Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mas Nuswadiharja
"Buku ini berisi beberapa cerita dongeng dari jaman dahulu yang dianggap mempunyai banyak keistimewaan: 1. Cerita tentang Rara Kandreman cerita dari daerah Panaraga, menceritakan asal mulanya pusaran air Kandreman. Rara Kendreman yang dikejar oleh Ki Ageng Mangli, menceburkan diri di pusaran air dan disusul oleh Ki Ageng Mangli, keduanya hilang tak berbekas. 2. Dongeng sambel wijen. Tamu yang disuguhi oleh tuwan rumah terkesan dengan sambal wijen. Ketika dia lupa dan menyuruh istrinya membeli dengan sebutan bel sinambel. Karena tidak ketemu sang istri dipukuli dan pada saat meratap keluar kata-kata rambutku nyambel wijen. 3. Pencuri yang selalu sia. Ada 3 orang bernama Sura, Karya, dan Dustha. Pekerjaannya selalu mencuri. 4. Cerita tentang pecandu. Orang yang kaya mempunyai kebiasaan merokok dengan diberi candu."
Betawi: Papyrus, 1916
BKL.0989-CL 65
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Suradipura
"Buku ini berisi berbagai cerita, berjumlah 30 buah, antara lain: 1.) Dongeng Singamerta, Singajaya, dan Setan Ngroban; 2.) Jaya Menggala; 3.) Wong Kemit Desa padha Cacangkriman; 4.) Ana Wong Wadon Sosomahan karo Srenggala; 5.) Wiwitane ana macan gadhungan, dan sebagainya."
Weltevreden: Papyrus, 1921
BKL.1081-LL 79
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini cukup sulit dibaca. Pada halaman-halaman depan sebagian besar teks tak terbaca karena halaman-halamannya sobek dan/atau berlubang. Naskah berisi teks yang diberi judul Cariyosipun Raden Nitikusuma ini antara lain menceritakan seorang raja yang minta tolong pada dua ekor kijang, induk dan anaknya, untuk membacakan huruf-huruf yang terdapat pada kendhil (periuk) tua dan berakhir pada penjelasan Patih Guwasari kepada rajanya, bahwa wilayah Guwasari merupakan hak waris Raja Jaka dari Jong Biraji. Bagian berikutnya dimulai dengan saran patih agar mengembalikan Guwasari kepada si pemilik dan berakhir pada perang antara Raden Nitikusuma dan Garusela. Cerita bagian kedua terputus dengan tiba-tiba, seakan-akan masih ada sambungannya. Menurut keterangan yang berada pada h.1, sambungan tersebut berada pada FSUI/CL.27. Daftar pupuh: 1) dhandhanggula; 2) sinom; 3) kinanthi; 4) pangkur; 5) maskumambang; 6) pangkur; 7) kinanthi; 8) dhandhanggula; 9) durma; 10) mijil; 11) sinom; 12) asmaradana; 13) dhandhanggula; 14) pangkur; 15) kinanthi; 16) dhandhanggula; 17) durma; 18) sinom; 19) asmaradana; 20) dhandhanggula; 21) sinom; 22) kinanthi; 23) dhandhanggula; 24) mijil; 25) asmaradana;; 26) dhandhanggula; 27) sinom; 28) sinom; 29) dhandhanggula; 30) asmaradana; 31) durma; 32) sinom; 33) dhandhanggula; 34) kinanthi; 35) pangkur; 36) durma; 37) dhandhanggula; 38) kinanthi; 39) durma; 40) asmaradana; 41) pangkur; 42) dhandhanggula; 43) mijil; 44) asmaradana; 45) dhandhanggula. Tidak ada keterangan apa pun mengenai penulisan dan penyalinan naskah ini. Namun berdasarkan gejala kodikologis, diduga bahwa naskah ini cukup kuna---mungkin disalin sebelum awal abad 19. Sedang ditilik dari penamaan metrum dan dialek bahasanya, teks ini diduga dari tradisi naskah Madura, atau setidak-tidaknya dari tradisi pesisir utara Jawa Timur. Menurut keterangan yang terdapat pada h.1, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Kiliaan-Charpentier pada bulan Juli 1927 dan sudah dibuat ringkasannya oleh Suwandi pada bulan Agustus 1929."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.26-NR 19
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks lanjutan FSUI/CL.26, berisi pupuh 42-45. Lihat deskripsi naskah CL.26 tersebut untuk keterangan selanjutnya. Teks menceritakan perang antara Raja Sambra dengan Sasrawijaya sampai dengan perkawinan Citrasantun dengan Pesuraga dan Candrasekar dengan Sriwijaya. Teks naskah ini tampaknya tidak lengkap, tetapi belum ditemukan naskah yang berisi teks sambungannya. Pada h.45-46 terdapat sketsa dengan pensil berupa tokoh wayang, sedangkan pada h.47 terdapat tulisan dengan pensil dan beraksara Jawa, berbunyi, ?ini nyang punya carita Radin Suma?. Menurut keterangan yang terdapat pada h.1, teks naskah ini telah diringkas oleh Mandrasastra, di Yogyakarta, pada bulan Februari 1930. Naskah ini diperoleh Pigeaud pada bulan Juli 1927 dari Kiliaan-Charpentier."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.27-NR 31
