 0,041 dan 0,036).
Kesimpulan: Tingkat ekspansi terbukti secara bermakna memiliki pengaruh dalam memprediksi status ploidi embrio.
Metode: Penelitian adalah penelitian cross-sectional pada pasien program FIV yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kromosom dengan NGS di Pusat IVF RS Pondok Indah dan Pusat FIV Morula RS Bunda pada bulan Desember 2021 sampai dengan Desember 2022. Embrio yang mencapai stadium blastokista pada hari ke 5 atau 6 dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tabung PCR selama seminggu; dilanjutkan dengan anotasi oleh embriologi untuk menentukan penilaian morfologi dan parameter morfokinetik menggunakan Microscopcopy Time-Lapse. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis variabel bivariat.
Hasil: Seratus dua puluh empat sampel didapatkan pada hari ke 5 pasien yang menjalani prosedur FIV. Sebanyak 50,8% memiliki kromosom aneuploid, dan 49,2% adalah euploid. Median karakteristik morfokinetik yaitu 3,86 kali lipat. Ditemukan bahwa tingkat ekspansi, time to pro-nuclear fading, dan time to the synchrony of the third cell cycle berhubungan secara signifikan dengan status euploid (p = =0,000; 0,041 dan 0,036).
Kesimpulan: Tingkat ekspansi terbukti secara bermakna memiliki pengaruh dalam memprediksi status ploidi embio.

Objective : Embryonic factors greatly influence IVF outcomes. One method to ensure the embryo does not have aneuploid chromosomes is Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy or Preimplantation Genetic Screening procedure, which involves undergoing a biopsy of the blastomeres in the 8-cell phase or the trophectoderm in the blastocyst phase. The procedure is invasive and can potentially harm the embryo.
Methods: This study is a cross-sectional that requires patients undergoing IVF followed by chromosome examination with NGS that was conducted at the IVF Center at Pondok Indah Hospital and Morula IVF Center at Bunda Hospital from December 2021 to December 2022. Each embryo that reaches the blastocyst stage on day 5 or 6 will be washed and put into a PCR tube for a week; then, embryologists annotate them to determine morphological assessment and morphokinetic parameters using Time-Lapse Microscopy. The chi-square test was used to analyse bivariate variables.
Results: One hundred twenty four samples were collected on day 5 of patients undergoing the IVF procedure. 50.8% of the samples were aneuploid chromosomes, and 49.2% were euploid. The morphokinetic characteristics median was 3.86 fold. It was found that expansion grade, time to pro-nuclear fading, and time to the synchrony of the third cell cycle were significantly associated with euploid status (p = =0.000; 0.041 and 0.036).
Conclusion: The expansion grade has been proven as the most influential component for accurately predicting the ploidy status of embryos.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salim H.S. author
Jakarta: Sinar Grafika, 1993
612.64 SAL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Candrika Agyawisnu Yuwono
"Latar Belakang Selain implikasi medis, faktor sosial juga dapat menjadi dorongan bagi individu untuk melakukan prosedur simpan beku oosit (social freezing). Indonesia termasuk dalam jajaran negara yang belum memiliki regulasi terkait dengan implementasi social freezing. Di samping itu, diketahui bahwa sikap dan pemahaman masyarakat terhadap preservasi fungsi fertilitas juga terlihat semakin positif. Sebagai penyedia layanan kesehatan, perspektif dokter spesialis sangat berpengaruh terhadap pengembangan kebijakan ke depannya serta terhadap keputusan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terhadap prosedur social freezing. Metode Penelitan dilakukan dengan metode cross sectional terhadap sejumlah 136 dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia dalam periode Agustus hingga September 2023. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang terdiri atas tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap social freezing. Hasil Mayoritas responden diketahui cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan sikap positif terkait preservasi fertilitas dan social freezing (63,9% dan 91,2%). Namun, hanya sebagian kecil dari responden yang menunjukkan frekuensi tinggi terkait prosedur social freezing (28%). Analisis komparatif menemukan perbedaan pada perilaku terkait social freezing berdasarkan tingkatan spesialisasi (p = 0,003), sementara itu tidak ada perbedaan pada durasi praktik (p = 0,742). Selain itu, uji asosiasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak memengaruhi sikap (p = 1,000) dan perilaku responden (p = 0,142). Kesimpulan Profil pengetahuan dan sikap sebagian besar dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terkait social freezing cenderung positif. Namun, profil perilaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Indonesia terhadap social freezing tergolong rendah.

Introduction Apart from medical implications, social factors can also serve as driving factors for individuals to undergo oocyte cryopreservation. Indonesia is among the countries that currently lack regulations regarding implementation of social freezing. It is evident that societal attitudes and understanding of fertility preservation and age-related concerns are progressively taking on a more positive outlook. As healthcare providers, the perspectives of obstetricians and gynecologists may influence the development of future policies and patient decisions. The objective of this study is to delineate the knowledge profile, attitudes, and behaviors of obstetricians and gynecologists in Indonesia regarding the procedure of social egg freezing. Method The research was conducted using a cross-sectional methodology involving 136 Indonesian obstetrician and gynecologist. The study was carried out over the period from August to September 2023. Data were collected through the distribution of a questionnaire comprising 3 components: knowledge, attitudes, and behaviors related to social freezing. Results The majority of respondents exhibited a tendency towards a good level of knowledge and positive attitudes concerning fertility preservation and social freezing (63.9% and 91.2%, respectively). However, only a small proportion of respondents demonstrated a high frequency associated with the social egg freezing procedure (28%). Comparative analysis revealed significant differences in behaviors related to social egg freezing based on specialization level (p = .003), while no significant differences were identified based on practice duration (p = .742). Furthermore, association tests indicated that knowledge levels did not significantly influence attitudes (p = 1.000) or respondent behaviors (p = .142). Conclusion The majority of obstetricians and gynecologists in Indonesia exhibit predominantly positive knowledge and attitudes regarding social egg freezing. However, their behavioral engagements towards social egg freezing is notably low."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>