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi dua teks, yaitu: Cariyosipun Pareden Gamping (h.1-15) dan Cariyosipun Hastana Talakbrantan (h. 16-23). Cariyosipun Pareden Gamping menceriterakan Gunung Gamping di desa Bodheh, kalurahan Sakakawah, di Yogyakarta. Gunung Gamping menjadi mata pencaharian penduduk di sekelilingnya, sebagai tulang punggung perekonomian mereka. Selain itu disebutkan pula cara-cara mengadakan selamatan Gunung Gamping. Cariyosipun Hastana Talakbrantan menceriterakan kuburan Hastana Talakbrantan di desa Sudimara, distrik Jengis, kabupaten Bantul, Yogyakarta. Asal-usul kuburan ini bermula dari ceritera Talakbranta (Dewi Suita), putri Prabu Brawijaya V dari permaisuri yang bernama Rara Raditya. Dewi Suita dalam hidupnya melakukan pengembaraan (tetruka). Dalam pengembaraannya Dewi Suita mengalami berbagai cobaan, sehingga ia melakukan tapa (semedi). Dalam pertapaannya Dewi Suita mendapat wangsit dari dewa, bahwa Dewi Suita akan mendapat kebahagiaan hidup di tempat mereka bertapa yang bernama Sudimara. Ketika meninggal, Dewi Suita juga disemayamkan di desa Sudimara, bekas tempat pertapaannya. Ciri khas dari kuburan Hastana Talakbrantan ditandai dengan pohon gurda, tetapi pohon gurda tersebut sudah tidak ada karena patah pada waktu ada angin besar. Pada h.l disebutkan, bahwa naskah ini merupakan gubahan dari R.M. Jayengwiharja, yang dikumpulkan dari ceritera-ceritera rakyat. Karya-karya R.M. . Jayengwiharja ini telah dikenal di antaranya adalah Pejah Kawandasa Dinten (Batavia Centrum: Bale Poestaka, 1933). FSUI/CL.103 merupakan naskah lain dari Jayengwiharja. Tidak terdapat keterangan tentang penulisan teks ini, maupun penyalinan naskah, tetapi diperkirakan tahun 1930an. Naskah diperoleh Pigeaud pada tanggal 7 Juni 1941."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.100-W 65.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ngabehi Mangunwijaya
"Buku ini berisi beberapa cerita pendek, seperti orang yang suka dengan burung perkutut, anak yang geli dengan ulat; anak penakut; santri yang suci; dll"
Weltevreden: Albrecht & Co., 1917
BKL.1157-CL 94
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan catatan dari Jayengwiharja, tentang makam Kiai Ageng Tunggulwulung di desa Kebon Agung, distrik Minggir, kabupaten Sentolo, Yogyakarta. Makam tersebut dikramatkan, sehingga banyak orang yang datang ke makam tersebut untuk meminta restu supaya berhasil dalam usahanya. Pigeaud mendapatkan naskah ini dari penulis pada tanggal 17 September 1941. Bandingkan FSUI/CL.100 untuk tambahan informasi tentang Jayengwiharja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.103-W 65.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Winter, C.F. (Carel Frederik)
"Buku ini mengisahkan tentang cerita roman pranacitra dan Rara Mendut yang berhadapan dengan Tumenggung Wiraguna. Kelanjutan dari buku ini adalah Serat Jaka Pengasih"
Semarang: G.C.T Van Dorp, [date of publication not identified]
BKL.1132-CW 44
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Winter, C.F. (Carel Frederik)
"Buku ini berisi sejumlah cerita atau teks mengenai berbagai kegiatan sehari-hari. Cerita-cerita tersebut disajikan dalam bentuk percakapan antara seorang tokoh yang tidak disebut namanya dengan tokoh-tokoh seperti Widayaka, Kasiman, Sidin, Saridin, dan sebagainya."
Surakarta: Albert Rusche, 1907
BKL.1098-LL 141
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan saduran dari episode wayang purwa, menceritakan keberhasilan Prabu Dipayana menguasai ilmu jayan kawijayan yang diberikan Bagawan Sambu. Prabu Dipayana kemudian bergelar Darmasarana. Keterangan dalam teks menyebutkan bahwa naskah ini disusun oleh R.Ng. Citrasantana di Mangkunagaran, Surakarta, sekitar 1910. Pigeaud memperoleh naskah ini dari M. Sinu Mundisura pada bulan Agustus 1939. Daftar pupuh sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) durma; 3) sinom; 4) asmarandana; 5) kinanthi; 6) pucung; 7) mijil; 8) asmarandana; 9) gambuh; 10) sinom; 11) pangkur; 12) dhandhanggula; 13) kinanthi; 14) mijil; 15) sinom; 16) dhandhanggula; 17) gambuh; 18) asmarandana; 19) megatruh; 20) kinanthi; 21) sinom; 22) pangkur; 23) durma; 24) mijil; 25) dhandhanggula; 26) asmarandana; 27) durma; 28) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.13-NR 385
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>